I Gede Sudarma – Klinik Semesta Mandiri
Sesuatu yang kita lakukan pada dasarnya itu semua berawal dari niat, apabila sedari awal sudah dilandasi dengan niat yang baik pasti hasil yang kita dapat nantinya merupakan hasil yang baik pula, begitupun sebaliknya apabila memiliki niat yang buruk maka hasil yang akan didapatkan bakalan menjadi buruk pula. Itu semua tergantung pada pola pikir individu dan karakter yang dimilikinya. Seperti halnya sebuah karma, seputar aksi dan reaksi, maka konkretnya suatu tindakan akan menghasilkan suatu efek tersendiri.
Pada Januari 2013 pemerintah Bali memberlakukan kebijakan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, yakni menanggung seluruh biaya cuci darah bagi seluruh warga. Tentu program ini sangat disambut baik bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Biaya cuci darah memang tergolong mahal, sehingga tidak sedikit penderita gagal ginjal yang takut berobat karena tidak mampu membayar. Sejalan dengan visi dan misi program pemerintah tersebut, dan tergerak hati melihat pengalaman tentang banyaknya pasien yang masih belum terpenuhi untuk mendapatkan pelayanan ini karena tempat dan fasilitas yang masih sangat terbatas. Maka klinik kesehatan bernama ‘Klinik Semesta Mandiri’ pun dibangun dengan niat membantu memfasilitasi program cuci darah yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan BPJS Kesehatan.
Dengan fasilitas yang baik, serta menjunjung tinggi keamanan dan kenyaman para pasiennya. Maka tak khayal berkat tangan dingin seorang pemuda bernama I Gede Sudarma, ‘Klinik Semesta Mandiri’ hingga saat ini tetap menjadi pilihan masyarakat Bali untuk dapat memenuhi fasilitas kesehatannya. I Gede Sudarma merupakan seorang pemimpin ‘the right man, in the right place’ yang membuat ‘Klinik Semesta Mandiri’ terus bergerak dinamis dan tumbuh dengan memberikan layanan sepenuh hati bagi para pasiennya.
Baca Juga : Taksu Sebuah Spirit Akan Keseriusan, Keyakinan dan Kepercayaan
I Gede Sudarma terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, sosok orangtua adalah sosok suri tauladan baginya. Orangtuanya juga lah yang selalu mendidiknya sedari kecil untuk memegang teguh ilmu ‘ikhlas’ dalam menjalani segala sesuatu. Ikhlas di sini bukan berarti lantas total berserah diri dan tidak melakukan apapun. Ilmu ikhlas bagi I Gede Sudarma adalah sebuah kunci dari peranan yang kita kerjakan sehari-hari, agar mempunyai rasa syukur yang tinggi terhadap apa yang telah diberikan Tuhan, sehinga jalan yang terasa terjal dan sulit terlewati, maka perlahan akan dapat dilewati, dan setapak demi setapak langkahnya akan dimaknai dan memberikan ilmu baru dan kegigihan tanpa ada rasa terbeban. Pola didik ini juga yang diterapkan I Gede Sudarma dalam mendidik tiga para generasi penerusnya.
AwaInya I Gede Sudarma, merupakan seorang konsultan arsirtektur yang hijrah ke kota Jogja paska tragedi bom Bali yang meluluhlantakkan semua sektor yang ada di Bali. Indonesia mengalami masalah serius dengan keamanan negara yang disebabkan oleh pengeboman itu. Sejumlah negara kemudian mengeluarkan travel warning bagi para warganya yang berniat berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali. Alhasil kehidupan masyarakat Bali dari segi ekonomi juga mengalami dampak dari peristiwa ini. Pendapatan dari sektor pariwisata menurun dan langsung mengalami keterpurukan finansial selama beberapa tahun. Banyaknya pemutusan kerja, menuntun I Gede Sudarma untuk mencari peruntungan di kota budaya yang juga terkenal dengan kota pelajar tersebut.
Rencana Tuhan memang kadang tak terduga. Manusia hanya dapat melihat dan merasakan yang mungkin tampak menyedihkan saat ini. Namun dengan kehendak Tuhan, mungkin hal ini merupakan permulaan dari suka cita yang tak pernah terbayangkan untuk setiap insan yang selalu berteman dengan kegigihan. Siapa sangka dari perjalanannya inilah ia mendapatkan seorang relasi yang tidak lain adalah bosnya sendiri yang kala itu sudah ia anggap sebagai ayah kedua baginya. Sosok ayah dan juga pengusaha yang memberikan banyak pelajaran berharga bagi I Gede Sudarma dalam membekali ilmu kehidupannya.
