Ir. Eka Wijaya-CV. Bayu Pasupati
“Mengalir bagai air,” adalah ucapan sederhana namun syarat akan makna. Kata yang juga kerap di lontarkan oleh orang-orang hebat ini seringkali memberi kesan yang rahasia, namun terlihat sukses dalam konsep tujuan hidupnya (life goal). Termasuk yang turut diterapkan dalam kisah perjalan hidup Ir. Eka Wijaya selama membangun sebuah usaha jasa konstruksi di bawah bendera CV. Bayu Pasupati.
Dari banyak kisah serta catatan pengalamannya pula, konsep seperti air mengalir paling tidak bisa kita maknai sebagai representasi keberhasilan yang berlandas pada keyakinan. Dalam artian, teori tujuan hidup tidak bertentangan dengan konsep pemikiran ‘mengalir bagai air’, seperti yang di anut selama ini oleh orang-orang sukses. Secara pernyataan verbal, ucapan di atas memang mudah bisa dipahami oleh siapapun. Dan umumnya, pemahaman yang tercipta tidak berbeda. Hanya yang membedakan adalah pemaknaannya dalam praktek hidup, bukan dalam teori atau dalam pemahaman kognitif. Sehingga pemaknaan dalam praktek ini sangat terkait dengan kualitas sikap mental personal atau individu. Gambaran kongkritnya mungkin bisa kita amati dari praktek yang dilakoni oleh Eka Wijaya atau yang lebih akrab disapa Dego atau Eka ini.
Bagi ayah 4 anak ini, dengan kualitas sikap mental tertentu, ucapan di atas merepresentasikan adanya sebuah komitmen demi menjaga kepercayaan, fokus dan flexibility di dalam batin, pemikiran, maupun dalam pekerjaan. Setiap individu yang memiliki komitmen seperti itu adalah orang yang memiliki tujuan hidup, fokus dan menjalankan agenda-agenda untuk mewujudkan mimpi secara fleksibel.
Maksud dari fleksibel di sini kalau dikiaskan pada kehidupan Eka adalah adanya penyiasatan yang baik untuk mengatur pola kerja dengan target hasil maksimal dari pengalaman-pengalaman hidup sebelumnya. Baik dari segi pembentukan karakter dalam lingkup keluarga maupun lingkungan sosial di dunia kerja. Bagi eka, tidak ada resep khusus dalam meramu kesuksesan dalam kehidupan. Hanyalah sebuah komitmen yang mengantarkan seseorang untuk berhasil mencapai tujuan. Berpangku tangan sembari menunggu peluang pun tidak akan membawa seseorang ke manapun.
Berkat pengalaman selama belasan tahun berkecimpung di bidang konstruksi, Eka termasuk salah satu orang yang sukses dan mampu membangun usaha sendiri secara mandiri. Pria bergelar sarjana teknik sipil ini pun memberanikan diri membangun CV. Bayu Pasupati sejak tahun 2000 silam. Sebelum di kenal sebagai founder CV. Bayu Pasupati, sejak menamatkan kuliah di Universitas Udayana Bali pada tahun 1990, Eka turut merambah pekerjaan bersama sejumlah perusahaan yang jalurnya sama di bidang konstruksi.
Waktu yang dirasa cukup panjang selama 10 tahun untuk menempa beragam pengalam yang kemudian menjadi modal untuk berusaha di atas kaki sendiri. Buah dari hasil kerja kerasnya itu ia buktikan melalui perusahaan yang terletak di jalan Tukad Badung, Denpasar tersebut dan sudah menangani berbagai proyek, baik sebagai biro jasa, konsultan maupun pengawas pekerjaan konstruksi bangunan serta proyek sipil. Memiliki inisiatif untuk berani membuka dunia bisnis di bidang konstruksi, diakui Eka karena dirinya mencintai pekerjaan dan profesinya. “Ya karena memang mencintai pekerjaan itu sendiri. Tentu kalau kita hidup kan harus beraktivitas. Di dalam beraktivitas pun tentu harus mengikuti atau menyesuaikan dengan kesukaan kita.
Basic kita apa. Sehingga kebetulan latar belakang pendidikan saya juga sebagai sarjana teknik sipil dan tentu kecendrungan terjun di dunia konstruksi besar sekali. Dan setelah berproses panjang di bidang tersebut, serta belajar banyak hal tentang berbagai kebutuhan dan sistem bisnis tersebut, kenapa tidak mulai saya kembangkan dari sekarang?,” ungkap Eka saat diwawancarai di sela aktivitasnya. Eka mengatakan, sejak awal tak sedikit terbersit dalam benaknya untuk mengembangkan usaha tersebut. Apalagi bermimpi ingin memiliki kantor dan mempekerjakan sejumlah orang untuk membantu mengembangkan perusahaan tersebut. Hanya saja, disetiap moment atau kesempatan kerja, Eka selalu tekun dan serius untuk mempelajarinya.
“Jujur saja sebenarnya sih mengalir begitu saja ya. Beraktivitas, mencuri banyak pengalaman dan banyak belajar. Hingga akhirnya bisa bertahan sampai sekarang ini,” kata Eka dengan sedikit tertawa. Bagi pria kelahiran 1 Juni 1964 ini, kunci utama yang perlu di jaga saat menjalankan tugas adalah berpegang teguh pada komitmen. Dengan begitu, kita bisa menjaga kepercayaan dari orang lain.
