Wayan Suandi meyakini bahwa terpilih kembali sebagai Perbekel Desa Getasan tak lepas dari campur tangan Sang Pencipta dan Leluhur. Meskipun ia tak memiliki afiliasi dengan partai politik, Wayan Suandi merasa sangat didukung oleh keluarga dan masyarakat dalam perjuangannya. Keyakinan dan dukungan tersebut menjadi pendorong utama baginya untuk melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.
Meskipun secara resmi tercatat sebagai kelahiran di desa Getasan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, I Wayan Suandi masih memiliki garis keturunan atau disebut sebagai “trah” Pasek Bendesa Dalem Guliang yang memiliki keberadaan signifikan di Desa Adat Pejeng di Kabupaten Gianyar. Menurut catatan sejarah, leluhur dan kakek-neneknya merupakan tipe orang yang gigih bekerja sebagai petani dan juga veteran pada masanya. Pekerjaan sebagai petani dan veteran ini dilanjutkan pada zaman orangtua Wayan Suandi. Bahkan orangtuanya dianggap sebagai bagian dari barisan veteran dan hingga saat ini masih menerima hak-hak dari pemerintah sebagai penghargaan atas pengabdian dan jasa-jasa beliau.
Kegighan para tetua dalam bekerja, mewarisi tanah basah yang secara tradisi selalu dikelola dan dikembangkan. Demi dapat dinikmati oleh generasi penerus selanjutnya, terutama dalam hal pendidikan yang berkualitas, demi mencapai karir yang lebih menjanjikan. Sebut saja, selain Wayan Suandi yang berhasil dipercayai menduduki kursi Perbekel Desa Getasan, dua adik perempuannya pun sukses dalam karir, yakni adik pertama di BNN (Badan Narkotika Nasional) dan yang kedua di Rumah Sakit Udayana Denpasar. Untuk anak-anaknya, ada yang berprofesi sebagai bidan di Rumah Sakit Mangusada Badung, bekerja di pemerintahan, Dinas Perijinan Kabupaten Badung dan terakhir tengah melanjutkan kuliah di Universitas Warmadewa.
Baca Juga : Anak Desa yang Menuntaskan Dharma Kepada Ayahnya Tercinta Untuk Menjadi Seorang Dokter
Masih menyusuri mesin waktu ke masa lalu Wayan Suandi. Ia menghabiskan masa pendidikan SD sampai SMP di Petang, kemudian ia melanjutkan ke jenjang SMA di SLUA Saraswati dan menerima gelar Sarjana Pertanian dari sebuah perguruan tinggi di Denpasar yang kemudian membawanya meniti karir di Kementrian Pertanian pada tahun 1997.
Beranjak ke tahun 2013, diadakanlah pemilihan Perbekel Desa Getasan yang terdiri dari enam calon kandidat, sehingga pemilihan dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama, Wayan Suandi berhasil lolos sebagai salah satu calon yang didukung oleh masyarakat. Kemudian pada tahap kedua, ia tetap mendapatkan suara terbanyak, sehingga hasil akhirnya, pada tanggal 13 Januari 2013, ia resmi dilantik sebagai Perbekel Desa Getasan.
Babak Kedua
Sementara rekan-rekan sejawatnya di bidang pertanian, sudah menjabat sudah menjabat sebagai Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Kepala Unit Sumber Daya Manusia. Pada tahun 2023 ini, Wayan Suandi memasuki periode keduanya sebagai Perbekel, semenjak dilantik Februari 2021. Padahal ia telah mendapatkan mandat dari Kementrian Pertanian sebagai Bagian Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Badung, akhirnya ia ikhlas mengundurkan diri dan kembali ke desa untuk memimpin masyarakat Getasan. “Mungkin darah kepemimpinan dari leluhur masih melekat di diri saya, yang bisa jadi bagian dari pengaruh saya masih dipercaya memimpin kembali. Kendati saya tidak berafiliasi dengan partai politik, karena latar belakang pekerjaan di kementrian, namun support system luar biasa oleh keluarga dan masyarakat, tak ingin saya kecewakan”.
Baca Juga : “Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin
Di musim kedua, Wayan Suandi memiliki tanggung jawab semakin besar untuk memimpin dan membangun Desa Getasan. Untuk mencapai tujuan tersebut, ia mengambil langkah yang bijak dengan merangkul para tokoh adat desa, seperti pemangku pura dan para pemuka masyarakat. Berharap bisa satu visi misi sama dalam memperbaiki infrastruktur desa, salah satunya dengan melakukan pavingnisasi atau pempavingan di sekitar pura-pura. Pembenahan infrastruktur menjadi hal esensial bagi Wayan Suandi, karena infrastruktur yang memadai akan memudahkan masyarakat desa dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Melalui program pavingnisasi di sekitar pura-pura, ia berharap akan memberikan dampak positif bagi masyarakat desa, terutama bagi para pemangku pura dan para pengunjung pura.
Tak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, Wayan Suandi juga tidak lupa untuk memperhatikan sektor pertanian di Desa Getasan. Ia menyadari bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karena itu, ia mencari cara untuk meningkatkan produksi pertanian dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Juga memberikan bantuan kepada petani dengan memberikan bibit dan peralatan pertanian, demi mendorong petani agar dapat meningkatkan hasil panen mereka dengan teknik pertanian yang lebih modern dan efektif. Melalui upaya-upaya ini pria kelahiran Badung 14 November 1969 ini, berharap sektor pertanian di Desa Getasan dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat desa.
Baca Juga : Tetap Membumi Dengan Impian Besar Untuk Masa Depan Keluarga dan Anak Bangsa
Dari sisi internal, Wayan Suandi berupaya meningkatkan sikap keterbukaan sebagai kunci penting dalam membangun hubungan yang baik dengan masyarakat desa, baik adat dan dinas. Keterbukaan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sangatlah penting untuk membangun kepercayaan dan menghindari kesalahpahaman. Dalam hal ini, keterbukaan tidak hanya berarti bersikap jujur dan pendekatan dalam komunikasi, tetapi juga mampu menerima dan merespon masukan serta kritik yang konstruktif dari masyarakat desa.
Melalui sikap keterbukaan perangkat desa pun dapat menciptakan atmosfer yang lebih inklusif dan mendukung kerja sama antara perangkat desa dan masyarakat. Hal ini menjadi kunci dalam mempersatukan desa adat dan desa dinas, menjadi akar tak kalah penting dalam mewujudkan program pembangunan desa. Dengan sinergi dan kolaborasi yang baik, maka program yang dilakukan dapat berjalan dengan lebih efektif, efisien dan kondusif untuk mencapai kepentingan yang sama yakni kemajuan Desa Getasan.
Sampai perjalanannya sebagai Perbekel Desa Getasan saat ini, Wayan Suandi merasa bersyukur atas perlindungan dan karma baik yang telah diberikan kepadanya oleh Sang Pencipta dan Leluhur. Sebagai wujud terimakasih, ia berupaya memperhatikan adat dan budaya yang diwariskan oleh leluhur sebagai pedoman utama dalam memimpin. Terakhir, dengan semangat yang tak pernah padam, Wayan Suandi berharap dapat terus membangun Desa Getasan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab tanpa menjadi arogan, demi menjaga nama baik keluarga dan cucu-cucunya di masa depan.