Pada awal tahun 2011, perangkat desa berupaya mengajak para pengurus dan staf LPD untuk mengembangkan lembaga ini secara lebih baik dan meningkatkan kinerjanya lebih nyata, mengingat Desa Adat Sampalan memiliki struktur administratif yang terdiri dari tiga desa dinas dan 16 banjar, yang menjadikannya memiliki luas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan desa-desa lain. Kondisi ini semakin mendorong untuk segera memperbaiki kinerja LPD Desa Adat Sampalan. Pada periode 2012-2014, para pengawas, termasuk I Gede Kusuma sebagai Wakil Bendesa Adat sekaligus Badan Pengawas, serta prajuru / staff desa adat pun mengadakan diskusi melalui rapat umum. Hasil dari rapat tersebut mengumumkan I Gede Kusuma sebagai ketua LPD sejak tahun 2014, dengan harapan dapat membawa perubahan positif dalam pengelolaan LPD Sampalan.
I Gede Kusuma secara tidak terduga harus merangkap beberapa jabatan, termasuk sebagai Wakil Bendesa Adat, anggota Badan Pengawas dan yang terbaru sebagai Ketua LPD Sampalan. Hal ini menjadi tantangan baru baginya, menggiring LPD yang meski memiliki perbedaan dengan bank, sistemnya tetap mengarah pada model perbankan. Seiring berjalannya waktu, LPD perlahan-lahan harus mengikuti sistem tersebut dan untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dalam setiap agenda pertemuan di banjar-banjar, terutama yang memiliki jumlah kepala keluarga yang signifikan. Ia melakukan pertemuan dengan masing-masing kelian banjar untuk mendapatkan dukungan dalam perkembangan LPD. Tujuannya adalah memperkuat LPD dan memastikan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam memajukan lembaga ini.
Pembenahan dilakukan oleh I Gede Kusuma, dimulai dengan mengubah bangunan operasional yang sebelumnya kecil menjadi lebih memadai. Namun, dalam prosesnya, tidak sedikit pemborong yang mengalami kebingungan dalam membangun bangunan tiga lantai tersebut karena khawatir dengan kekuatan fondasinya. Oleh karena itu, I Gede Kusuma memutuskan untuk mencari tukang tradisional. Tukang tradisional yang ditemui oleh I Gede Kusuma menyarankan untuk melebarkan bangunan sejauh 1 meter ke arah barat dan 1 meter ke arah utara. Hal ini dilakukan agar beban pada fondasi terdistribusi dengan lebih baik dan menjaga kestabilan struktur bangunan. Dalam pembenahan ini, material yang digunakan juga diganti dengan yang lebih ringan guna meringankan beban pada fondasi.
Baca Juga : Fokus Kembangkan Desa Banjarangkan Tercinta dengan Menemukan Solusi Terbaik Sesuai dengan Urgensinya
Setelah melakukan pembenahan fisik pada bangunan, I Gede Kusuma melanjutkan dengan tahap perekrutan karyawan untuk melengkapi bagian-bagian manajemen yang sebelumnya belum lengkap, seperti bagian pemungutan tabungan dan kredit. Ia berupaya untuk memastikan bahwa minimal sarjana menjadi persyaratan untuk mengisi posisi tersebut, agar masing-masing bagian dapat dijalankan secara optimal. Namun, hingga saat ini hanya bagian kredit yang berhasil mendapatkan rekrutan dan posisi tersebut masih dirangkap dengan tanggung jawab di bagian pemungutan tabungan. Hal ini menjadi sebuah tantangan yang nyata dalam merekrut lulusan sarjana yang siap untuk bergabung dan berkontribusi di LPD. I Gede Kusuma berharap dapat segera melengkapi kekosongan sumber daya manusia tersebut dengan mempertimbangkan beberapa langkah. Seperti memperluas jangkauan perekrutan dengan mengiklankan lowongan pekerjaan di berbagai platform, termasuk media sosial dan meningkatkan daya tarik perusahaan dengan menawarkan paket kompensasi dan tunjangan yang kompetitif, serta peluang pengembangan karir yang menarik.
Dalam upaya terus membangun kepercayaan masyarakat, I Gede Kusuma menyampaikan laporan bulanan dari LPD Sampalan kepada prajuru desa dan menempelkannya di setiap banjar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas terhadap kinerja LPD kepada masyarakat. Selain itu, pada akhir tahun ia juga mengundang masyarakat melalui perwakilan yang meliputi hampir 70 orang, termasuk prajuru desa, BPD, LPM, Sekaa Teruna dan Karang Taruna. Dalam rangka mengawasi dan mengontrol kinerja LPD, masyarakat memiliki peran aktif. Mereka dapat melakukan pengawasan terhadap tugas dan kinerja pengurus LPD, serta memberikan saran dan masukan jika terdapat pelanggaran atau ketidaksesuaian dengan aturan yang berlaku. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan ini sangat penting untuk menjaga integritas dan transparansi LPD.
I Gede Kusuma berusaha terlibat dalam berbagai sektor untuk memberikan kontribusi positif yang tidak bisa dipisahkan dari kelembagaan LPD. Di sektor ekonomi misalnya, Ia memberikan nasehat kepada pedagang dan pelaku industri rumahan agar memanfaatkan jasa keuangan yang disediakan oleh LPD, daripada menggunakan layanan keuangan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mendukung dan memperkuat ekonomi lokal serta memberikan akses yang lebih mudah dan terjangkau kepada para pelaku usaha. Selain itu, I Gede Kusuma juga mendukung generasi muda yang bermimpi bekerja di kapal pesiar dengan memberikan dukungan finansial dalam biaya pendidikan atau pelatihan yang diperlukan. Dengan memberikan bantuan ini, Ia berharap dapat membantu mewujudkan impian mereka dan memberikan kesempatan yang lebih baik dalam mencapai karier yang diinginkan. Selain itu dilakukan juga pembagian sisa hasil usaha (SHU) dan I Gede Kusuma berharap bahwa dengan perkembangan LPD yang terus meningkat, dapat merealisasika kegiatan sosial lainnya. Demi memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan membantu memenuhi kebutuhan sosial di sekitar wilayah LPD.
Baca Juga : “Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin
Pendidikan, Bertani dan Menjaga Kerukunan
Orangtua I Gede Kusuma hidup di zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa itu, orangtua I Gede Kusuma menghadapi larangan untuk bersekolah karena ada kekhawatiran bahwa ia akan menjadi bagian dari tentara Belanda. Sempat kesal dengan larangan tersebut, orangtua I Gede Kusuma membalas dengan memberikan prioritas yang tinggi pada pendidikan bagi I Gede Kusuma dan sembilan saudaranya. Mereka berusaha memastikan bahwa semua anak-anak mereka mendapatkan pendidikan hingga tingkat sarjana.
Selain pendidikan, keluarga I Gede Kusuma memiliki latar belakang sebagai petani. Oleh karena itu, orangtua mereka mengajarkan anak-anaknya untuk belajar dan bekerja sebagai petani. Mereka memberikan lahan kepada anak-anak mereka untuk digarap dan mengajarkan mereka keterampilan bertani. I Gede Kusuma dan saudara-saudaranya aktif bekerja di lahan tersebut, bahkan ketika I Gede Kusuma sudah mencapai kelas II SMA. Sementara dirinya bekerja di lahan, orangtua yang menjual hasil panen ke Jawa.
Pengajaran lain yang diterapkan dalam keluarga I Gede Kusuma adalah pentingnya menjaga kerukunan antara saudara-saudara. Mereka diajarkan untuk saling membantu jika ada di antara mereka yang memiliki kondisi ekonomi lebih baik. Hal ini juga berlaku dalam lingkungan tempat tinggal mereka, dimana saling membantu dan gotong royong menjadi nilai yang ditanamkan. Prinsip ini terbawa dalam kepribadian I Gede Kusuma dalam kehidupan sosialnya saat ini. Ketika I Gede Kusuma terjun sebagai perangkat desa, awalnya ia mungkin merasa tidak siap. Namun, karena masyarakat terus mendukungnya dan mengusulkannya, akhirnya ia terpilih. Hal serupa terjadi saat pemilihan Badan Pengawas hingga akhirnya ia menjadi Ketua LPD Sampalan. Ia menyadari bahwa keberhasilan seseorang tidak bisa diukur semata-mata oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh masyarakat dan semesta secara luas.
Terakhir, sebagai seorang pemimpin yang hidup di Bali dan memahami serta menghormati nilai-nilai sekala dan Niskala, I Gede Kusuma dapat mengembangkan pemahaman dan kesadaran akan kedua dimensi ini dalam kepemimpinannya. Hal ini melibatkan kepekaan terhadap aspek spiritual, menjaga harmoni sosial serta mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan materi dan kehidupan rohani. Dengan memahami konsep ini, I Gede Kusuma dapat terus mengembangkan dirinya dan menjalankan tugas kepemimpinannya dengan bijaksana, memberikan contoh yang baik dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Desa Adat Sampalan.