I Ketut Ananta Jaya – UD. Catur Arya
Properti menjadi salah satu bisnis yang dianggap membawa keuntungan. Sebab selain diperlukan untuk menunjang kehidupan, properti juga dapat menjadi instrumen investasi yang menjanjikan. Berbagai kalangan berlomba-lomba memiliki properti, membuat konsep pembangunan; baik bangunan rumah, akomodasi maupun gedung usaha dan perkantoran. Kegiatan konstruksi bangunan ini pun memunculkan peluang usaha lainnya yaitu penjualan toko bahan bangunan beserta komponen lainnya. Dan salah satu pengusaha asli Bali yang sangat lama bergeliat dan menekuni usaha penjualan material bangunan yaitu I Ketut Ananta Jaya yang menjunjung prinsip kejujuran ini, siap memberikan pelayanan maksimal untuk pelanggan lewat bendera usaha UD. Catur Arya.
Jauh sebelum pulau Bali berkembang begitu pesat di bidang pembangunan, sosok aktor yang kini berada di balik bisnis pengadaan material, yaitu I Ketut Ananta Jaya, seperti bahan bangunan dan peralatan listrik di UD. Catur Arya ini, sudah banyak mengenyam beragam pengalaman panjang terkait dunia usaha penyedia bahan konstruksi. Darinya, sebuah usaha toko bahan bangunan ternyata mampu menguntungkan. Pasalnya, selama kegiatan konstruksi bangunan tetap eksis, maka selama itu pula toko material bangunan akan tetap dibutuhkan. Terbukti hingga kini, UD. Catur Arya yang beralamat di jalan Nangka No. 130, Denpasar ini menjadi salah satu toko material terpercaya. Tidak hanya lengkap dengan menyediakan material kebutuhan bangunan, namun kualitas serta kejujuran dalam pelayanan turut menjadi bagian dari kewajiban demi kepuasan konsumen.
Baca Juga : Membangun dan Membina Hubungan Kemanusiaan dalam Karya di Dunia Kesehatan dan Pendidikan
Pria yang dikenal sederhana ini menjelaskan bahwa semua usaha yang telah ia lakukan ini berawal dari berkat sisa pengalaman almarhum kedua orang tuanya. I Ketut Ananta Jaya atau yang lebih akrab disapa Pak Tut terlahir dari lingkup keluarga yang sangat sederhana. Sejak belia, tepatnya di usia 6 tahun, dirinya sudah banyak menghabiskan waktu untuk ikut bersama almarhum Ayahanda, I Wayan Asa. Saat itu ayahnya berprofesi sebagai wiraswasta dan fokus pada bisnis bersama kawan – kawan lain seusianya di bidang jasa kontraktor. Usaha tersebut tidak berjalan mulus dan masing-masing kembali berdikari (berdiri di atas kaki sendiri, red).
Namun, dari masing-masing anggota itu mendapat pengembalian modal beserta hasil inventaris sesuai kebutuhan usahanya sendiri. Hingga akhirnya, satu buah mobil truk menjadi fasilitas modal pertama untuk usaha keluarganya. Mobil tersebut pun dipergunakan Ayahnya untuk memulai bisnis jasa angkutan bahan bangunan, seperti pasir, batu bata, dan lain sebagainya.
Lambat laun, usaha dari almarhum ayah Pak Tut berjalan mulus. Tentu dengan membuka relasi dengan banyak pihak, juga tidak ketinggalan pelanggan konsumen yang sudah cukup lama mereka kenal, turut membantu roda usaha mereka agar terus mengepul. Lingkup dunia yang Pak Tut rasakan dan ia lihat nyatanya terekam dalam memori. Berlahan, sambil bersekolah Pak Tut akhirnya tertarik untuk mengikuti jejak almarhum Ayah dan sekaligus membantu pekerjaannya.
“Usaha ini sudah sejak dari orang tua saya dulu. Saat itu, kurang lebih tahun 60-an Bapak saya sudah mulai bergelut di dunia bisnis. Sejak saat itu, saya hidup, tumbuh dan di besarkan dalam lingkup dunia yang memang lebih banyak melihat kerja keras dan usaha Ayah saya. Makin hari akhirnya saya banyak ikut bekerja bersama Beliau. Selama jadi kernet, saya sudah mulai belajar membawa mobil. Sampai – sampai dipercaya untuk mengantikan posisi Bapak untuk mengantar pasir pesanan pelanggan,” jelas Pak Tut bersemangat.
Semangat kerja keras serta mampu berkawan dengan kegigihan ini lah yang terus di pupuk oleh Pak Tut hingga masa kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Meski tak sempat menyelesaikan studi di tingkat perguruan tinggi dikarenakan beberapa hal penting lain yang mesti ia emban, Pak Tut percaya bahwa pilihan hidup di dunia pekerjaan juga merupakan bagian dari cara belajar untuk bisa menjadi seorang yang sukses. Terkait hal ini, pria kelahiran Denpasar, 17 Juni 1966 tersebut memiliki komitmen dan loyalitas tinggi, demi memajukan usahanya.
