Nasib seseorang siapa yang bisa menebak. Semuanya tersimpan baik di dalam rahasia. Tidak ada yang tau pasti nasib seorang manusia kecuali sang pencipta. Mungkin saat ini dia bukan siapa-siapa, namun adakah yang bisa menebak kedepannya dia akan menjadi sehebat apa?. Itulah roda kehidupan yang selalu berputar. Ada yang berjuang dengan mengejar title pendidikan yang tinggi demi mendapat posisi serta peran yang baik, ada pula sebagian orang yang cukup bermodal pengalaman, namun sukses tampil untuk bisa hidup memberi manfaat. Sebagai bukti dari rahasia hidup yang banyak menyimpan misteri ini, I Gede Mudana menjadi salah satu sosok yang bisa menjadi satu rangkuman jawaban pasti. Bahwa benar, segala sesuatu yang kita gapai akan tak cukup bila tidak sering di syukuri.
I Gede Mudana adalah sosok yang berbeda. Ayah 3 anak ini memiliki potensi yang berbeda ketika di beri kepercayaan untuk bekerja. Dan tak disangka, ia akhirnya membuktikan diri dengan sangat luar biasa. Terlahir sebagai seorang anak desa tidak menutup banyak peluang baginya untuk merasakan karir yang luar biasa. Kini, ia pun membuktikan sebagai seorang pemimpin yang wibawa bahkan jumawa. Sebab, selama kurang lebih 14 tahun lamanya, pria yang akrab disapa Pak Yoyok dipercaya dan berhasil menahkodai lembaga Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sekar Wali tetap eksis memberikan manfaat baik bagi masyarakat perantauan Desa Ngis Karangasem di Kota Denpasar. Dalam perjalanannya memimpin sebuah lembaga, Pak Yoyok berhasil menggandeng hingga 500-an kepala keluarga untuk menjadi anggota koperasi dan mampu menerima manfaat dari beragam bentuk tawaran, kemudahan serta program yang ia canangkan. Hal ini membuktikan bahwa, Pak Yoyok mampu menerapkan marwah dari koperasi yaitu dengan membangun semangat kekeluargaan serta gotong royong, yang merupakan prinsip utama lembaga keuangan ini.
Saat dijumpai di tempat kerjanya, Pak Yoyok banyak menceritakan tentang perjalanan bahkan hingga rahasia apa yang telah menjadi motivasinya dalam bekerja. Bahkan yang mengejutkan lagi, Pak Yoyok hanya mampu menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD), namun berhasil berada pada posisi yang tak jarang bisa diraih oleh banyak orang. Tak hanya itu, merasakan pahit getirnya kehidupan semasa kecil adalah sebuah pengalaman yang akhirnya menjadi pelajaran berarti untuk kehidupan dan masa depannya. Ia mengisahkan bahwa dirinya hidup di tengah lingkup keluarga yang pas-pasan. Kedua orangtuanya, I Wayan Meda (Alm) dan Ni Wayan Mireg menjalankan pekerjaan sebagai seorang petani yang hidup dari menggarap lahan orang lain. Namun demikian, besarnya cinta serta hangat perhatian, membuat Pak Yoyok dan 7 saudara-saudaranya bisa bertumbuh. Tak hanya itu, memiliki karakter pekerja keras dan bertanggung jawab dengan segala pekerjaan, ia temukan dari lingkungan keluarga.
Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari
“Saya dekat dan mengenal sosok ibu saya yang luar biasa, masa kecil ada cerita kalau orang Karangasem lahir sebelum Gunung Agung meletus pasti merasakan kesengsaraan. Makan nasi itu hal yang mewah dan kami akan menunggu ibu kami pulang dari pasar untuk makan nasi. Bagaimana ibu memberi makan banyak anak setiap hari? Saya saja punya 2 orang anak begitu susah, tidak hanya memberi makan tapi juga membekali dengan pendidikan sudah cukup tertatih-tatih. Juga tidak saya pungkiri, bahwa do’a ibu juga luar biasa menuntun setiap usaha saya,” tutur pria lulusan SD di Desa Ngis ini dengan begitu bersemangat. Cerminan kehidupan serta didikan yang baik dari orang tua turut membentuk karakter Pak Yoyok yang pekerja keras. Ia dengan inisiatif-nya untuk turut merubah nasib dan ingin membantu memperbaiki ekonomi keluarga pun sudah mulai muncul di usianya yang masih sangat kecil. Mengikuti jejak kakak-kakaknya yang merantau beradu nasib di kota, ia pun memberanikan diri untuk pergi merantau saat tamat dari SD. “Saya tidak punya aset apa-apa. Itupun hasilnya hanya cukup untuk makan. Sehingga dengan situasi dan kondisi ekonomi itu saya yang dengan berbekal pendidikan minim, berinisiatif memenuhi ajakan untuk ikut merantau ke Denpasar. Ketika itu, perkerjaan apapun saya ambil untuk sekedar mengisi perut agar tidak lapar,” kenang pria kelahiran 11 November 1960 itu.
Seiring berjalannya waktu, di tahun 1984 hingga 1987 dirinya pernah bekerja di Bank Bumi Daya. Setelah dari situ, bekerja di dunia Pariwisata coba ia geluti. Pak Yoyok mendapat kepercayaan dari relasinya yang berkewarganegaraan Cina untuk mengendalikan travel agent. Bekerja di bidang ini tentu memperkaya relasinya dengan banyak pihak, meski usaha itu akhirnya harus tutup karena kekurangan omset . Kurang lebih 30 tahun ia nahkodai usaha travel agent tentu menampung banyak pengalaman mengelola sebuah manajemen keuangan. “Bahkan nasib baik ketika itu, saya ditawarkan untuk memegang sebuah hotel. Namun karena tidak sanggup dan karena memang saya sudah merasa harus segera pensiun, akhirnya saya memilih untuk tidak menerima tawaran baik itu,” ujarnya. Dengan karakternya yang ramah, serta pencapaian dan mengantongi ragam pengalaman baik, Pak Yoyok akhirnya memilih untuk terjun ke dunia koperasi dengan mendirikan KSP Sekar Wali. Sebagai pekerja, ia pun selalu menjalankan tugas dengan sebaiknya-baiknya. Bahkan, suami dari Nyoman Sudinarti ini mampu menarik banyak minat anggota untuk bisa terdaftar di koperasi tersebut.
“Saya sudah cukup lama di Denpasar dan bekerja di lembaga koperasi juga cukup lama. Kebetulan dulu saya menggantikan kakak saya disini, di sebuah organisasi namanya Persatuan Perantauan Desa Ngis dari situlah saya mulai dipercaya oleh masyarakat dengan total anggota 233 KK yang ada di Denpasar. Saya bekerja di Koperasi ini sudah 13 tahun dan pada saat itu saya pernah kenal dengan Walikota Denpasar, lalu ditawarkan untuk membuat koperasi dan saya pun memberanikan diri untuk mendirikan koperasi ini. Menurut saya untuk membuat koperasi sangat penting karena untuk mencegah dari rentenir yang notabene para perantau bekerja di pasar sebagai buruh angkut dan pedagang menjadikan rentenir ini meminjamkan uang dengan bunga besar. Hal ini yang menguatkan saya untuk terus berkarya di koperasi. Dan saya dipercaya memimpin KSP Sekar Wali dari tahun 2011 dan atas kuasa Tuhan mampu menyejahterahkan masyarakat dengan koperasi berbasis digital dengan tujuan meningkatkan pendidikan masyarakat,” jelas Ayah 3 anak ini.
Baca Juga : Entrepreneur Muda yang Berperan Mempromosikan Gaya Hidup Sehat Melalui Klinik “Fisioterapi Astina”
Pengalaman hidup yang dialami sejak kecil nyatanya turut membentuk perhatiannya melalui koperasi yang ia pimpin. Selain baginya koperasi tersebut sebagai alat demi mencegaah rentenir melalui koperasi masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan dengan basis kekeluargaan, ia juga ingin menerapkan misi agar melalui KSP Sekar Wali mampu menjadi wadah untuk bisa mendapatkan biaya tambahan untuk pendidikan generasi mendatang. “Jadi memang misi koperasi ini membantu orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya tapi tidak didukung dengan kemampuan finansial yang baik,” imbuh pria paruh baya asal Desa Ngis, Karangasem. Ketika ditanya terkait apa kesulitan saat di awal mengelola koperasi ini, Pak Yoyok tidak menampik tentang bagaimana agar masyarakat luas bisa memahami manfaat dari koperasi. Dirinya memaklumi bahwa lembaga koperasi sudah kian menjamur, sehingga pola pikir masyarakat lazimnya beranggapan jika koperasi adalah tempat meminjam uang.
“Namun kami berusaha dengan sabar untuk meyakinkan satu persatu masyarakat sekitar bahwa koperasi ini baik dan manfaatnya besar, jika masyarakat menabung tentu feedback-nya akan dirasakan dan secara perlahan, masyarakat akhirnya mulai paham. Sehingga, sampai hari ini saya merasakan kami didukung oleh banyak anggota koperasi. Bahkan pada masa pandemi yang membuat kami was-was, ternyata anggota kami masih bertahan untuk tetap mengembalikan pinjaman atau bahkan mengambil pinjaman. Faktor pendukungya karena banyak anggota koperasi bekerja di pasar,” jelas Pak Yoyok. Selain upaya itu, pihak KSP Sekar Wali pun tampil profesional dengan adanya bangunan fisik sebagai kantor. “Sampai-sampai saya meyakinkan dengan cara koperasi ini bangunannya permanen, izin lengkap, staf-staf disini juga adalah anggota koperasi jadi misalkan kalau kami melakukan hal yang tidak betul kami mau lari kemana?,” ujarnya dengan sedikit tertawa.
Sementara itu, terkait manfaat yang telah diberikan oleh KSP Sekar Wali, Pak Yoyok mengaku jika pihaknya hadir untuk mengatasi kendala keuangan sekolah bagi anak-anak yang membutuhkan. Misalkan, ketika ada kekurangan dana bagi masyarakat atau anggota koperasi khusus di bidang pendidikan, KSP Sekar Wali mampu untuk memberikan pinjaman khusus. Tak heran, keterbukaan pola kerja serta semangat soliditas untuk saling membantu mengatasi soal pendidikan bagi anggota koperasi yang hampir kebanyakan berprofesi sebagai buruh pasar, turut mengarahkan KSP Sekar Wali terus eksis ditengah gempuran lembaga keuangan lainnya. Bahkan, koperasi yang ia emban ini berangkat dari ketiadaan dan Pak Yoyok pun mesti bekerja ekstra demi kepentingan bersama. Sehingga, saat ini ada 193 kepala keluarga yang telah menjadi anggota tetap KSP Sekar Wali.
Ia pun berharap, agar KSP Sekar Wali terus memberi dampak baik, meski dengan segala kekurangannya. Sebab baginya, koperasi itu adalah lembaga keuangan yang mana jika dikelola oleh orang baik dan jujur pasti bisa bertahan. “Saya berusaha membekali tim supaya jujur dan komunikatif, kalau memang butuh uang bicarakan dan digunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan do’a yang saya lantunkan setiap hari, saya tidak berambisi untuk mencapai hal yang megah, tapi memang benar-benar totalitas mengabdikan diri di koperasi ini. Saya sudah melakukan RAT (Rapat Anggaran Tahunan) dan saya sampaikan kepada anggota saya sudah bertahun-tahun mengabdi dan kepengurusan harus segera disegarkan kembali,” tutup Pak Yoyok.