Bukti Dedikasi Untuk Banyak Orang, Kemandirian & Pengabdian yang Tulus Membuahkan Hasil yang Maksimal

Bukti Dedikasi Untuk Banyak Orang, Kemandirian & Pengabdian yang Tulus Membuahkan Hasil yang Maksimal

Dr. Nyoman Handris Prasetya, Sp.P. – Karya Sari Supermarket

Ada banyak kisah sukses para pengusaha yang memulai merintis usaha dari nol dan harus melewati jalan panjang serta berliku sebelum akhirnya meraih kesuksesan. Kisah itu pula yang tentu bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Tak terkecuali, perjalanan hidup yang telah dilalui Dr. Nyoman Handris Prasetya, Sp.P. semasa merintis sebuah usaha yang tentu tak hanya menguntungkan diri sendri namun juga sangat bermanfaat untuk banyak orang.

Setelah menelisik banyak informasi dan cerita dari kesaksian hidup di masa mudanya, sosok Dr. Nyoman Handris Prasetya atau yang lebih akrab disapa Dr. Nyoman Hadris ini mampu memberikan banyak cuplikan haru di balik perjalanan kesuksesannya. Kini, nama besarnya tentu akan selalu di kenang dengan sejumlah karya serta dedikasi untuk banyak orang di bidang kesehatan. Hadir dengan semangat serta ketulusannya, Dr. Nyoman Handris membuktikan lewat keseriusannya mendirikan sebuah klinik dengan pelayanan berkualitas dan tentu memudahkan siapa saja untuk menjalankan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Buah karya sebagai bukti dedikasinya demi mewujudkan pelayanan kesehatan hidup banyak orang ini di kenal dengan nama Klinik Karya Prima yang beralamat di jalan Raya Sesetan No. 342 Br. Tengah Sesetan Denpasar, Bali.

Kini bersama sang Istri, Anie Handris, yang begitu setia mendampingi suami sejak awal merintis klinik tersebut turut membantu mengembangkan sayap bisnis di bidang retail (Swalayan) yang di kenal dengan nama Karya Sari Supermarket. Melalui pengembangan usaha retail yang berlokasi di daerah Sesetan dan Tabanan ini pula, Dr. Nyoman Handris dan Istri mampu menggerakan misi sosial serta rasa empati untuk tetap membantu sesama lewat pelayanan kesehatan yang memadai.

Yang pasti dalam setiap kehidupan, setiap orang pernah mengalami tantangan terberat. Menggapai mimpi dan cita-cita terkadang tak sejalan dengan harapan. Pun meraihnya tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun yang membedakan itu semua adalah bagaimana cara atau kekuatan besar dari setiap individu untuk merespon dan siap menghadapi masalah tersebut memalui semangat kerja keras. Dari kisah Dr. Nyoman Handris ini pula perjuangan meraih cita-cita membutuhkan mental yang besar untuk bertahan menopang pijakan langkah. Perspektif lain tentang sebuah keberhasilan dari sosoknya pula, tak sekedar untuk dinikmati oleh diri sendiri, namun bermanfaat baik untuk banyak orang. Sosok pria yang kini menginjak usia 80 tahun ini pun menceritakan bahwa semangat kerja keras terbentuk sejak dirinya hidup dalam lingkup sejarah reformasi di Indonesia.

Tekanan situasi mencekam tentang perjuangan masyarakat Indonesia yang ada di Bali turut berperang melawan penjajah, masih sangat terekan dalam ingatannya. Selain itu, tantangan terberatnya juga ketika Dr.Nyoman Handris yang termasuk dari bagian keturunan Cina kerap mendapat stereotip buruk dari sebagian masyarakat. Kala itu, masyarakat keturunan Cina rasa nasionalisme mereka diragukan meski Ayahnya, Liem Sie Ing, menikahi seorang wanita asli keturunan Bali yaitu Wayan Candri, sebagai Ibu dari Dr. Nyoman Handris, stigma tentang dirinya tak pernah hilang dalam benak banyak orang.

