Implementasi Kerja Keras dan Jiwa Sosial Jadi Sukses Membangun Usaha

Implementasi Kerja Keras dan Jiwa Sosial Jadi Sukses Membangun Usaha

I Wayan Mustika Subawa, SE – UD. Sami Durus

Ujung tombak kesuksesan terletak pada tangan yang tepat. Semua itu akan bisa di genggam, apabila mampu memberikan etos kerja yang maksimal. Baik melalui sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu yang dilakukan. Baik itu perihal materi, intelektual, fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniawian maupun akhirat. Sikap ini pula yang juga mesti dimiliki oleh setiap individu dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.

Refleksi itu pula yang turut diperlihatkan oleh I Wayan Mustika Subawa, SE, selama mengembangkan beragam bisnisnya. Motivasi kerja dalam konsep etos kerja, seperti diantaranya kerja adalah rahmat, amanah, panggilan, aktualisasi diri, ibadah, kehormatan, dan kerja adalah pelayanan, mampu diimplementasikan dalam konteks kehidupannya yang selalu siap untuk bekerja keras. Tidak ketinggalan, meski harus berkawan dengan kegigihan dan setiap hari harus menjalankan rutinitas untuk bekerja, I Wayan Mustika Subawa memiliki relasi baik dengan siapa saja berkat jiwa sosialnya. Tak heran, buah manis yang mesti ia petik dan rasakan saat ini kian memupuk semangatnya untuk terus berkarya lewat beragam usaha yang ia tengah ia kembangkan dan jalankan saat ini.

Diantaranya adalah tempat penginapan dan toko bahan bangunan yang di kenal dengan nama UD. Sami Durus. Usaha yang berlokasi di jalan Tangkuban Perahu No.10X, Padangsambian, Denpasar ini pun menjadi usaha yang juga cukup di kenal oleh sejumlah pihak yang menjadi relasi dari I Wayan Mustika Subawa. Bagaimana tidak, ketersediaan bahan bangunan sesuai kebutuhan tergolong cukup lengkap dan memiliki kualitas yang baik. Tidak hanya itu, sejumlah usaha yang juga dikembangkan oleh anak – anaknya, seperti barber shop atau lebih di kenal dengan nama Mr. Pangkas Barber Shop masih eksis di tengah geliat usaha pangkas rambut yang semakin berkembang di Denpasar. Selain mengelola usaha itu, I Wayan Mustika Subawa atau yang dulu sewaktu masa muda kerap akrab disapa Wayan, menjadi salah satu figur yang turut menjadi panutan di tengah lingkungan tempat tinggalnya di Padangsambian Denpasar.

Baca Juga : Membangun dan Membina Hubungan Kemanusiaan dalam Karya di Dunia Kesehatan dan Pendidikan

Kini dirinya tengah menjabat sebagai pengurus Gerakan Nasionalis Nusantara yang memiliki peran dan fungsi memperpanjang tangan pemerintah untuk membantu masyarakat kurang mampu. Selain itu, berkat ide dan gagasan yang cerdas selama menggeluti dunia bisnis, pria paruh baya tersebut turut dipercayakan masyarakat setempat sebagai ketua pengelola pasar desa di tempat tinggalnya di Desa Adat Padangsambian sejak tahun 2008 silam. Rentetan pencapaian usaha serta bisa di percaya oleh banyak pihak tentu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah seperti membalikan telapak tangan. Semuanya itu ia temukan dari banyak tempaan yang sudah dilalui. Baik itu dalam lingkup pendidikan, sosial dan terlebih khusus dalam lingkup keluarga. Saat ditemui di sela kesibukannya, Wayan pun banyak menceritakan kisah perjalanannya karirnya hingga saat ini.

Wayan sendiri terlahir di tengah keluarga yang hidupnya sangat berkecukupan. Meski demikian, pria kelahiran Denpasar, 24 April 1970 itu tumbuh dengan didikan baik dari kedua orang tua, I Made Reta dan Ni Nyoman Sampreg. Namun sayang, kasih sayang serta cinta yang mesti ia rasakan harus kandas di tengah jalan. Saat menginjak kelas 2 SD, ayahnya meninggal dunia dan sang ibu memutuskan untuk menikah lagi yang kemudian kembali tinggal bersama Wayan di tahun 2004. Wayan pun harus sempat merasakan hidup sebatang kara, Ia mengaku jika situasi saat itu sangat sulit ia terima, sebab menjalani hari tanpa sosok orang tua begitu berat Wayan lakukan.

Namun, sepertinya Tuhan punya cara yang lain untuk membesarkannya. Satu hal yang ia yakini adalah titipan orang-orang baik yang sudah Tuhan tentukan untuk bisa membimbingnya. Salah satunya adalah keluarga dari almarhum Ayah, terlebih khusus saudara kandung I Made Reta yang kerap ia sapa sebagai paman. “Kebetulan ayah memiliki keluarga besar dan memiliki saudara yang banyak, sehingga saya masih mendapat perhatian dari mereka sejak ditinggalkan oleh Ayah dan Ibu saya,” aku Wayan tegas.

Sejak tinggal bersama pamannya yaitu I Wayan Dendu yang saat ini telah menjadi seorang pedanda dengan nama Ida Pandita Empu Jaya Smara Sanyasa Tanaya, kehidupannya mulai berlahan terobati. Selain perhatian, kesibukan dan rutinitas Wayan turut menjadi penghibur baginya. Kebetulan, Pamannya saat itu sudah mulai sibuk dengan bisnis toko bangunan. Sehingga Wayan pun punya kewajiban dan tanggung jawab untuk ikut membantu dan lebih banyak tidak merepotkan Pamannya seperti kebanyakan anak – anak seusianya saat itu.

Ayah tiga anak ini mengaku, kesibukan hampir banyak dengan belajar dan bekerja. “ Jujur ya, seusia saat saya kecil dulu, pola pemikiran saya sedikit berbeda dengan teman-teman sebaya. Tinggal bersama paman, saya merasakan bahwa punya tanggung jawab besar untuk turut membantu. Sehingga, dari situ saya mulai bekerja. Bayangkan, dari jam lima pagi saya bangun ikut membereskan barang-barang di toko setelah itu berangkat ke sekolah. Dan aktivitas itu saya nikmati sekali. Rasanya seperti bermain saja,” jelasnya dengan sedikit tersenyum.

Selain fokus dengan urusan di rumah dan sekolah, jiwa Wayan seperti terpanggil untuk terus berusaha di bidang bisnis kecil-kecilan. Mulai dari jualan es lilin, roti dan lain sebagainya, dengan semangat ia jalani. “Hingga saat SMP, aktivitas saya tidak berubah yaitu tetap ikut membantu Paman dan saat itu saya sudah bisa nyetir mobil untuk ikut mengantarkan barang – barang pesanan dari toko. Dan itu berlangsung sampai saya sekolah di STM,” imbuh Wayan. Pengalaman lain yang juga lekat dalam ingatan Wayan adalah ketika pernah merasakan menjadi sopir angkutan lintas pulau. Tanpa disadari, pekerjaan tersebut membuka ruang pertemanannya dengan banyak pihak. Perlahan, wayan pun mulai mengumpulkan modal usaha sebagai bekal dan kebutuhannya. Wayan mengaku bahwa, faktor yang mempengaruhinya untuk terjun di dunia bisnis toko bangunan pertama kali sejak melihat usaha pamannya. Dan usaha itu pun menjadi cita-cita Wayan sejak awal.

Baca Juga : Generasi Penerus Karya Seni Terapan Agar Lestari Hingga ke Pelosok Dunia

“Memang dari dulu saya sangat ambisius ya. Jadi memang segala sesuatu yang ingin saya lakukan itu selalu pakai target. Sehingga dengan beragam usaha kecil-kecilan itu saya memiliki sedikit demi sedikit modal untuk tabungan saya. Di samping masih tetap bekerja membantu paman saya mencoba merambah usaha kecil-kecilan untuk bisa mendapatkan modal. Serta tidak ketinggalan, saya turut aktif dalam kegiatan di desa. Hingga akhirnya, dengan begitu saya memiliki relasi dan kedekatan bersama banyak orang,termasuk di lingkungan tempat tinggal. Beberapa rekan usaha pun punya hubungan baik, dengan tidak hanya sekadar bisnis, namun berupaya agar sama-sama membangun usaha. Seperti memberikan modal usaha lewat jual-beli cek keuangan yang diterima dari masyarakat yang memiliki modal dan kemudian uang tersebut saya pinjamkan ke pengusaha lain untuk digunakan sebagai modal pinjaman,” terang Wayan.

Berangkat dari situlah, Wayan yang mampu menyelesaikan studi di perguruan tinggi Universitas Mahendradatta dengan konsentrasi ilmu fakultas Ekonomi ini meyakini jika ada banyak pihak yang mempercayakan Wayan untuk bisa mengemban beberapa tugas dan peran penting di sebuah bidang usaha kemasyarakatan. Salah satunya, hingga saat ini menjabat sebagai ketua pengelola pasar desa di tempat tinggalnya. “di tahun 2008 saya di percaya sebagai salah satu calon pengelola pasar desa dari 8 kandidat. Akhirnya saya terpilih juga sebagai ketua pengelola di pasar desa. Pembenahan yang saya lakukan sejak awal itu adalah pendataan para pedagang sehingga bisa terkontrol dalam setiap aktivitas di pasar,” ujar Wayan. Baginya, kunci kesuksesan ada pada integritas selama menjalani tugas serta mengontrol beragam usaha yang tengah ia kembangkan saat ini. Syukurnya, Wayan turut di dukung dan di bantu oleh sosok Istri, Ni Made Puspawati, untuk bisa membagi tugas pengelolaan usaha. Baginya, etos kerja yang saat ini ada di atas pundaknya adalah pelayanan sekaligus kehormatan. Apa pun bentuk tantangannya, Wayan berusaha untuk tetap melakukan yang terbaik sebagai tanggung jawab moral.

“Semenjak mendapat mandat dan kepercayaan masyarakat sebagai ketua di pasar, memang waktu saya lebih banyak di pasar. Sementara usaha yang sudah ada lebih banyak di urus oleh Istri saya. Saya hanya mengontrol saja. Karena memang saya betul-betul ingin menjaga nama baik juga, menjaga kepercayaan. Karena ini adalah tanggung jawab moral saya. Seperti yang saya katakan tadi, selalu tetap menjaga integritas kerja,” ungkapnya. Begitu halnya pula dengan situasi yang saat ini begitu sulit dirasakan oleh banyak orang karena pandemi. Wayan tidak mengelak jika roda perekonomian tersendat, termasuk usaha UD. Sami Durus. Namun sekali lagi, semuanya tidak terlepas dengan urusan moral-nya untuk tetap menjaga, merawat dan tetap mempertahankannya untuk keberlangsuhan hidup bersama.

“Saya pernah merasakan masa sulit dan saya meyakini jika kebaikan Tuhan itu datang melalui orang-orang yang baik. sehingga, dengan situasi pandemi saat ini, sebenarnya memang kalau berkata jujur sangat sepi dan bisa saja akan berdampak pada pengurangan pegawai dan karyawan. Tapi kasihan juga ya. Sehingga solusinya sekarang ya tetap mempekerjakan mereka namun waktunya dikurangi. Tapi tanggung jawab moral mesti diutamakan. Seperti jaminan kesehatan untuk mereka turut saya lakukan. Karena itu sangat penting menurut saya. Intinya bagi saya, karyawan yang ikut membantu atau bekerja bersama saya adalah keluarga saya,” tutup Wayan.

One thought on “Implementasi Kerja Keras dan Jiwa Sosial Jadi Sukses Membangun Usaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *