Dibesarkan Oleh Pengalaman, Konsisten di Balik Suksesnya Jasa Telekomunikasi

Dibesarkan Oleh Pengalaman, Konsisten di Balik Suksesnya Jasa Telekomunikasi

Drs. I Gusti Wayan Rawan – PT. Ananda Karya Nugraha

Semua orang tentu pernah mendengar ungkapan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Bukan tanpa alasan, melalui pengalaman, setiap orang akan mempelajari apa yang dialaminya dan kemudian mengambil pelajaran darinya. Tentu dari pengalaman itu pula yang menjadikan modal untuk kemudian menggunakan kesimpulan guna menghadapi tantangan yang surupa di masa depan. Metode empiris yang cukup efektif untuk menyelesaikan persoalan tertentu ini nyatanya sangat berpengaruh pada hasil yang baik bagi Drs. I Gusti Wayan Rawan, selama menapaki jejak langkah meniti karir.

Sosok Drs. I Gusti Wayan Rawan merupakan aktor penting di balik perusahaan swasta yang bergerak di sektor Teknologi Informatika dan Komunikasi (Telekomunikasi). Usahanya itu pun menjadi salah satu perusahaan yang masuk dalam perhitungan jasa yang siap menyediakan sekaligus bertanggung jawab atas pelaksanaan pemasangan perawatan dan perbaikan integrasi jaringan yang ada di pulau Bali. Perusahaannya di kenal dengan nama PT. Ananda Karya Nugraha yang beralamat di Jl. Gunung Tangkuban Perahu 131C, Br. Tegal Buah, Padang Sambian, Denpasar.

Tak dipungkiri, perkembangan teknologi komunikasi saat ini telah membawa banyak manfaat terhadap kehidupan manusia di masa kini. Terlebih dengan ketika saat era internet tiba, masyarakat dimudahkan untuk mencari informasi maupun berkomunikasi tanpa adanya batasan waktu dan lokasi. Di balik pesatnya jejaring teknologi komunikasi tersebut, hadirnya PT. Ananda Karya Nugraha turut membantu memudahkan masyarakat lewat jasa pengadaan layanan jaringan melalui fiber optik yang kegunaannya untuk kecepatan koneksi internet.

Fiber Optik yang tersedia merupakan saluran transmisi dari kabel yang terbuat dari kaca atau dikenal dengan
kabel serat optik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Dengan begitu, kecepatan transmisi fiber optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Melalui kerjasama dengan provider telekomunikasi, beragam teknologi serta pelayanan jasa di perusahaan yang didirikan oleh I Gusti Wayan Rawan ini lah yang mampu memberi bandwidth sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit per detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan. Selain itu dengan pelayanan serta biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah tidak mengurangi tingkat keamanan yang diberikan.

Saat diwawancarai, I Gusti Wayan Rawan atau yang akrab disapa Gung Rawan, menceritakan tentang banyak hal terkait awal mula dirinya memiliki ide untuk mengembangkan usaha tersebut. Ia menjelaskan bahwa langkah karir di bidang telekomunikasi ini berkat pengalaman bertahun-tahun yang mampu menjadi guru bijak untuk bisa memahami dan mengembangkan usaha dibidang telekomunikasi.

Bahkan genangan kenangan itu pun datang dari situasi keluarga. Semangat kerja keras hingga berkawan dengan kegigihan adalah karakter yang terbentuk sejak masa mudanya. Terlahir dari keluarga yang jauh dari kata sejahtera, membuat Gung Rawan harus bisa hidup mandiri. Ayah dan Ibunya, I Gusti Made Dibiya dan Ni Nyoman Lasmi adalah seorang buruh bangunan. Meski demikian, Gung Rawan tetap dididik dengan penuh cinta dan kerap memberi ajaran baik lewat teladan.

Namun karena tak mampu membiayai sekolah, Gung Rawan yang lahir di Dusun Batuaji Kawan Tabanan ini pun harus tinggal bersama seorang Paman Di Bangli. Saat itu dirinya sudah menginjak usia belasan dan tengah menempuh pendidikan SMPN 1 Bangli. Berkat keseriusannya, Gung Rawan pun mampu menamatkan pendidikan hingga SMA.

Meski tidak merasakan manisnya pendidikan di perguruan tinggi seperti layaknya teman sebaya, Gung Rawan tetap percaya bahwa modal kemandiriannya mampu membuka jalan demi menapaki masa depan yang cerah. Dan dengan keputusan yang besar, ia pun memilih untuk merantau ke kota Denpasar. Misinya, selain mencari sumber penghidupan, Gung Rawan memutuskan untuk bisa melanjutkan kuliah.

“Tentu saya berpikir bahwa, setiap anak yang tinggal dan hidup jauh dari orang tua, pola pikirnya berbeda. Jadi rasa tanggung jawab dan bekerja keras sangat terasa dan tertanam. Jadi ada banyak hal yang bisa kita petik dan pelajari hingga menjadi besar ketimbang tumbuh di rumah sendiri. Sehingga ketika berangkat merantau ke Denpasar, saya sudah terlatih untuk bekerja yang tentu untuk kebutuhan hidup, menafkahi keluarga dan tabungan masa depan. Nah dengan semangat itulah yang melahirkan ide untuk bisa saya lakukan,” jelas Gung Rawan bersemangat. Berkat keseriusan itu pula, ayah tiga anak ini akhirnya mampu menyelesaikan studi di tingkat Sarjana dengan gelar S1 keguruan. Patut dibanggakan, sebab Gung Rawan mampu membiayai segala kebutuhan kuliah dan hidup dengan hasil kerjanya sendiri.