Serupa batu karang yang pura-pura menantang arus dan gelombang, perjalanan kehidupan Dr. Nyoman Handris kian terasa sulit ketika dirinya harus merelakan kepergian sosok orang tercinta yaitu Ayah saat dirinya duduk di bangku sekolah kelas 2 SMA. Terlalu cepat baginya dan suka tak suka kehidupan di tengah situasi yang jauh dari kata sejahtera itu harus ia arungi. Sejak saat itu, ia pun di asuh oleh Kakaknya dan harus meninggalkan sosok Ibu di Bali demi melanjutkan sekolah di pulau Jawa, tepatnya di kota Malang. Bak jatuh tertimpa tangga, Dr. Nyoman Handris kehilangan sosok yang dicintai untuk kedua kalinya, sang kakak meninggal saat dirinya kuliah kedokteran umum di universitas Airlangga.

Namun bukan berarti situasi itu meruntuhkan segala mimpi dan cita-citanya, atau bahkan menyurutkan semangat belajar dari Dr. Nyoman Handris. Pembuktiannya, selain menjadi siswa berprestasi sejak menempati bangku pendidikan Sekolah Rakyat (setara SD, red) hingga menamatkan sekolah di tingkat SMA, cita-citanya untuk bisa merubah hidup menjadi seorang anak yang mandiri pelan-pelan ia raih. Termasuk ingin menjadi seorang dokter profesional. Peluang itu pun tak serta-merta ia jalani. Hal itu dikarenakan sulitnya akses maupun ruang gerak bagi mereka keturunan Cina untuk mengambil langkah sebagai pilihan hidup. Keinginan dan niat yang besar dari Dr. Nyoman Handris selalu dipersulit. “Jujur saja, niat ingin menjadi seorang dokter saat itu pun sangat sulit. Ya karena situasi sosial saat itu memang sangat sulit bagi saya yang keturunan Cina untuk bisa masuk ke sekolah kedokteran. Dan alasan mengapa saya ingin sekali menjadi seorang dokter, karena saya tidak ingin banyak orang sakit dan meninggal seperti sosok Ayah dan kakak saya,” kenang Dr. Nyoman Handris.

Ketika menamatkan pendidikan di kedokteran Dr. Nyoman Handris harus mengikuti program wajib militer hingga saat perang di TimTim pun dijalaninya. Setelah sempat menjalankan tugas ke TimTim dan Kupang. Hingga di suatu kesempatan, Ayah 4 anak ini dihadapkan pada pilihan sekaligus tawaran yang tak bisa di tolak. Terlebih terkait profesi kerja untuk masa depannya. Dari dua pilihan karir, sebagai anggota tentara atau polisi, Dr. Nyoman Handris berbesar hati untuk menjalankan tugas sebagai seorang polisi.

Berkat haril kerja yang baik dan loyalitas tinggi, ia pun mendapat tawaran baik. Saat itu, seorang Mayor Jendral memberikan pilihan masa depan yaitu sebuah jabatan, namun pada saat itu Dr. Nyoman Handris menolaknya dan meminta agar diizinkan melanjutkan sekolah untuk mendapatkan gelar spesialis. Pada akhirnya permintaan tersebut dikabulkan, Dr. Nyoman Handris memutuskan untuk kuliah spesialis paru – paru di universitas Airlangga di usia 43 tahunnya. “Saya masih ingat betul dulu itu di suatu kesempatan yang baik sekali, ada seorang Mayor Jendral memberikan pilihan untuk masa depan saya. Dan akhirnya saya tetap memilih menjadi dokter dan di izinkan juga. Sehingga sejak saat itu saya mulai menempa pendidikan di perguruan tinggi sebagai seorang dokter,” jelasnya dengan sedikit tersenyum. Karir di bidang kedokteran akhirnya mampu merubah kehidupannya. Setelah menamatkan pendidikan tersebut, ia pun kembali ke Bali untuk mengabdikan diri sebagai seorang dokter spesialis Paru. Tidak lama berselang dengan jumlah uang yang cukup hasil tabungannya sendiri, ia langsung membuka tempat praktek dokter untuk siap menjalankan tugas pelayanan yang berkualitas bagi Masyarakat.

