Setelah menyelesaikan SMA di Denpasar, I Nyoman Astawayasa melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung, mengambil jurusan teknik industri. Ia kemudian bekerja di salah satu bank milik pemerintah, kemudian dipindahkan tugaskan ke Bali pada tahun 2004. Karena sudah nyaman di Bali, Nyoman Astawayasa memutuskan menetap di Bali. Sembari sebagai karyawan dan istri pun memiliki pekerjaan tetap, keduanya sudah mulai memikirkan ekonomi jangka panjangnya dengan mulai membangun usaha apotek.
Nyoman Astawayasa dan istri membuka apotek pertama mereka di daerah Candidasa, Karangasem pada tahun 2012 dengan nama Apotek Fortuna. Seiring berjalannya waktu, pria kelahiran Panjer, 22 November 1979 ini, merasa apotek tersebut mengalami perkembangan positif yang cukup signifikan. Menginjak tahun 2017, ia memberanikan mengambil keputusan untuk berhenti dari statusnya sebagai karyawan dan fokus dengan bisnisnya.
Apalagi berbekal banyak ilmu yang ia dapatkan dari pendidikan sebelumnya di teknik industri, meliputi teknik sekaligus manajemen bagaimana mengoptimalisasi kegiatan manusia seperti produksi, pengelolaan dan ekonomi. Sehingga mampu masuk ke industri apa saja, misalkan di bidang jasa seperti keuangan, konsultasi, teknologi informasi, tak terkecuali pelayanan kesehatan masyarakat. Nyoman Astawayasa pun memilih apotek sebagai industri yang ia jalankan, tentu berharap akan berusia panjang.
Baca Juga : Pendidikan dan Tindakan yang Berbuah Kesuksesan
Tak hanya dirinya, banyak rekan-rekannya yang sejurusan berbaur di berbagai industri, karena berada di satu lingkungan, ia pun juga fleksibel membangun bisnis sesuai dengan minatnya. Bahkan sebelum akhirnya resign, Nyoman Astawayasa telah berhasil membuka cabang Apotek Fortuna kedua pada tahun 2015 di Desa Selat, Karangasem. Memilih untuk masih membuka cabang di desa dibandingkan kota, Nyoman Astawayasa mengungkapkan karena ia masih pebisnis pemula, sedangkan persaingan di pusat kota sudah sangat pesat, agar tidak terburu-buru tergilas ucapnya.
Tahun 2016, cabang ketiga Apotek Fortuna dibuka di Jl. Waturenggong No.127, Panjer, Kec. Denpasar Selatan. Sekilas terdengar cabang demi cabang apotek dibuka, bukan berarti Nyoman Astawayasa tak menemukan tantangan dalam proses tersebut, terutama berhubungan dengan modal dan meracik obat, karena bukan spesialisasinya. Selain itu sistem operasional distribusi produk yang kurang termanajemen dengan baik, pun sempat dialami, yang mengakibatkan produk-produk nya hilang atau kecurian, tak luput dari pengalamannya. Pengalaman tersebut ia jadikan sebagai guru terbaik, terus berbenah diri agar tak terulang kesalahan yang sama.
Dalam sistem digitalisasi, selain offline, Apotek Fortuna juga memasarkan produknya di dunia maya, di beberapa marketplace dan konsultasi dokter online. Ia juga mengadaptasikan program software di seluruh apoteknya, demi mempermudah operasional dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Telah memiliki pondasi yang cukup kuat, ia kembali membuka cabang keempat di Jalan Hangtuah No. 46B Sanur, pada tahun 2018. Juli 2021, membuka cabang kelima di Padangsambian, tepatnya di Jl. Tangkuban Perahu No.33b, Padangsambian, Denpasar.
Jadi untuk saat ini Apotek Fortuna yang running ada lima cabang dan kabarnya Nyoman Astawayasa juga akan disibukkan untuk membuka cabang Apotek Fortuna yang keenam pada Februari 2022.
Semangat dari Diri Sendiri
Semangat Nyoman Astawayasa dalam membangun bisnisnya, demi membawa perekonomian keluarga yang lebih stabil dan motivasi anak-anaknya, agar tak hanya bergelar tertentu dalam pendidikan, tapi pengaplikasiannya minimal mampu mengembangkan diri lebih positif. Terlebih lagi mampu meraih kesuksesan melebihi orangtua mereka. Karena ia sendiri pun telah berhasil membuktikan lebih sukses berkarir dari orangtua yang berlatar belakang sebagai pegawai negeri sipil golongan II.
Baca Juga : Menjadi Bahagia dengan Pengabdian yang Berlandaskan Kemanusiaan
Terlepas kondisi ekonomi yang sederhana, Nyoman Astawayasa beruntung dididik di tengah keluarga yang menganut paham kebebasan, asalkan tidak keluar dari norma-norma positif. Seiring bertambahnya usia dan tiba menentukan masa depan, komitmen tersebut pun masih dipegang orangtua, sehingga ia pun lebih leluasa dalam memilih jurusan yang akan ia lanjutkan dan berkarir seperti apa.
Sejak di bangku SD kemudian menentukan masuk SMP, Nyoman Astawayasa sudah bebas memilih, sampai tiba melanjutkan di universitas, saat akan memilih ITB, ia sempat tidak mendapat restu dari orangtua, karena kondisi saat itu terjadi peristiwa krisis ekonomi yang tak terduga. Padahal ia sudah mengantongi tiket bus, membayar kursus selama satu bulan untuk persiapan masuk ujian universitas. Mendengar perintah dari orangtua, hati Nyoman Astawayasa sempat kecewa, namun ia tetap bersikukuh untuk berangkat. Syukurnya di Bandung, tak begitu berdampak dari kerusuhan Mei 1998. Ia bisa melanjutkan rencana yang sudah benar – benar terjadwalkan dengan baik, tak lupa menghubungi orangtua, bahwa ia sampai dengan selamat dan melanjutkan kuliah.
Meski terlahir sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara, Nyoman Astawayasa tak lepas mendapatkan didikan ketegasan dari ayah yang mempengaruhi karakternya saat ini. Selain sisi tegas yang menonjol, ada pesan yang paling ia ingat dari ayahnya, untuk menjaga kerukunan antar saudara. Pesan tersebut terdengar agak sepele saat ia masih anak – anak, namun seiring memiliki kesibukan masing – masing, kerenggangan antar ia dan kakak-kakaknya bisa saja terjadi. Hal inilah yang sangat diwanti – wanti oleh beliau.
Nyoman Astawayasa pun tak menutup mata, bahwa keretakan antar saudara di Bali khususnya, tak jarang terjadi karena berselisih paham, bahkan kebanyakan soal warisan, fenomena ini tentu sangat memprihatinkan dan harus menjadi pembelajaran kedepannya, sebagai pengusaha yang memiliki jadwal yang padat. Ia berupaya menjaga amanat tersebut dan juga ia teruskan kepada generasi penerusnya.
Kesuksesan Nyoman Astawayasa pun tak luput dari peran besar campur tangan Tuhan yang selalu menyertainya, kesuksesan akan hadir kepada orang – orang yang tetap pada prinsip kebaikan dalam menjalani segala sesuatunya. Bila kita sudah melakukan berdasarkan darma, yakini hasilnya pasti juga akan menemui kebaikan dan terus lanjutkan apapun tantangan di depan. Tidak berebda jauh seperti nasehat ibunya, berhubung ia bergerak di bisnis pelayanan dan penyediaan obat – obatan, hendaklah sembari menabung karma baik. Dengan memasang harga produk yang terjangkau, bahkan tidak ragu memberikan secara gratis bagi mereka yang benar – benar membutuhkan. Karena tidak ada sumber rezeki yang paling mulia, selain berbagi dengan sesama secara tulus dan ikhlas.
3 thoughts on “Apapun Berlandaskan Kebaikan Pasti Akan Menuai Hasil yang Baik”