DENPASAR – Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Denpasar menggelar serangkaian upacara Bayuh Pawetuan dan Sapuh Leger di Pasraman Widya Graha Kepasekan jalan Cekomaria Denpasar, upacara ini diselenggarakan selama 6 hari di Wuku Wayang (Wuku adalah bagian dari siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari / satu pekan, wuku sendiri terdapat 30 / ada 30 pekan dan memiliki nama tersendiri), dimulai dari hari Minggu, 25 September dan puncak acaranya di hari Sabtu, 1 Oktober 2022.
Upacara yang dilaksakan ini meliputi upacara Bayuh Pawetuan (oton), dimulai tanggal 25 September hingga 1 Oktober, dalam pelaksaannya akan dihadiri oleh pamilet (peserta) sesuai dengan hari kelahirannya, jika dilihat dari nilai filosofisnya Bayuh Pewetuan ini, diambil dari kata “Bayuh” sejenis dengan kata dayuh yang memiliki sinonim kata ayuh, yang berarti sejuk dan kata “Pawetuan (Oton)”, bermaksud hari dimana lahirnya setiap manusia menurut kepercayaan Hindu, jadi Bayuh Pawetuan ini bertujuan untuk menyejukan/menetralisir diri manusia dari hal-hal yang bersifat negatif dari setiap hari kelahirannya. Kemudian di puncak acara selain melaksanakan upacara Bayuh Pawetuan, akan dilaksanakan juga upacara “Sapuh Leger” yang dihadiri oleh seluruh peserta, dalam pebayuhan atau ruwatan Sapuh Leger ini akan dilaksanakan oleh seorang dalang dengan menggelar pementasan Wayang Sapuh Leger.
Koordinator pemangku untuk mempersiapkan uparengga (sarana dan prasarana yang digunakan untuk pelengkap suatu upakara/upacara) Mangku Olastika menambahkan, “Pebayuhan Sapuh Leger ini secara umum bertujuan untuk pengeruwatan fisik ataupun spiritual, dimana dalam kepercayaan Hindu bahwasannya ada hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatan di kehidupan masa lalu atau sering di sebut Sancita Karma Phala sehingga perlu dilaksanakannya suatu peruwatan yang diharapkan setiap manusia bisa melewati berbagai cobaan dari hasil kehidupan di masa lalu” terangnya.
Ketua panitia dari upacara Bayuh Pawetuan dan Sapuh Leger, Drs. I Wayan Sudha, saat dihubungi menjelaskan, “di puncak acara selain dilangsungkannya Bayuh Pawetuan dan Sapuh Leger juga dilaksanakan upakara (upacara) Mebayuh Sanan Empeg, yaitu peruwatan atau pebayuhan yang dilakukan untuk pamilet (perserta) yang lahir diapit saudaranya yang telah meninggal, total pamilet yang mengikuti Mebayuh Sanan Empeg ini berjumlah sekitar 10 orang, setelah itu dilanjutkan dengan upacara Medudus Luwun Setra, Luwun Pempatan lan Luwun Pasar, kemudian dilaksanakan upacara Pawintenan Pejayan-Jayan dan Pengelukatan, untuk pengelukatan sendiri, Wayan Suda menyampaikan “untuk pengelukatan akan dipuput oleh Ida Sulinggih dan untuk tirta pengelukatan yang kita tunas (minta) itu dari 16 tempat, jadi ada 16 pancoran, kalau dihitung keseluruhan jumlah tirta (air suci) yang kita tunas itu mencapai 20 pancoran”, ujarnya.
Untuk pamilet (peserta) yang mengikuti upacara ini, berjumlah sekitar 210 orang dan upacara ini adalah kali kedua yang dilaksanakan di Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Denpasar. “Yang kita undang ke upacara ini, kebetulan yang berkenan hadir, anggota Komisi IX DPR RI Dapil Bali I Ketut Kariyasa Adnyana, I Nyoman Parta, S.H selaku anggota Komisi VI DPR RI, anggota DPD RI yakni Dr. I Made Mangku Pastika, M.M, Ketua DPRD Provinsi Bali I Nyoman Adi Wiryatama, S.Sos., M.Si, Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Walikota Denpasar I.G.N. Jaya Negara, S.E, Ketua Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Provinsi Bali I Nyoman Giri Prasta, S.Sos, Pengurus Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Pusat dan Denpasar”, tutup Wayan Suda. (yga)