“Sejak saat itu banyak orang yang datang berobat. Tidak hanya itu, melalui profesi saya, ada banyak orang yang ingin mengabdi pada negara, seperti polisi, tentara dan lain-lain harus melalui pemeriksaan saya. Selama itu pun saya bekerja dengan jujur dan tanpa sogokan apa pun. Saya betul-betul memeriksa sesuai persyaratan yang telah di tentukan. Sehingga dengan banyak membantu orang, saya pikir kesempatan baik pun pasti ada,” aku Dr. Nyoman Handris. Ia menambahkan, jika dirinya tidak menampik bahwa buah dari hasil kerja kerasnya itu merupakan berkat campur tangan Tuhan dan juga doa baik dari almarhum kedua orang tua dan kakaknya.

Bahkan tak hanya itu, kisah kelam yang hanya doa jadi sandarannya kerap ia jalani sebagai penopang hidup untuk berserah. Hingga pada akhirnya, Tuhan memberi jalan di setiap kesempatan atau pun melalui orang-orang baik yang siap berjuang demi menata kembali ruang-ruang kehidupan yang sempat hilang dan tak ia rasakan. Semisal dari kekuatan karakter almarhum Ayah yang hadir dalam jiwa Ibunya, yang setia dan penuh cinta merawat Dr. Nyoman Handris hingga menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk banyak orang. “Saya hanya hidup dengan doa. Bahkan sejujurnya, saya merasakan bahwa sosok ayah dan kakak saya selalu ada di samping saya.

Sehingga bisa sampai saat ini pun karena berkat didikan kedua orang tua yang mengajarkan tentang sebuah arti kerelaan demi membantu banyak orang. Sehingga motivasi saya sampai saat ini adalah harus memiliki tujuan dalam hidup. Dengan tujuan itulah saya atau siapapun bisa mengumpulkan semangat perjuangan untuk menjadikan hidup lebih baik lagi,” imbuh pria kelahiran Denpasar, 08 Januari 1941 tersebut. Sementara itu, Anie Handris, sang Istri yang sempat diwawancarai ini cukup banyak menceritakan tentang perjalanan hidupnya selama mendampingi suami. Baginya, sosok Dr. Nyoman Handris adalah laki-laki yang tidak mudah menyerah. Pengalaman hidupnya, baik dari situasi keluarga maupun gejolak lingkungan di zamannya dulu seakan menjadi ‘api’ pemantik semangat demi menjalankan hidup. “Bapak sangat komitmen dengan prinsip hidup. Satu tujuan harus ada.

Karena ingin menjadi seorang pebisnis harus memiliki mental baja. Pastinya jangan pernah menyerah. Sekali gagal harus bangkit lagi, hingga berdiri di atas kaki sendiri. Pandangan itu juga menjadi alasan mengapa saya suka sama Bapak itu karena kepribadiannya itu. Bapak ini sangat idealis dan tegas. Orangnya jujur dan sangat penyayang sama keluarga,” ujar Anie Handris dengan sedikit tersenyum.

Ketika di tanya terkait awal kisah perjalanan Dr. Nyoman Handris beralih profesi dari seorang profesional Dokter menjadi seorang pengusaha, Anie menjelaskan, bahwa menjelang pensiun dirinya sudah memikirkan untuk masa depannya. Sehingga memilih menjadi usaha adalah tekad yang besar. “Ya Katanya waktu itu sih kepengen jadi Jendral di kehidupannya sendiri. Karena memang juga, ada tawaran untuknya menjadi seorang jendral, tapi Bapak tidak mau. Karena kebetulan juga Ibu mertua masih hidup. Sehingga agar bisa mengurusi semua itu, Bapak coba berusaha dengan membuka usaha sendiri melawati bisnis pribadi dengan membuat klinik Karya Prima di Bali,” jelas Anie.

Sampai saat ini, klinik kesehatan tersebut masih berjalan dan sudah mulai bekerja sama dengan pihak BPJS dan dengan menampung 28 ribu peserta yang terdaftar untuk bekerja sama. “Karena kebetulan di awal profesi saya adalah perawat di klinik Bapak. saya betul-betul merasakan perjalanan hidupnya. Jadi awal-awal membuka klinik dan bisnis lainnya, ya saya yang merasakan benar kerja kerasnya demi membangun semuanya dari nol. Saat membangun klinik ini di tahun 96 dan kebetulan saya dan Bapak menikah saat itu. Dan sejak saat itu kami berharap, apa yang telah Bapak bangun ini bisa berdampak baik bagi masyarakat luas,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *