H. Muhammad Solikin & Muhammad Shohib – UD. Perdukasa
Hampir sebagian besar orang memimpikan menjadi seorang pebisnis besar dan sukses. Tapi, hanya sebagian kecil yang benar – benar hidup menjalani mimpi tersebut. Alasannya sederhana, merintis dan mengelola usaha sendiri tidak semudah yang dibayangkan. Selain harus memiliki mental sekuat baja, ada hal penting lain yang harus dipersiapkan dengan matang.
Salah satu modal yang sangat dibutuhkan oleh seorang pengusaha adalah kemampuan untuk mencari peluang bisnis. Pengusaha haruslah kritis dan bisa memandang kebutuhan masyarakat. Karena seorang calon pengusaha yang sukses haruslah pandai menganalisa target pasar. Meski ia memiliki produk dengan kualitas terbaik, namun, jika ia tidak memiliki pasar yang tepat, maka penjualan produk yang dilakukan akan mengalami kesulitan. Hal tersebut dilakukan oleh H. Muhammad Solikin, pendiri dari ‘UD. Perdukasa’ yang sukes menjual dan mendistribusikan berbagai macam jenis material kayu.
Kesuksesan yang diraihnya sekarang tidak terlepas dari ujian dan cobaan. Cobaan dan ujian tersebut tidak selalu menyedihkan melainkan juga dapat menempa kegigihan dan pelajaran yang dipetik. Karena menurut H. Muhammad Solikin solusi dari semua cobaan dan ujian yang dihadapi kuncinya adalah berdoa dan berusaha. Terlahir dari keluarga petani yang kurang berkecukupan, maka sedari kecil ia sudah terbiasa dihadapakan dengan pekerjaan yang berat, tidak seperti teman-teman seusianya yang sepulang sekolah dapat bermain, H.Muhammad Solikin harus berkutat untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dengan ikut serta mengarit sawah.
Meski begitu, tidak pernah sekalipun ia mengeluh akan apa yang dikerjakannya, karena di dalam lubuk hatinya, ia hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan dapat membantu mencukupi keterbatasan ekonomi keluarganya. Dan siapa yang tahu, bahwa keseharian itulah yang membentuk mental gigih dan pantang menyerah H.Muhammad Solikin yang kelak akan mengubah garis takdir hidupnya.
Pria kelahiran Madura ini, memulai langkahnya sebagai seorang kernet di daerah pasuruan yang memiliki tanggung jawab untuk membantu membawa barang bawaan sekaligus menata dan merapikan barang-barang tersebut ke dalam mobil, seiring berjalannya waktu ia mendapatkan relasi untuk dapat terjun sebagai makelar penjualan kayu, usaha itu mulai dirintisnya dan pelan – pelan sukses dan berkembang.
Namun, belumlah bisa benar – benar menikmati hasilnya, pada tahun 2003 H. Muhammad Solikin harus dihadapkan dengan kenyataan pahit karena usahanya harus gulung tikar disebabkan banyaknya konsumen yang mengambil barangnya menghilang tanpa kabar dan beberapa diantaranya sulit untuk di tagih. Keadaan itu membuat H.Muhammad Solikin harus memulai lagi usahanya dari nol atau mungkin bisa di bilang kali ini ia berangkat dari minus, karena harus menanggung segenap tanggungan yang harus diselesaikan.
Dalam keadaan itu, H.Muhammad Solikin tidak lantas menyerah mewujudkan impiannya, ia sadar betul doa dan usaha yang diakhiri dengan tawakal akan terus membuat jalan setapak perjuangannya akan menjadi lapang. Sebab menurutnya berdoa dan berusaha adalah salah satu modal untuk meraih apa yang diinginkan.
Seperti kita memancing, kita butuh mata kail dan umpan. Jika diibaratkan, doa adalah mata kailnya sedangkan usaha adalah umpan kita. Jika ingin mendapatkan ikan salmon tentunya kita tidak bisa menggunakan mata kail biasa dengan umpan seekor cacing, bukan? Begitupun dengan kesuksesan. Jika kita ingin mendapatkan kesuksesan yang besar, berdoa dan berusaha pun harus sebanding dengan apa yang kita inginkan.
Maka dengan berbekal itu H. Muhammad Solikin akhirnya pergi ke pulau Bali yang pada awal niatnya hanya untuk melancong sebentar, menagih sisa tunggakan konsumennya dengan harapan akan mendapatkan uang, dan kembali melanjutkan bisnis.
Alhasil bukannya mendapat sejumlah uang yang diharapkan, ia pun lagi – lagi dihadapkan dengan keadaan pahit, karena orang yang di tagih juga belum mempunyai uang. Tapi memang Tuhan memang mempunyai rencana lain, dari perjalannannya ke pulau dewata inilah justru ia dipertemukan dengan seorang teman lama yang akhirnya membantunya menawarkan kerjasama untuk ikut serta merintis usaha kayu pada tahun 2005. Maka terbukti berdoa dan berusaha memang sudah melekat menjadi satu – kesatuan yang tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Mau berusaha semaksimal mungkin kalau lupa akan berdoa pasti usaha yang dikerjakan akan mendapatkan hambatan ataupun masalah. Dengan doa sang maha pencipta niscaya akan memberikan jalan terbaik yang bahkan bagi H. Muhammad Solikin tidak pernah terpikirkan olehnya dapat kembali bangkit dari keterpurukan dan berdikari mengembangkan usaha kayunya, yang hingga saat ini dapat menjadi usaha estafet keluarga. Rasa syukur dan bangga tentunya juga dirasakan oleh generasi penerusnya.
Maka dari sosok H. Muhammad Solikin kita dapat banyak belajar untuk mencintai bisnis yang digeluti walaupun pasti akan mengalami dua macam fase, yaitu keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan akan membuat kita maju, kegagalan juga pasti akan bisa kita hadapi selama kita mencintai bisnis yang digeluti.
Bahkan, walaupun tongkat estafet bisnisnya telah diberikan kepada anak pertamanya, Muhammad Shohib. Namun jiwa pengusaha yang dimiliki H.Muhammad Solikin membuatnya hingga saat ini masih rela mengorbankan segenap waktu yang dimilikinya untuk terjun langsung dan mengatur bisnis yang dijalankan agar sesuai dengan harapan.