Rahasia tentang hidup adalah bongkahan harta yang dimiliki oleh setiap individu. Akan berjalan mulus atau mesti tersandung pada kerikil yang tajam, atau bahkan berakhir baik atau buruk di akhir finish, semuanya bergantung dari cara kita bisa menikmatinya. Pastinya, siapa pun akan mengarungi perjalanan dengan ketangguhan, sambil menimang harapan agar selalu ada hikmah yang dapat dipetik untuk mendorong kearah yang lebih baik di masa depan.
Sosok I Wayan Suweta merupakan salah satu orang yang layak mengimplementasikan segala bentuk dinamika hidup dengan gagah dan lapang. Tak pernah ia sangka, bahwa berkat kerja keras serta keseriusannya selama menjalankan pekerjaan kian memutar roda kehidupan. Kesuksesannya menahkodai Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Pakraman Lepang, semakin membentuk kualitas diri dihadapan banyak pihak. Tak heran gerbang kesuksesan pun turut ia rasakan kini bersama keluarga.
I Wayan Suweta, mengawali kehidupan dengan kisah yang cukup sulit. Tidak banyak yang ia katakan, namun kesulitannya untuk menceritakan perjalanan hidup kian menjelaskan ragam hal tentang potret-potret masa kecilnya. Mata tak selalu berbohong untuk mengutarakan alur dan sudut pandang perjalanannya. Saat ditemui, Wayan Suweta mengaku bahwa masa lalu adalah masa yang cukup kelam.
Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
Bagaimana tidak, ia terlahir di tengah keluarga yang kondisi ekonominya sanggat memprihatinkan. Almarhum kedua orang tua, I Wayan Seregug dan Ni Wayan Karya adalah pasangan suami istri yang menjalankan profesi sebagai petani. Tentu bermodal hidup dari hasil ladang garapan. Pola asuh dan perhatian tentu tidak sebanding anak – anak seusianya dulu. Waktu untuk bermain disita oleh ragam pekerjaan rumah dan kerap ikut membantu Ayah di sawah. Pemenuhan gizi, vitamin atau fasilitas penunjang yang layak untuk digunakan memenuhi kebutuhan sekolah, tidak ada harapan.
“Jujur saja, kalau masa kecil saya bisa dibilang sangat menderita ya. Karena memang orang tua tidak ada apa-apanya. Untuk makan saja, kami hanya bersandar dari hasil pertanian. Dan sangat sulitnya lagi, kita tidak bisa menikmati fasilitas penunjang pendidikan seperti kebanyakan anak-anak sekarang ini. Karena memang susahnya adalah kalau berangkat sekolah, jarak tempuh yang mesti kami lalui sepanjang tiga kilo meter lebih,” kenang Wayan Suweta dengan nada yang sedikit terbata – bata. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mematahkan semangat Wayan Suweta untuk menyerah. Niat untuk bisa menyelesaikan pendidikan sekolah adalah tanggung jawab yang mesti ia buktikan. Hingga pada tahun 1981, pria kelahiran Klungkung, 31 Desember 1961 ini menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Ekonomi Atas atau SMEA Negeri Klungkung.
Tak ingin mematahkan semangat untuk sekolah, Wayan Suweta pun akhirnya didukung sang kakak untuk mengecap pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ibu kota Jakarta adalah pilihan dengan memilih kampus yang sesuai dengan jurusan pilihannya di bidang keilmuan ekonomi. Namun sayang, beberapa kendala dan soal mengharuskan Wayan Suweta tidak menyelesaikan kuliah. Sekembalinya ke Bali, tidak lama berselang, di tahun 1983, Wayan Suweta pun memilih untuk hidup berkeluarga. Bersama sang Istri, Ni Nyoman Mutri, jalan hidup yang baik seakan terbuka lebar. Beberapa peluang kerja sempat mereka lakoni demi menghidupi keluarga kecilnya. Beradu nasib dengan sejumlah lowongan kerja, akhirnya berbuah manis. Di tahun yang sama, Wayan Suweta diterima bekerja di Departemen Keuangan RI.
Baca Juga : “RSUD WANGAYA” Transformasi Besar-Besaran Setelah Hampir Satu Abad Berdiri
Pengalaman belajar serta di dukung skill yang memadai, pria yang kini menginjak usia 63 tahun tersebut mendapat kesempatan kerja yang baik. Tepatnya pada Juni 1983, ia diterima di BUPN (Badan Urusan Piutang Negara) atau yang sekarang di kenal dengan nama KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang). Kualitas kerja yang ia perlihatkan ternyata diperhitungkan. Pada tahun 2010, ia dipromosikan menjabat posisi yang baik dan dipindahtugaskan ke Kendari, Sulawesi Tenggara. Meski berat meninggalkan Istri dan anak pertamanya, namun Wayan Suweta tetap serius menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Goncangan hidup kembali ia rasakan, ketika sosok Ayah yang tegas meninggal dunia di tahun 2012 dan 6 tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2006, sang ibu lebih dahulu meninggal. Berat, namun hidup mesti terus dijalani. Kemudian ia pun kembali di tugaskan di kantor wilayah Denpasar pada tahun 2016 dengan jabatan kepala Seksi Penilaian.
“Yang pasti peristiwa itu sangat terpukul. Karena memang kepribadian, sikap dan tingkah laku saat ini berkat didikan mereka. Saya sangat dekat dengan sosok Ibu. Di mata saya ibu itu adalah orang paling penyayang dan sering menasehati anak-anaknya. Di sisi lain, sosok ayah sangat berpengaruh membentuk karakter saya yang tegas. Sementara hal yang membuat saya selalu merasa sedih ketika mengenang sosok Ibu itu adalah ketika mengenang kembali kondisi kami dulu yang memang tidak memiliki apa-apa. Lalu saya juga merasa belum sempat untuk membalas kebaikan kepada kedua orang tua. Sehingga, motivasi itu lah yang membuat saya lebih semangat bekerja memperbaiki ekonomi keluarga. Tentu dengan nilai-nilai yang profesional, penuh keseriusan dan bertanggung jawab,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, tepat pada tanggal 1 Januari 2020, Wayan Suweta pun memasuki masa purnabakti. Namun jangan disangka ia harus berhenti dari segala pekerjaan. Akan tetapi dengan berbekal beragam pengalaman kerja di bidang ekonomi itu lah, Ayah tiga anak ini kembali mendapat kepercayaan untuk memimpin LPD Desa Pakraman Lepang. “Sebelum pensiun, teman-teman dari desa adat memang sudah mengajak saya untuk ngayah di LPD tersebut. 1 januari 2020 saya pensiun dan langsung diminta dan ditunjuk untuk memimpin di LPD Desa Pakraman Lepang. Kesempatan baik itu pun saya terima, namun dengan permintaan untuk beristirahat selama dua bulan, sambil belajar sekaligus merencanakan kerja apa saja yang bisa saya lakukan untuk membangun masyarakat sekitar,” aku Wayan Suweta.
Secara empirik LPD sebagai lembaga keuangan Desa telah banyak memberikan kontribusi untuk masyarakat desa. Namun dibalik itu, masih ada beberapa LPD yang mengalami masalah dalam administrasinya, misalnya nasabah yang tidak bisa mencairkan uang miliknya. Terdapat juga di beberapa tempat, LPD yang tidak mampu berkembang. Salah satu kekurannganya adalah tidak adanya pengawasan. Selain itu SDM di dalam LPD yang tidak kompeten sehingga LPD tidak berkembang. Dari ragam persoalan itu, Wayan Suweta pun berupaya untuk hadir menjadi solusi sebagai pemecahan masalah yang kerap dihadapi. Sehingga, pengalaman serta basic keilmuan yang dimilikinya pun berupaya ia terapkan secara serius dan dengan penuh tanggung jawab. Salah satu cara adalah dengan menciptakan aturan-aturan yang mampu mengatur kinerja LPD, khususnya LPD Desa Pakraman Lepang untuk lebih baik lagi.
“Pertama-tama yang saya pikirkan adalah tentang urusan administrasi dan berkas – berkas kredit untuk mulai coba melengkapi dengan data-data yang valid. Sisanya menyusul, sesuai dengan dinamika yang kerap terjadi di lembaga kita,” ungkapnya. Hal lain yang patut diapresiasi dari keseriusan kerja Wayan Suweta adalah tidak terguncang dengan bencana Covid-19 yang melanda perekonomian masyarakat selama kurang lebih 3 tahun terakhir. “Jujur, saya selalu mengandalkan kuasa Tuhan dalam setiap pekerjaan. Hal lain yang tanpa disadari memiliki peran yang sangat besar disamping kerja keras kita. Contohnya, saat mengawali tugas saya di lembaga ini, kita langsung dihadapkan dengan situasi covid-19. Namun Astungkara, kami bisa melewati bencana itu. Pastinya di dukung pola kerja kami yang mesti kami terapkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Misalkan memberikan pemberian pinjaman dengan jangka waktu yang panjang atau kemudian memberi keringanan bunga hingga 50 persen adalah upaya-upaya kami untuk tetap hadir menjadi sebuah lembaga yang bermanfaat untuk banyak masyarakat,” pungkasnya.
Bahkan lebih dari pada itu, LPD Desa Pakraman Lepang mampu hadir dengan semangat sosial dan solidaritasnya. Di tengah pelik kondisi akibat covid-19, Wayan Suweta beserta jajaran staf ikut turun tangan menggelar kegiatan sosial dengan berbagi sembako kepada anggota dan sebagian masyarakat yang terdampak. Di sisi lain, kegiatan upacara adat pun LPD Desa Pakraman Lepang ikut turut terlibat. “Tentunya harapan saya kedepan agar LPD Desa Pakraman Lepang ini akan terus berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat. Dan yang lebih penting lagi adalah semoga lembaga keuangan ini akan terus di percaya oleh masyarakat,” tutup Wayan Suweta.