Keberhasilan dan kesuksesan seseorang kadang belum tentu karena penguasaan teknologi tinggi, lulusan universitas terkemuka, kemenarikan penampilan, kewibawaan, kejeniusan, kepandaian atau karena atribut – atribut hebat dan keren yang lain. Banyak jalan untuk sukses, termasuk kesederhanaan hati yang diwujudnyatakan dalam tindak laku dan tutur kata. Kegigihan dan kejelian kita mengubah suatu kesederhanaan, bahkan kelemahan atau kekurangan menjadi sebuah kekuatan dan bahkan kunci keberhasilan.
Hal ini lah yang bisa kita temukan dari sosok I Dewa Gede Jaya Kesuma, salah satu aktor di balik mantapnya penataan Desa Kenderan, Kecamatan Tegalallang, Kabupaten Gianyar. Pria paruh baya yang akrab disapa Ajik Aceng ini merupakan seorang Perbekel Desa Kenderan yang telah memimpin kurang lebih 5373 penduduk. Dari sekian banyak orang-orang hebat, Ajik Aceng tak menyangka terpilih dan dipercaya untuk memimpin desa kelahirannya sendiri.
Saat ditemui disela kesibukannya, Ajik Aceng menceritakan banyak hal. Termasuk kesederhanaannya yang mampu menentukan arah kebijakan serta ragam program kegiatan berdasarkan nilai-nilai budaya desa. “Saya tidak menyangka memimpin desa ini, jangankan bercita-cita seperti ini ya, karena dulu memang berada dalam lingkup kehidupan yang susah. Di masa muda dulu saya orangnya minder untuk bergaul, karena kondisi ekonomi saya saat itu. Tetapi merasa syukur bahwa saya mendapatkan sebuah kemampuan lebih yang menjadi gerbang menuju banyak jalan,” tutur Ajik Aceng dengan sedikit tersenyum.
Pria kelahiran 22 Agustus 1972 tersebut terlahir dari keluarga sederhana. Ayah, Dewa Nyoman Artha dan Almarhum Ibu, I Dewa Ayu Gatri, menjalani keseharian dengan aktivitas bertani. Dari lahan garapan itu lah sumber kehidupan keluarga Ajik Aceng untuk terus tumbuh. Karena kondisi itu, saat menginjak kelas 1 SD Ajik Aceng sudah tinggal bersama orang lain. Dari sana lah, imbuh Ajik Aceng, hidup sederhana serta kemandiriannya di asah. Selain menjalankan tugas wajib membersihkan rumah, Ajik Aceng turut ikut membantu untuk jualan di sekolah. Kehidupan yang tentu sangat berbeda dengan anak-anak sesusianya yang memiliki waktu bermain bebas. Situasi itu terus berlanjut hingga ia menempuh pendidikan SMP.
Baca Juga : Anak Desa yang Menuntaskan Dharma Kepada Ayahnya Tercinta Untuk Menjadi Seorang Dokter
Hingga tak disadarinya, memilih konsentrasi sekolah seni rupa saat SMA yang sesuai minat, akhirnya memberikan jalan sekaligus peluang. Bermodal kemampuan di bidang kesenian, khususnya seni lukis itu lah, Ajik Aceng mampu mendekatkan diri dengan banyak pihak. Mulai dari aktivitas melukis di desa, menciptakan karya sesuai kebutuhan konsumen hingga terlibat di beberapa projek yang pada akhirnya skill tersebut kian berkembang. “Kalau saya banyak bergelut di bidang barang-barang kerajinan. Kepingin buka sendiri hanya saja modal tidak ada. Mau menuntut ke orang tua pun tak bisa apa. Syukur-syukur kami bisa tamat SMA. Jadi di tahun 1990, saya belum punya kendaraan. Orang tua juga pekerjaannya hanya sebagai petani & peternak. Sehingga saya lebih banyak bekerja mengikuti orang dan berpindah-pindah tempat kerja. Hingga pernah ke Tampaksiring sampai ke Jakarta untuk bekerja,” kenang Ayah tiga anak ini.