“Seperti yang saya katakan bahwa tidak ada resep istimewa selama saya bekerja. Hanya saja, satu hal yang mesti di ingat adalah kita harus pegang pada komitmen. Itu paling penting, karena kalau tidak akan sulit dijalankan. Apalagi di bidang konstruksi yang bergerak di bagian jasa seperti ini tentu harus bisa menjaga komitmen. Sekali ada masalah tentu kita tidak lagi direkomendasi pada proyek-proyek berikutnya.
Dengan cara itu lah kita bisa dipercaya karena harga kita ada disana,” tegas Eka. Tak heran, pria paruh baya yang sangat berpengaruh pada prinsip kerjanya itu mampu menghasilkan kualitas kerja yang profesional. Bahkan selain di dunia pekerjaan, suami dari pasangan Ni Nyoman Sudartini ini turut di percaya menjabat posisi penting dalam sebuah asosiasi atau organisasi profesi. Seperti salah satu contohnya adalah Eka menjabat sebagai Sekretaris di GAPENSI Denpasar.
Meski demikan, Eka tidak menampik bahwa kesuksesan yang kini diraihnya adalah berkat didikan kedua orang tua dan lingkungan keluarga. Anak sulung dari pasangan I Komang Mangga Dhiadnya dan Ni Kompiang Semadi ini mengaku karakter yang santai, fleksibel, tenang dan selalu rileks namun cekatan serta memiliki inisiatif dalam bertindak ini berkat kasih sayang dan ajaran baik dari orang tua. Sosok Ayah yang berprofesi sebagai guru Agama dan Ibu sebagai perawat di Rumah Sakit Wangaya Bali, kian membentuk kepribadiannya yang tidak begitu menonjol di tengah pergaualannya sejak kecil.
Namun, semangat kerja keras yang diimbangi dengan didikan rohaniah begitu kuat mengalir dalam darahnya. Seperti kisah perjuangan sosok Ayah. Ia mengisahkan bahwa beliau yang berasal dari Karangasem ini memiliki keyakinan besar pada saat memboyong keluarga kecil bersama adik-adiknya ketika peristiwa gunung meletus di tahung 1963. Tidak pernah terlintas memikirkan seperti apa kondisi ketika merantau ke Denpasar saat itu, yang pasti keluarganya bisa selamat dari bencana alam tersebut. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang perempuan yang kini menjadi teman hidup sampai saat ini yaitu Ibu dari Eka. Kisah serta perjalanan hidup dari Ayahnya kian mengarahkan dan mempengaruhi pola pikir Eka untuk bertindak. Bahkan, ajaran tentang keyakinan pun banyak ia dengar dari didikan sosok Ayah.
“ Yang pasti kedua orang tua sangat baik dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang. Saya pun dekat dengan keduanya, hanta saja Saya lebih sering dan dekat dengan Bapak. Apalagi Bapak dulu sering cerita. Makanya lingkungan saya sudah terbentuk dari kecil dengan kisah-kisah seperti itu. pun tentang kehidupan saya, memang tidak ada yang special, karena sama seperti kebanyakan anak lainnya. Namaun kedua orang tua mendidik saya dengan begitu sabar,” aku Eka.
Seiring berjalannya waktu, Eka tumbuh dewasa dan kini sudah bertanggung jawab untuk menghidupi keluarga kecilnya dan kedua orang tua. Ajaran-ajaran agama kian mendoktrin pola pikir Eka untuk selalu berkerja keras dan tak lupa untuk selalu bersyukur di setiap kondisi. Untuk tetap menjaga pola pemikiran itu, tak heran Eka menggeluti olahraga Yoga sejak lama. Karena menurutnya, dengan Yoga sendiri, kesehatan rohani tetap terjaga dan mampu mengontor serta merawat kesadaran dari segala bentuk perasaan saat menjalani kehidupan. Energi positif itulah yang selalu dijalankannya, sehingga ia tak menapik jika setiap uapa yang telah dilakukan adalah bentuk keterlibatan Tuhan dan semesta.
“Setiap pagi aktivitas Yoga selalu saya jalankan. Dengan maksud agar tetap memberi energi yang positif dan kita pun bisa relaksasi. Sehingga ketika menjalankan pekerjaan, tidak ada yang mesti saya takutkan. Karena keyakinan saya begitu kuat bahwa pasti akan dan selalu ada jalan. Sehingga, saya tidak terlalu banyak berharap, akan tetapi bertumpu pada keyakinan. Dimana apa yang bisa saya lakukan, akan saya lakukan. Mengalir begitu saja.
Tidak ada dalam bayangan saya bahwa akan membawa perusahaan seperti ini. Tetapi saya tekun dan selalu serius di setiap pilihan dan pekerjaan saya. Sehingga, sejak awal saya mendirikan perusahaan tersebut sejak dari kecil, syukurnya berjalan stabil dan tidak ada hal yang juga luar biasa yang terjadi. Sehingga saya pun berpikir bahwa semua itu ada campur tangan Tuhan. Masa-masa sulit pasti ada. Rasa kawati pun ada. Tapi saya percaya akan ada jalan. Terpenting masih di beri kesehatan dan masih hidup untuk bisa berpikir,” tutupnya.