Kedekatan dalam sisi emosional, akhirnya membuat sosok I Gede Sudarma menjadi insan pilihan yang dipercaya untuk memimpin ‘Klinik Semesta Mandiri’ yang telah lebih dahulu dibuat oleh sosok almarhum ayah keduanya yang sangat ia hormati ini. Alhasil, I Gede Sudarma pun memberanikan diri untuk meneruskan tongkat estafet sebagai pemimpin ‘Klinik Semesta Mandiri’. Baginya dalam memulai satu hal yang baru apapun itu pasti mempunyai satu tujuan yang menjadi landasannya. Terlebih memimpin suatu perusahaan klinik kesehatan merupakan hal baru baginya, karena dirinya sendiri pada dasarnya lebih ahli dalam ilmu IT dan arsitek.
Namun dalam menjalankan usaha, tentunya seseorang tidak bisa hanya tinggal diam dan menunggu waktu, kemudian sukses begitu saja. Untuk mencapai itu diperlukan keberanian dan take action, dengan tanggung jawab besar itu I Gede Sudarma pun harus mempunyai motivasi dan mental yang kuat. Karena seorang pemimpin haruslah memiliki kemampuan mengelola dan mengendalikan perusahaan, walaupun dari sistem yang sudah ada. Membangun hubungan emosional dengan para karyawan, hingga mengelola flow keuangan menjadi tantangannya pada awal memimpin bisnis ini.
Beruntung, pengalamannya sebagai seorang konsultan arsitektur membuatnya telah terbiasa dengan menjalin komunikasi dengan banyak orang. Ilmu ini tentunya sangat membantu dan diterapkannya untuk memimpin suatu perusahaan. Yang terpenting bagi I Gede Sudarma adalah inovasi, ide ataupun strategi, harus terus sejalan dalam menciptakan budaya kerja perusahaan. Karena menurutnya, sebuah perusahaan tidak akan besar tanpa adanya sebuah budaya kerja yang baik, dengan itu semua lini pekerjaan dapat bekerjasama menopang dan mendorong perusahaan untuk maju.
‘Klinik Semesta Mandiri’ merupakan sebuah klinik khusus Hemodialisis atau yang akrab disebut ‘terapi cuci darah’ yang melayani pasien BPJS dan umum, serta menjadi satu-satunya klinik khusus Hemodialisis yang berada di pulau Bali. ‘Klinik Semesta Mandiri’ sangat fokus dengan tujuan selalu memberikan perhatian dan pelayanan terbaik bagi para pasien Hemodialisis. ‘Klinik Semesta Mandiri’ terletak di jalan Hayam Wuruk, No.151, Sumatera Kelod, Denpasar Timur, yang hingga saat ini menjadi pilihan sentral para pasien Hemodialisis untuk mendapatkan pelayanan kesehatannya.
Kini ditangan I Gede Sudarma‘Klinik Semesta Mandiri’ terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, bergerak dinamis seiring dengan perkembangan teknologi. Jika sebelumnya pengeolaan klinik dijalankan dengan cara manual atau konvensional, kini ‘Klinik Semesta Mandiri ‘ telah menggunakan sumber daya teknologi yang lebih maju, terlebih dalam sistem informasi manajemen. Layanan yang diberikan telah terintegrasi, sehingga pekerjaan dan pelayanan kepada para pasiennya menjadi lebih efektif dan efisien.
Dengan ketekunan dan kegigihan I Gede Sudarma dalam membangun karir kesuksesannya, kita dapat belajar bahwa jangan pernah melupakan peran Tuhan dalam mengejar kesuksesan. “Banyak Jalan Menuju Roma” adalah sebuah pepatah yang sudah dikenal banyak orang yang tak lekang oleh waktu. Bila satu cara gagal dalam menyelesaikan sebuah masalah, tentu saja ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Hal itu menjadi dorongan I Gede Sudarma dalam menjalani tapak demi tapak kehidupannya. Siapa pun memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam hidup ini. Maka, tetaplah semangat dan jangan larut dalam kegagalan. Percayalah bahwa ada banyak cara untuk membuat hidup lebih berarti. “Sukses itu butuh perjuangan, namun kita sebagai seorang insan tidak boleh lupa bahwa peran penting Tuhan sangat besar dalam setiap kesuksesan yang diraih” ucap I Gede Sudarma.
Ia seratus persen meyakini bahwa campur tangan Tuhan lah yang sanggup membawanya pada titik ini. Oleh karena itu rasa syukur terus ia panjatkan kepada sang maha kuasa. Karena Tuhan mencintai hambanya yang ikhlas dan sabar menerima takdirnya. Banyak manusia telah berjuang dengan sekuat tenaga dan tanpa lelah mengejar kesuksesan hidup. Namun kesuksesan pun tak kunjung tiba dan mungkin masih jauh dari harapan. Mungkin saja karena kita lupa akan peran besar Tuhan dan jarang sekali membawa namaNYA dalam keseharian perjuangan kita.
2 thoughts on “Niat Positif Untuk Masa Depan Progresif”