Kehidupan Ajik Aceng sedikit mulai berubah, sejak dirinya bekerja bersama pamannya di desa kelahiran pada tahun 1995. Mengerjakan sejumlah pekerjaan yang sesuai dengan minatnya dan tentu sangat ia nikmati. Beberapa barang kerajinan hasil orderan konsumen digarap dengan teliti dan serius. Hingga pada akhirnya Ajik Aceng memilih untuk coba beradu nasib dengan membuka usaha di bidang sama secara mandiri. Meski demikian, ia tidak meninggalkan tugasnya sebagai pekerja di bengkel kerajinan pamannya itu.
“Saya menikah tahun 2000 dan masih bekerja di dua tempat itu. Hingga setelah menikah saya dan istri meminta izin untuk mulai mengelola usaha pribadi kami dengan model usaha yang sama di barang kerajinan. Namun awal kami memulai usaha di tahun 2001, tantangan besar menghampiri. Tragedi bom Bali menggemparkan perekonomian. Syukurnya usaha di bidang kami tidak terlalu berpengaruh,” aku suami dari I Dewa Ayu Rai Purnawati ini. Tantangan dalam berusaha serupa ombak yang terus menghantam pesisir, tidak ada usainya. Apalagi waktu terus berjalan dan barang tentu zaman semakin berkembang. Kebutuhan akan produk karya yang mereka jual pun sudah sepi di pasaran dikarenakan banyak pelanggan yang sudah mulai menggunakan ragam teknologi.
Namun, tekun dan serius menjadi kunci keberhasilannya. Hal itu ia buktikan dengan mengemas konsep karya dengan bahan serta model yang berbeda. Awalnya terasa sulit, karena sejumlah modal harus ia keluarkan untuk membeli bahan baku. Secara perlahan, akhirnya Ajik Aceng bisa mengembangkan sayap usaha melalui art shop yang hingga kini masih berjalan. Toko kerajinan miliknya itu dikenal dengan nama Anggi Shop. “Sehingga dari ragam pengalaman itu lah, saya sering memotivasi ke kawula muda, khususnya bagi mereka yang barangkali nasibnya seperti saya, untuk tekun dan serius di setiap pekerjaan,” imbuhnya.
Baca Juga : Tetap Membumi Dengan Impian Besar Untuk Masa Depan Keluarga dan Anak Bangsa
Dipercaya sebagai Perbekel Desa Kenderan pun, lanjut Ajik Aceng, sebenarnya adalah karena saya begitu dekat dengan masyarakat. Karakternya yang dari dulu dikenal ramah, rendah hati serta terlibat aktif di segala kegiatan masyarakat desa, tidak ia rubah meski sudah menjabat posisi seperti sekarang ini. “Yang pasti saya masih menjadi diri sendiri dengan semangat kerja keras dan sikap sosial untuk tetap hadir membantu banyak masyarakat,” tegas pria yang kini menginjak usia 51 tahun ini. Sejak terpilih, Ajik Aceng pun menggalang program yang tentu tidak terlepas dari karakter budaya orang Bali yaitu menjaga lingkungan yang bersih dan asri. Terlebih desa yang dipimpinnya itu menjadi salah satu objek wisata alam dan budaya yang cukup di minati.
Dari gagasan isu lingkungan ini, kami pun mengembangkan ragam program tentang pengolahan limbah sampah. Baik dari lingkungan sekitar dan sampah rumah tangga. Misalnya memberikan edukasi kepada masyarakat baik dari tingkat SD hingga kawula muda tentang cara tepat mengelolah sampah, pelatihan pembuatan eco enzim dari limbah sampah rumah tangga dan kegiatan penting untuk masyarakat melalui beragam program yang telah bekerjasama dengan pemerintah di 5 tahun ke depan.
Baginya, lingkungan yang bersih adalah hal yang sangat mendasar demi memantik banyak kebaikan untuk datang. Tidak hanya wisata, namun juga berpengaruh kepada ekonomi, kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada disekitar. “Saya meyakini setiap kerja baik ini ada campur tangan Tuhan. Bahwasannya, kerelaan dan sikap baik untuk membantu banyak pihak, akan mendapatkan hal yang baik pula untuk kita. Saya meyakini karma baik selalu hidup dan tumbuh di hati orang-orang yang melakukan kebaikan untuk sesama. Dan harapan saya, semoga desa kami ini bisa lebih dikenal, bersih dan turut berkembang di bidang usaha masyarakatnya,” tutup Ajik Aceng.