“Kebetulan saya dapat pengalaman kerja sebagai freelance di Telkom yang ruang kerjanya di bagian perawatan. Jadi tugasnya mengurus jaringan yang relasi kerjanya berhubungan dengan instansi, perbankan, hotel-hotel, dan lain sebagainya. Sehingga ada telpon yang rusak kami yang memperbaiki. Nah dari pengalaman kerja ini lah yang menjadi modal besar untuk saya hingga saat ini. Meski basic ilmu sebagai seorang guru, namun saya mampu mengerjakan bidang telekomunikasi dengan profesional berkat pengalaman kerja,” ujar Gung Rawan.

Suami dari Ni Nyoman Sri Surdami ini mengaku, usai menamatkan kuliah, dirinya sempat bekerja sebagai seorang guru honorer sekolah menengah swasta di Denpasar. Namun perannya sebagai guru tidak lama ia lakoni, sebab, di masa itu gaji dari profesi tersebut masih belum bisa menutupi segala kebutuhan hidup.

“Jujur saja, hidup di Denpasar dengan gaji guru honorer saat itu tentu serba kurang. Sehingga akhirnya saya coba mencari pekerjaan lain yang berkaitan dengan pengalaman kerja yang dulu. Hingga akhirnya ada pengumuman peluang untuk menjadi mitra Telkom di bidang Instalasi Kabel Rumah dan Gedung (IKR-G), akhirnya saya memanfaatkan kesempatan tersebut. Dan akhirnya saya diterima dan Karena lebih sibuk dengan pekerjaan di Telkom ini, saya meminta mengundurkan diri dari guru lalu pindah berwirausaha sampai saat ini,” aku Gung Rawan.

Pria kelahiran 11 September 1961 ini pun banyak menempa banyak pelajaran dari dunia profesinya itu. Kala itu, Telkom masih menggunakan kabel tembaga, berkembang ke era nirkabel hingga flexi, Gung Rawan turut banyak belajar dari perkembangan tersebut. Sampai akhirnya merambah di bidang serat optik atau fiber optic sampai saat ini.

“Nah disini lah saya banyak belajar tentang fiber optik dengan mengikuti banyak pelatihan. Karena, mengambil pekerjaan ini sangat beresiko terhadap kesehatan. Sehingga sangat penting mengikuti beragam pelatihan. Dirasa cukup dari segi kesiapan, kesanggupan serta ketentuan yang dianjurkan sudah saya jalankan, saya pun mengambil peluang untuk membangun perusahaan sendiri dan sampai sekarang menjadi rekanan atau mitra Telkom,” jelasnya. Kesuksesan yang kini diraihnya tentu menjadi modal agar bisa meregenerasi. Sehingga agar bisa mengikuti jejaknya, Gung Rawan pun mulai mengarahkan sekaligus mendidik ketiga anaknya untuk bisa mendalami lebih jauh tentang teknik informatika. Namun lebih dari pada itu, Gung Rawan berharap agar anak-anaknya bisa mengikuti semangat dan kerja kerasnya.

“Kalau untuk saya pribadi, saya tidak berharap anak-anak saya menjadi pegawai negeri. Semua itu karena saya merasa bahwa profesi yang kini saya jalani memiliki peluang untuk bisa menata masa depan. Sehingga saya mengarahkan anak saya untuk coba mengikuti jejak saya. Mulai dari sekolah di STM, dan kemudian melanjutkan kuliah di STIKOM.

ehingga masih ada keterkaitan dengan usaha saya ini. Jadi saya bercermin dari diri sendiri dulu untuk kemudia saya lakukan untuk keluarga. Dasar pikiran saya begini, kalau seandainya anak-anak masih bekerja dengan orang lain, artinya mereka masih siap untuk di perintah. Tetapi kalau bekerja sendiri, mereka sendiri yang menentukan. Itu semangat yang saya berikan kepada anak-anak,” ungkapnya.

Meski demikan, ia meyakin jika manusia hanya bisa berencana dan yang berkehendak adalah sang pencipta. Sehingga, hal yang tak luput untuk ia sampaikan adalah teladan yang baik untuk selalu berusaha, bekerja keras dan juga berdoa untuk tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan.

“Saya meyakini bahwa semua kehendak Tuhan. Saya sendiri pun tidak pernah berpikir bisa sampai di titik ini, terpenting saya bekerja, bekerja dengan semangat yang besar. Entah hasilnya bagaimana saya serahkan kepada Tuhan. Permohonan saya kepada Tuhan selalu meminta petunjuk untuk memudahkan pekerjaan saya. Jadi resep sukses bagi saya adalah kelanggengan terhadap apa yang kita kerjakan. Tetap bekerja, berdoa dan jangan menyerah. Jangan menyerah dengan keadaan,” tutup Gung Rawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *