Sejak tahun 1986, luar biasa Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Kertha Sedana mampu eksis, hingga di era digitalisasi ini. Kemampuan mereka untuk merestrukturasi koperasi ke generasi selanjutnya tidaklah mudah. Karena tak dipungkiri koperasi masih dianggap badan usaha yang kuno dan hanya diisi oleh para tetua. Koperasi yang berlokasi di Desa Lebih, Kabupaten Gianyar ini pun berupaya terus bertransisi ke arah yang lebih baik dan inklusivitas dalam hal finansial para anggota.
Setelah para tetua undur diri dalam masa jabatan mereka di KSP Kopdit Kertha Sedana, kini giliran peran I Komang Oka Herinata dan kawan-kawan untuk mengambil alih koperasi yang berusia 37 tahun tersebut. Tergabungnya pria kelahiran 18 Agustus 1982 ini dengan koperasi, sejak ia resign dari pekerjaannya di salah satu perusahaan finance pada tahun 2017. Kakaknya kemudian menawarkannya untuk menggantikan orangtua mereka, salah satu perintis dari KSP Kopdit Kertha Sedana, demi melanjutkan kiprah koperasi agar tak tergerus perkembangan zaman.
Meski memang memiliki latar belakang di jasa keuangan, tetap saja bagi Oka Herinata, ia masih awam dengan koperasi. Namun ternyata, modal pengetahuan tak menjadi patokan utama, dalam hasil dari rapat anggota, kemudian mempercayakannya untuk menahkodai KSP Kopdit Kertha Sedana, bertepatan memasuki era milenium. Setahun selanjutnya, Oka Herinata membuktikan kepiawaiannya dalam memimpin dengan pencapaian perdananya, memindahkan koperasi ke lokasi yang lebih ideal bahkan saat ini mereka tengah menanti finishing bangunan dua lantai untuk memperluas jangkauan layanan koperasi yang lebih nyaman dan produktif.
Baca Juga : “Sebuah Dedikasi Untuk Desa Bongan” Maju Beriring Dengan Nilai-Nilai Luhur, Tradisi dan Budaya
Tantangan datang silih berganti berbeda di setiap masanya, giliran alumni Universitas Janabadra, Fakultas Hukum ini, harus berhadapan dengan pandemi yang menjadi titik terendah KSP Kopdit Kertha Sedana. Di saat masyarakat Desa Lebih, yang mayoritasnya bekerja di sektor swasta, seperti buruh bangunan, buruh peternakan, tukang batu dan lain-lain, membutuhkan pendanaan entah untuk kebutuhan sehari-hari atau membayar tagihan bulanan, koperasi berada di antara dua pilihan, apakah mengucurkan bantuan tersebut atau menjaga keutuhan koperasi. Pencairan secara selektif pun dipilih, agar kedua hal yang sama-sama bersifat krusial untuk koperasi, bisa dijalankan. Para anggota cukup terbantu, meski belum semua dan KSP Kopdit Kertha Sedana tetap terjaga likuiditasnya.
Di luar konteks pandemi, yang patut dijaga sekaligus menjadi ciri khas badan koperasi ialah kearifan lokalnya. Oka Heritana yang didampingi I Wayan Moning Natayasa (Pengelola) saat wawancara menegaskan, para pengurus koperasi berupaya untuk memudahkan masyarakat dalam setiap pelayanan keuangan yang sangat signifikan berbeda dengan aturan bank yang umumnya berbelit-belit. Mungkin ini yang menyebabkan para orangtua atau lansia lebih memilih koperasi dan generasi muda menganggap koperasi hanya pantas untuk mereka yang belum mengenal teknologi. Padahal bukan hanya soal teknologi, selain memang tengah adaptasi secara perlahan ke sana, KSP Kopdit Kertha Sedana juga tak kalah fokus untuk meringankan angsuran untuk anggota, bunga relatif ringan, proses lebih cepat dan bisa tanpa jaminan. Keistimewaan-keistimewaan seperti ini yang mungkin belum diketahui secara rinci atau masih diragukan oleh generasi muda.
Seiring berjalannya waktu, harapan koperasi yang beranggotakan 475 anggota dengan aset Rp. 3,5 miliar diharapkan bisa terus diwarisi ke generasi selanjutnya, sebagaimana orangtuanya menurunkan aset desa ini kepada dirinya dan yang lain. Rasa memiliki daripada masyarakat terus bertumbuh, relevan dengan pelayanan KSP Kopdit Kertha Sedana. Senada dengan Moning Natayasa, eks Ketua KSP Kopdit Kertha Sedana yang telah 10 tahun menjabat ini, meski sudah mampu mempertahankan koperasi lebih dari 30 tahun, ia harapkan koperasi mengalami perubahan berjenjang, minimal di setiap pergantian ketua dan pengurus. Dan yang fundamental, asas gotong royong itu tetap hadir menyelimuti segala aktifitas di koperasi dengan menjaga komunikasi yang efektif dan efisien baik secara personal dengan pengurus dan anggota. Inilah mengapa badan keuangan sejenis koperasi harus tetap dilestarikan, bahkan menjadi contoh untuk lembaga lainnya, bahwa belajar mengoperasikan bisnis mereka tak hanya cukup berpengetahuan saja, namun dengan hati nurani dan tanggung jawab.