Hidup yang bisa dikatakan tidak terlalu dikekang oleh banyak aturan dari orangtua, sempat membuat I Ketut Darmika terbawa kondisi pada kenakalan remaja. Sadar akan sikap putranya yang kurang menghargai kenyamanan yang diberikan, orangtuanya pun mulai menerapkan kedisplinan kepadanya, salah satunya dengan menetapkan waktu jam pulang. Ketut Darmika pun hanya bisa berpasrah menerima kenyataan bahwa peraturan yang telah dibuat harus dipatuhi, bukan hanya demi keluarga, tapi lebih mengacu pada kepentingan dan kebaikan dirinya sendiri di masa depan.
Lahir di Denpasar, 24 Desember 1980, dengan latar belakang orangtua sebagai pedagang dan dosen di UNUD. Ketut Darmika cukup beruntung, orangtuanya memberikan kebebasan pergaulan di masa remajanya, namun lantaran kepercayaan yang disalahgunakan Ketut Darmika dengan mengikuti egonya. Alhasil peraturan dan didikan pun diterapkan, sebelum ia menjadi remaja yang lebih melenceng lagi dari norma – norma agama maupun yang berlaku di masyarakat. Mulai dari kedisplinan hingga pentingnya memaknai kejujuran dalam kehidupan sehari – hari telah ia dapatkan pengajarannya dari orangtua.
Pengalaman yang berlaku sejak SMP, juga berlangsung di SMA. Ketut Darmika sudah mulai membantu usaha orangtua, menyumbangkan tenaganya mengangkat beras yang datang dari Jawa untuk dijual. Diakui olehnya saat teman-temannya tengah bertamu, ada rasa malu menghinggapi perasaan Ketut Darmika. Apa boleh buat pekerjaan tersebut harus dilakukan, karena bagaimana pun, ia bisa bersekolah karena usaha yang dirintis ayahnya.
Baca Juga : Tetap Menjaga Kualitas Sebagai Prioritas
Alumni SMP Santo Yoseph ini, membuang gengsinya, seiring mengalirnya jiwa dagang dalam dirinya. Tak selesai hanya mengangkut beras, ia mulai menjual dagangannya sendiri berupa minuman dalam kemasan yang ia bawa dengan kendaraan pick up. Upayanya dalam kerja di usia muda yang ia lakukan pun tak hanya mengingat keuntungan yang harus ia dapatkan saja, seiring pengalamannya berdagang, kejujuran baginya menjadi pondasi kepercayaan para customer akan hasil kerjanya yang harus selalu konsisten ia jaga.
Bukan alasan sederhana, Ketut Darmika begitu menghargai kejujuran terutama dalam urusan pekerjaannya. Karena ia sudah beberapa kali menjadi korban tipu yang tak hanya meninggalkan kerugian hingga 200 juta pada usahanya, bahkan sempat mengalami tiga kali serangan stroke di otak dan ia tak mau hanya karena dendam, ia melakukan hal yang sama dan melanjutkan siklus tersebut. Ia berupaya dengan tetap berada di jalur kebenaran, agar rezeki dalam usahanya juga berjalan lancar dan menjadi karma yang baik untuk keluarga.
Melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum sembari menjalankan usahanya, Ketut Darmika sempat mengikuti test seleksi dosen, atas saran ayahnya yang juga merupakan seorang dosen di UNUD. Setelah mengikuti anjuran tersebut, ia berhasil lulus dengan memperoleh nilai A, namun hati tak bisa dobohongi, ia memilih kembali sebagai wirausaha pada “Toko Putra Santika” yang telah didirikannya pada tahun 2006 yang beralamat di Jalan Tukad Badung.No. 101 Renon.
Sepak terjang Ketut Darmika berwirausaha di toko modern, tentu memiliki goals – goals ke depannya. Ia mengungkapkan tak ingin kalah saing dengan usaha waralaba ritel lainnya, di mana menginginkan mengembangkan Toko Putra Santika sebagai bisnis waralaba nantinya bersama pemiliki usaha serupa lainnya di Bali. Gagasan ini pun sempat ia bahas dalam forum APRINDO Bali (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), Ketut Darmika ingin seluruh pengusaha ritel di Bali bersatu padu dalam bekerjasama meningkatkan daya saing usaha mereka, dengan cara memilih satu pintu pengusaha retail, sebagai penyalur barang ke seluruh pengusaha ritel. Sebagai penyalur barang akan memperoleh rabat atau potongan harga dan penerima barang akan menerima harga pokok yang lebih bersahabat dibandingkan berbelanja barang yang didatangkan dari luar pulau. Namun sayangnya konsep ini belum sepenuhnya diterima oleh rekan – rekannya sesama pengusaha, jadi untuk saat ini ia memilih untuk berfokus dengan kemampuannya untuk mengembangkan Toko Putra Santika yang lebih maju.
Saat ini tidak sedikit penawaran yang datang dari berbagai latar belakang masyarakat untuk memilih waralaba Toko Putra Santika menjadi usaha ritel perdana mereka. Selain merasa lebih aman dan terpercaya karena berangkat dari orang lokal, soal harga Ketut Darmika tak banyak mengambil untung, karena gagasan yang sempat ia lontarkan sebelumnya, telah ia terapkan dan sukses telah berdiri sekitar lima toko, yang berada dibawah naungan kaki Toko Santika.
Baca Juga : Pertahankan Karya Tradisi Kian Eksis dengan Bisnis Tekstil Tenun Songket & Endek Bali
Beberapa Kali Menjadi Korban Tipu
Entah sudah berapa ratusan juta yang melayang dari kantong Ketut Darmika, dalam perjalannya mencoba beberapa usaha, mulai dari korban money game dalam multilevel marketing hingga usaha showroom yang gagal, membuatnya bertanya-tanya mengapa kejadian yang sama bisa menimpanya berulang-ulang kali. Dalam kondisi ini, ia mendekatkan diri dengan berdoa secara khusyuk di malam hari, tepatnya jam 12 malam dan memohon petunjuk kepada Sang Pencipta. Seiring dengan keyakinan akan doa yang terus dipanjatkan, Ketut Darmika pun paham betul, ia juga harus menyeimbangkan dirinya dengan kuasa Tuhan, dengan terus memperbaiki pikiran, perilaku dan perkataannya agar sekiranya lebih pantas menerima anugerah dari Sang Pencipta.
Membangun usaha memang nyatanya tak semudah membalikan telapak tangan. Namun semuanya akan berhasil, selama ada keterbukaan untuk terus belajar dan semangat yang terus ditumbuhkan dari dalam diri. Begitulah pesan dan inspirasi yang bisa dibagikan Ketut Darmika kepada generasi muda yang ingin mulai berkarir sebagai pengusaha, melalui berbagai pengalaman yang telah ia ambil resiko dan pembelajarannya.
Sebelum memilih bisnis, sebagai orang awam tentukan dahulu pasar yang akan dituju, kemudian bangun visi misi yang jelas, agar langkah kita lebih terarah kedepannya. Jangan sungkan untuk bertanya dengan orang yang lebih senior dalam hal bisnis dan terbuka menerima saran maupun kritik.
Bila sudah siap dengan ilmu, aplikasikan kemampuan kita di lapangan. Jangan hanya mengandalkan orang lain untuk memotivasi kita, tapi kitalah yang bertanggung jawab untuk memiliki semangat tersebut, sejak usaha kita bukan apa – apa, hingga mencapai di tujuan yang kita cita – citakan.
Kreatif dan berani tampil beda, pun bisa menjadi syarat generasi muda untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Seperti pada Toko Putra Santika, Ketut Darmika memegang konsep “Belanja lebih banyak lebih murah, belanja satu pieces beda harga, belanja tiga pieces harga grosir”, penerapan ini ia jalankan setiap harinya, demi menarik perhatian masyarakat dan mungkin akan menghadirkan promo – promo berbeda dan menarik lainnya, intinya jangan berhenti sebelum sukses, karena Tuhan pasti akan memberi kesempatan emas bagi orang yang mau terus berusaha dan berdoa.
2 thoughts on “Bangun Bisnis Ritel Waralaba yang Bersahabat dan Terpercaya”