Dengan menanggalkan gengsi, Pak Tut pun kerap mencuri waktu sekaligus peluang untuk bekerja mengangkut pasir. Baik di lingkungan kampusnya sendiri guna pembangunan fasilitas tambahan dan juga permintaan sejumlah pelanggan. Sejak saat itu, usaha yang terus ia bangun dan kembangkan ini mengalami kemajuan yang begitu pesat. Hal itu diakuinya karena selama menjalankan usaha, ia selalu mengutamakan kejujuran, disiplin dan tepat waktu saat melaksanakan transaksi dengan pelanggan.
“Syukurnya saat itu kita masih bisa hidup dari usaha tersebut. Karena memang saya di didik untuk lebih serius dan tetap semangat dalam bekerja. Tidak ketinggalan kejujuran dan menjaga kepercayaan kepada setiap konsumen. Juga tak kalah pentingnya lagi, saat bekerja harus tinggalkan gengsi. Meski kuliah tidak bisa saya selesaikan karena memang kondisi ekonomi dan juga kesibukan kerja, tapi saya beranggapan bahwa ketekunan dan keseriusan lah yang menjadi kuncinya. Sebab, gelar sarjana sekalipun tidak menjamin bisa hidup sukses nantinya. Sehingga saya mengilhami bahwa, setiap pencapaian harus disyukuri,” imbuhnya.
Selain itu, kunci keberhasilan usaha UD. Catur Arya adalah pelayanan yang maksimal. Pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan supaya mereka merasa segala kebutuhan mereka terakomodir dengan baik. Tak heran jika konsumen yang datang menggunakan jasanya itu dari berbagai kalangan. Pak Tut pun tidak menargetkan pangsa pasar secara spesifik, sehingga ia memberanikan diri dan total memberikan pelayanan kepada siapa pun yang membutuhkan.
Baca Juga : Bebek Bengil Yang Melegenda
Tak bisa ia pungkiri, Dalam menapaki jalan kehidupan, tak jarang Pak Tut senantiasa menemukan kerikil rintangan. Namun ia berprinsip sudah kadung mantap mengukuhkan cita-cita dan harapan untuk bisa merubah hidup, maka tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Meski terik dan hujan harus dihadapi setiap saat, dirinya tetap berkawan dengan kegigihan.
Pada akhirnya dengan kekuatan tekad, kejujuran, keseriusan serta keuletan, Pak Tut mampu mengubah taraf kehidupan lewat usaha yang berkibar, tinggi dan kokoh di balik bendera UD. Catur Arya. “Tentu semasa hidup, baik semasa kecil hingga saat ini ada banyak persoalan dan hanya doa yang menjadi sandaran. Ya namanya usaha tantangan itu pasti selalu ada dan sekalipun ada persoalan, buat saya usaha itu harus tetap dijalankan. Sampai saat ini saya meyakini bahwa ada campur tangan Tuhan dalam setiap usaha saya. Semua yang saya nikmati sekarang adalah hasil pemberian Tuhan. Baik melalui orang tua, kerabat, kenalan, bahkan alam dan semesta. Semuanya berkaitan erat dan hal itu wajib untuk kita syukuri,” tegas Pak Tut.
Pria yang hanya menamatkan pendidikan SMA ini tidak mengelak, bahwa faktor lain yang turut mempengaruhi semangat dalam membangun sebuah usaha adalah berkat dukungan besar istri, Puspitawati dan keluarga. Tidak ketinggalan, sosok almarhumah Ibu, Ni Wayan Surati mendapat tempat spesial di dalam memori dan relung hati yang paling dalam.
Pak Tut mengatakan jika sosok almarhumah Ibu meninggalkan banyak pesan dan kesan baik yang tentu menjadi bekal selama dirinya berjuang. “Semasa kecil, sosok ibu paling dekat dengan saya. Dari 8 bersaudara, 6 orang perempuan dan 2 orang laki-laki, tentu memiliki kedekatan yang sangat dekat. Ibu banyak men-support saya. Profesi ibu sebagai tukang jahit dan dengan kesederhanaan serta rasa sayangnya, saya betul-betul di tempa dengan penuh perhatian. Ada banyak hal kebaikan, tentang rasa tanggung jawab dan hidup mandiri kami temukan dari sosok Ibu,” kenangnya.
Kini, Pak Tut pun mampu membuktikan bahwa kesuksesan bukanlah privilege bagi orang-orang tertentu saja. Siapapun memiliki kesempatan menuai kesuksesan dalam hidup. Terlepas dari background sosial, ekonomi, kondisi fisik maupun pendidikan, asalkan mau bekerja keras mengupayakannya.
“Pastinya, semangat yang bisa saya bagikan bagi banyak orang yang kadang terjebak pada kacamata pengelihatan kesuksesan saja, tanpa melihat kondisi atau proses yang terjadi di balik usaha ini adalah wajibnya kita Harus terus berjuang dan memiliki semangat yang besar. Gengsi harus di buang.
Sekalipun orang tua lebih cepat pergi meninggalkan kita, namun jangan pernah patah semangat untuk terus bekerja. Semuanya tidak ada yang abadi. Tinggal kita yang merawatnya dengan baik dan bijak,” tutup Pak Tut dengan sedikit tersenyum.