Hampir sama seperti kisah pimpinan – pimpinan LPD lainnya, I Wayan Sukaria sama sekali tak ada keinginan untuk menjadi pimpinan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Negari, Kec. Banjarangkan, Kab. Klungkung. Namun tak menyangka, terhitung sejak tahun 2005, awalnya ia ditawarkan dengan iming – iming ‘mencoba dulu’ oleh Bendesa Adat ternyata menghantarkannya sudah 17 tahun, dipercaya memimpin LPD Desa Adat Negari.
Enam bulan mengawali kepemimpinan nya di LPD Desa Adat Negari, ia sudah ditemui dengan tantangan banyaknya kredit macet, kondisi tersebut sempat membuatnya ingin mundur dari posisinya. Namun pihak prajuru desa adat, terus memberinya dukungan dan bantuan agar ia tetap bersemangat menyelesaikan masalah tersebut. Dengan jumlah karyawan yang baru empat orang saat itu, pergerakan pun mulai dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan dan melakukan pendataan secara bertahap sampai ke akar – akarnya. Meski sempat dipusingkan dan ada rasa ingin menyerah, perlahan akhirnya mulai menemukan pencerahan. Karena pengalaman pria kelahiran Negari 3 Maret 1968 inilah, yang cukup berhasil menuntaskan urusan kredit, tak salah I Wayan Sukaria semakin mendapatkan simpati dari Bendesa Adat dan stakeholder yang mendukung LPD, agar masa bhaktinya di LPD Desa Adat Negari diperpanjang sampai saat ini.
Baca Juga : Bertindak Lokal, Berfikir Global dan Menjadi Lembaga yang Memberikan Asas Manfaat
Tantangan sebagai pimpinan LPD, tak sampai disana, saat pandemi menggerogoti wilayah Bali, I Wayan Sukaria juga sempat tertantang dengan krisis ekonomi, di mana banyak krama yang membutuhkan pencairan dana datang ke LPD, bersyukurnya LPD Desa Adat Negari selalu berupaya menyiapkan dana likuiditas hingga 30%, sekitar Rp. 2,5 miliar hingga Rp. 3 miliar, yang dipercayakan di Bank BPD Bali Cabang Klungkung. Sehingga dana tersebut bisa digunakan untuk berbagai keperluan sehari hari di masa pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 yang menimbulkan terjadinya penurunan aset, membuat LPD Desa Adat Negari semakin selektif memberikan kredit kepada masyarakat, dengan nilai pinjaman yang kecil, karena belum berani mengeluarkan kredit jumlah yang besar. Setelah kondisi berangsur-angsur membaik, Wayan Sukaria mengatakan sangat bersyukur kini aset LPD Desa Adat Negari di tahun 2022 sudah mencapai Rp 14 miliar. Kontribusi berupa dana pembangunan ke desa adat sebesar 20% dari laba LPD sebesar Rp 59,7 juta pun bisa dirasakan oleh krama desa adat.
Selain kontribusi tersebut, juga disediakan dana untuk kebutuhan odalan di pura – pura dan upacara besar. Masa pandemi pun tak mengurangi kepedulian LPD Desa Adat Negari kepada krama, dengan membagikan sembako kepada seluruh masyarakat Negari sebanyak 500 paket sembako secara merata. Pihaknya juga memberikan keringanan kepada krama terdampak pandemi Covid-19 yang memiliki tanggungan kredit di LPD, dalam pembayarannya hanya membayar bunga saja.
Baca Juga : Deteksi Sejak Dini Upaya Terbaik Menjaga Mobilitas Sendi
Pembenahan demi pembenahan dan kontribusi – kontribusi oleh LPD Desa Adat Negari, secara nyata telah dirasakan secara individu oleh krama, maupun pembangunan umum untuk desa adat. Pembuktian nyata ini, adalah juga berkat kerjasama dari Pengurus LPD, Prajuru Adat, Badan Pengawas dan krama desa adat yang telah berkontribusi sebagai nasabah LPD Desa Adat Negari. I Wayan Sukaria, tak pernah bosan untuk menyampaikan terimakasihnya kepada krama, Prajuru Desa, Karyawan & Pengurus LPD dan Badan Pengawas LPD, atas kerja selama 17 tahun ini. Semoga apa yang sudah baik bisa terus dipertahankan atau bisa ditingkatkan kembali, yang masih kurang agar menuju perbaikan yang lebih berkualitas.
Refleksi untuk dirinya sendiri, I Wayan Sukaria menerapkan diri untuk “Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Artinya kegotong royongan dan rasa kekeluargaan harus diterapkan di LPD Desa Adat Negari. Serumit apapun permasalahannya, pendekatan dengan komunikasi yang baik tetap harus diutamakan kepada krama, hal ini sekaligus menjadi upaya demi menjaga dan mempertahankan kepercayaan krama kepada LPD Desa Adat Negari. Tentunya untuk LPD Desa Adat Negari sendiri, tetap menjadi lembaga pengelolaan keuangan andalan krama Desa Adat Negari yang lebih sejahtera.