“KSU Banjar Cagaan Kelod” Bangun Rasa Empati Untuk Keberlanjutan

“KSU Banjar Cagaan Kelod” Bangun Rasa Empati Untuk Keberlanjutan

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami orang lain. Konotasinya dalam lingkup sosial, kemampuan tersebut sangat dibutuhkan untuk membantu seseorang memahami kondisi dan keadaan satu sama lain. Perihal pemaknaan itu lah yang juga turut menjadi kunci keberhasilan I Wayan Suardika, S.H selama menahkodai lembaga Koperasi Serba Usaha (KSU) Banjar Cagaan Kelod. Tak heran, lembaga tersebut kian dipercaya dan turut memberikan dampak positif bagi masnyarakat sekitar dengan pola atau cara bimbingan “tangan dingin” I Wayan Suardika.

KSU Banjar Cagaan Kelod adalah salah satu koperasi di Kabupaten Gianyar yang mengalami pertumbuhan usaha yang positif. Bahkan, di masa pandemi Covid-19, lembaga ini masih tetap eksis untuk hadir memberi manfaat baik bagi masyarakat sekitar. Selain mampu menorehkan pertumbuhan aset dan laba yang positif, KSU Banjar Cagaan Kelod juga memberlakukan restrukturisasi guna memberikan keringanan kepada anggota untuk dapat memenuhi kewajibannya membayar kredit di koperasi. Hal ini dilakukan I Wayan Suardika, bukan tanpa alasan. Namun karena merosotnya perekomonian Masyarakat menjadi salah satu faktor pertimbangan. Pemahaman suatu kondisi yang sebenarnya tak bisa dikompromi. Namun meski demikian, pria yang akrab disapa Suardika itu terus berupaya untuk terus menjalankan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat.

Dipercaya menjabat sebagai seorang pimpinan merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Tentu untuk menjalankannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Akan tetapi, Suardika tetap memiliki daya serta kiat-kiat khusus untuk tetap menghantar payung kelembagaan di ladang yang gersang. Tentu sebagai pekerja keras, Suardika sangat paham betul kebutuhan apa saja yang mesti dipersiapkan untuk mengelola semua rintangan itu. Baginnya yaitu cukup memiliki rasa empati. Hal ini terkonfirmasi dengan pola kerjanya yang selalu mengedepankan pendekatan emosional kepada setiap nasabah atau masyarakat. Dengan membangun hubungan emosional itu, ia akhirnya mampu menjadikan fondasi penting dalam membentuk kepribadian yang empati dan caranya untuk berinteraksi dengan individu atau dalam lingkungan sekitar.

“Komunikasi yang baik menghasilkan pemahaman yang baik pula. Saya tidak tau kenapa masyarakat memilih saya untuk menjalani tugas sebagai pemimpin, saya bukan orang yang disiplin dan tidak mematok standar operasional kepada anggota, jadi ketika membaur dan memang keperluannya penting untuk masyarakat, ya langsung saya rekomendasikan ke koperasi agar dilayani dengan cepat. Saya kenal baik dengan latar belakang anggota-anggota saya, jadi tanpa harus ada jaminan pun jika dia butuh maka segera harus dilayani. Dasarnya koperasi ini milik mereka dan mereka juga bertanggung jawab pada tumbuh-kembang koperasinya. Karena peran saya disini hanya menjalankan perintah anggota koperasi,” jelas Suardika saat diwawancarai.

Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari

Sikap membangun kepercayaan yang dimulai dari rasa empati atau “dari hati ke hati”, akhirnya menjadikan sosok Suardika cukup disenangi oleh masyarakat. Kerendahan hatinya kepada siapa pun membuat orang lain tak sungkan untuk bertemu. “Kadang saya didatangi langsung dan dititipi uang untuk menabung. Tidak hanya itu, kalau saya dirumah, ada saja yang titip untuk menyicil pinjaman walaupun tidak harus di kantor. Sudah larut malam pun ketika dia ingin berpergian jauh, datang dan membawa uang cicilan agar tidak telat membayar. Artinya begitu saling percayanya kita satu sama lain. Karena jujur, untuk bisa sampai pada titik membangun kepercayaan kepada masyarakat, memang sangat susah. Butuh waktu dan Astungkara, saya bisa melakukan itu” imbuhnya dengan sedikit tersenyum.

Ayah satu anak ini tidak menampik, jika kesulitan di awal memulai sebuah lembaga keuangan ini adalah ketika saat meyakinkan masyarakat untuk bisa menggunakan koperasi sebagai sarana pengembangan potensi dan kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Sebab, imbuh Suardika, setiap anggota koperasi memiliki kemampuan yang berbeda, seperti dari segi ekonomi atau kemampuan organisasi. Sehingga, berbagai potensi ini bisa dikembangkan melalui kegiatan berkoperasi. “Sehingga seiring berjalannya waktu, saya belum pernah lagi mendegar keluh-kesah masyarakat tentang koperasi ini. Sebab lagi-lagi karena hubungan emosional yang kami bangun antara lembaga dan masyarakat yang fleksibel. Tidak ada hubungan yang kaku, lembaga turun menemui anggotanya dengan memberi pemahaman bahwa semakin kita rajin dan disiplin melakukan pembayaran atau transaksi, maka koperasi akan semakin tinggi memberikan pinjaman modal usaha. Kita bangun kebersamaan dimulai dari Banjar Cagaan Kelod, dengan uang muka yang ramah dan merakyat,” aku pria yang sangat tertib soal waktu demi menerapkan hidup sehat ini.

Selain membangun kedekatannya dengan masyarakat, Suardika pun ikut mendukung pengembangan kapasitas bagi pengurus koperasi. Hal yang baginya sangat penting demi membangun pemahaman yang sama tentang pengelolaan koperasi yang baik. “Semua surat perizinan lembaga ini sudah lengkap, jadi setiap beberapa bulan ada pengecekan dari dinas koperasi, kami selalu siap untuk itu. Termasuk jika ada pendidikan atau pelatihan untuk mengembangkan potensi diri dari dinas terkait, saya pun selalu serahkan ke anggota koperasi untuk ikut terlibat demi menambah pengetahuan mereka tentang koperasi,” aku Suardika.

Pertalian antara pola kerja dengan karakter atau gaya kepemimpinan Suardika tentu tidak terlepas dari lembaran pengalaman-pengalaman hidup. Sebab, ketika berbicara tentang hubungan emosional, tentu hasil bentukan dinamika interaksi antara individu yang melibatkan aspek perasaan, koneksi dan respons emosional. Pada dasarnya, hubungan emosional mencakup berbagai tipe ikatan emosional yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sehingga memengaruhi cara individu membangun kedekatan dengan orang lain. Dan pengalaman dalam lingkup keluarga yang akhirnya memiliki dampak jangka panjang pada kemampuan Suardika untuk membentuk ikatan emosional yang sehat di masa dewasa. Hal itu pula yang tidak ia sangkal. Ia pun menceritakan bagaimana lingkup keluarga dan masa kecilnya menempa banyak hal untuk ia pelajari. Suami dari Gusti Ayu Mawarni ini dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayah Ibunya, I Made Windu dan Ni Nyoman Pelini membesarkannya dengan cinta yang begitu hangat.

Baca Juga : Lewat Tangan Kreatif Putu Mahendra Sukses Dorong Geliat Industri Pariwisata yang Bermanfaat Bagi Lingkungan

Teladan untuk bekerja, bertanggung jawab pada tugas dan selalu bersikap jujur serta ramah kepada siapa saja bisa ia cerminkan lewat setiap tindak dan tutur kedua orang tua. Tidak terlepas, soal pendidikan, Suardika dan kedua saudaranya cukup beruntung karena bisa merasakan hal yang sama layaknya anak-anak seusianya dulu. Bahkan, Suardika mampu menamatkan pendidikan perguruan tinggi dengan gelar Sarjana Hukum. “Secara emosional, saya lebih dekat dengan ibu. Beliau sosok panutan dan saya sangat menghormatinya. Ibu saya tidak berpendidikan tinggi, tingkat SD pun tidak lulus. Walau tidak bisa membaca yang terpenting anak-anaknya bisa membaca. Itu ibu saya. Cita-cita ibu saya kepada ketiga anak-anaknya harus menjadi sarjana semua. Saya ingat dulu, ibu saya pinjam sana-sini untuk membiayai sekolah, teman-teman sudah punya motor ke sekolah dan saya masih naik angkot, terkadang kalau ingat lagi saya merasa sedih,” ungkap alumnus Universitas Warmadewa dengan mata berkaca-kaca.

Bermodal pengalaman dan kisah yang membekas dalam ingatan itu lah yang akhirnya mendekatkan cara berpikirnya kepada setiap nasabah atau pun anggota koperasi. Ia sangat paham betul dengan kondisi serta situasi anggota, sebab ia turut merasakan hal yang sama di waktu dulu. “Darisitulah saya pernah merasakan pengalaman pahit, dari situ saya bisa merasakan apa yang dirasakan anggota koperasi saya. Maka mereka adalah orang yang berjasa bagi kami, walaupun saya tidak bisa banyak membalas setidaknya dengan saya bekerja di koperasi ini dan membantu banyak masyarakat bisa menjadi sebuah kebanggaan untuk mereka,” aku Suardika.

Karakter yang tentu sangat disukai oleh banyak pihak. Itu sebabnya ia dipercaya dan didukung oleh banyak anggota untuk memimpin KSU Banjar Cagaan Kelod sejak tahun 2019. Didukung dengan beberapa pertimbangan lain seperti kualitas sumber dayanya sebagai lulusan sarjana hukum dan masih aktif di dunia advokat sampai saat ini. Meski berbeda dengan basik keilmuannya, Suardika sangat paham betul dengan pekerjaan-pekerjaan di lembaga keuangan. Kuncinya, aku Suardika, adalah keyakinan yang besar untuk bisa melakukan dengan sebaik-baiknya. “Saya bukan dari latar pendidikan ilmu ekonomi tapi saya terpilih untuk memimpin lembaga ini dengan dasar pendidikan ilmu hukum. Ceritanya dimulai pada saat ada rapat bersama tahun 2019 terkait SK yang diberikan pemerintah agar tersalurkan kepada masyarakat khusunya Banjar Cagaan Kelod. Waktu itu langsung diadakan pemilihan pemimpin lembaga dan tidak pernah terpikirkan saya bisa terpilih. Namun, jika saya diberikan tanggung jawab pasti saya akan menjalankan sebaik dan semaksimal mungkin, agar sedikit tidaknya saya bermanfaat untuk masyarakat,” tuturnya tegas.

Faktor pendukung lainnya juga adalah para staf yang berlatar pendidikan ekonomi dan sangat membantu untuk mengurus lembaga keuangan desa sampai hari ini. Bagi pria kelahiran Pejeng, 30 April 1982 ini, adanya ikatan adat melalui lembaga simpan-pinjam ini , menyadarkan masyarakat adat akan tanggung jawab untuk mengembangkan ekonomi mereka secara mandiri. Suardika mengaku jika pihaknya tidak melihat nominal besar atau kecil yang dimiliki lembaga ini. Akan tetapi, terus berjalan dan bertumbuh dengan dukungan masyarakat dan anggota. “Tentu dengan harapan, agar semangat dari koperasi ini bisa dijalankan dan dikembangkan oleh anak-anak muda selanjutnya. Bagi anak muda yang punya jiwa untuk membangun tanah kelahiran, kita terbuka untuk terus mendukung. Karena mereka yang akan punya banyak inovasi untuk terus mengembangkan koperasi ini dibandingkan saya yang sudah berumur 42 tahun,” tutup Suardika dengan senyum harap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *