Ni Putu Aprilia Cintya Ayu & Angga Rizky – TB. Wirajaya
Setiap manusia memiliki respon yang berbeda – beda tatkala berhadapan dengan suatu persoalan atau rintangan dalam kehidupan. Sebab hal yang tak bisa di pungkiri bahwa, dalam menapaki setiap jalan setapak hidup, tak jarang kita senantiasa menemui kerikil rintangan. Ada yang memilih menyerah untuk berjuang namun tidak sedikit pula ada jiwa – jiwa optimis yang mampu melihat sebuah tantangan sebagai bahan pembelajaran sekaligus motivasi agar tidak mudah jatuh dalam lubang yang dalam. Salah satu pengusaha muda yang jeli sekaligus tangguh dalam menjalankan usaha yaitu Ni Putu Aprilia Cintya Ayu. Perempuan peramah dan murah senyum ini pun menjadi salah satu aktor hebat di balik usaha keluarga yang semakin meroket hingga saat ini di bidang outlet perlengkapan bahan bangunan di Bali.
Tidak ingin menjadikan masalah sebagai hal yang menghambat untuk maju, Ni Putu Aprilia Cintya Ayu justru mengubah tantangan menjadi sebuah peluang sekaligus kesempatan. Baginya perjalanan hidup dipenuhi dengan banyak pilihan. Ingin seperti apa atau akan menjadi apa, kita sebagai mahluk yang paling sempurna diberikan kebebasan oleh Sang Pencipta untuk memilih.
Meski masih ada sebagian orang yang beranggapan bahwa nasib disalahartikan sebagai takdir yang sepenuhnya bukan menjadi bagian dari tanggung jawab, sehingga terlalu cepat memutuskan untuk menyerah tanpa adanya usaha yang maksimal terlebih dahulu. Maka dengan sadar pula, pilihan Ibu muda yang memiliki dua orang anak ini adalah tetap berjuang dan serius dalam setiap menjalankan kepercayaan maupun bisnis yang akan dikembangkan.
Ni Putu Aprilia Cintya Ayu atau yang akrab disapa Cintya oleh orang-orang terdekatnya itu pun memilih sebuah pilihan yang berani. Sebab di tangannya lah, nasib bisnis keluarga akan berlabuh. Apakah akan berjalan mulus atau mungkin terhenti di tengah jalan, semuanya bergantung pada Cintya. Saat ini diatas pundaknya, usaha yang dikenal dengan nama TB. Wira Jaya yang beralamat di jalan Raya Sesetan No.58, Denpasar, menjadi tanggung jawabnya. Entah seperti apa hasilnya, ia enggan untuk terjebak dengan pemikiran itu.
Memupuk semangat dan berkawan dengan kegigihan adalah dua hal yang mesti dilakukan. Terlebih ketika dunia yang saat ini tengah di rundung pandemi akibat penyebaran corona virus yang juga turut melumpuhkan perekonomian dunia, terlebih khusus di lini usaha. “Sempat jatuh bangun, tapi astungkara masih bisa terus dijalankan,” tutur Cintya saat diwawancarai di sela kesibukannya.
Bagi perempuan kelahiran Denpasar, 27 April 1993 itu, bisnis yang kini menyediakan berbagai macam produk bahan bangunan yang lengkap adalah rintisan usaha yang tidak bisa ia lepas. Sekali itu badai yang coba mengguncang ketegaran dan pendiriannya untuk bertahan. Bukan tanpa alasan, usaha yang terus berkibar di balik nama bendera TB. Wira Jaya ini sangat banyak menyimpan memori kisah serta cerita-cerita yang tentu mampu membentuk kepribadiaan serta karakternya saat ini. Perihal dirinya yang juga lahir dan bisa hidup berkecukupan merasakan kebahagiaan, menjadi bagian yang tidak terlepas dari kepingan kisah yang sangat berarti. Cintya pun menceritakan banyak hal tentang semangatnya untuk memilih jalan di ranah bisnis rintisan keluarganya tersebut.
TB. Wira Jaya sudah berdiri sejak tahun 70-an. Bisnis tersebut di dirikan oleh Kakek dan Nenek yang adalah orang tua dari Ayahnya, I Wayan Sujana. Cintya yang mendengarkan penuturan kisah dari lembaran-lembaran jejak perjuangan itu mengatakan bahwa bisnis tersebut sudah mulai beroperasi sejak Ayahnya masih menginjak usia belia. Berawal dari outlet kecil dengan pelanggan yang tidak terlalu banyak, menjadi awal perjalanan mereka. Hidup berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tumbuh dalam lingkup keluarga yang harmonis, secara tak sadar telah mendidik Ayahnya agar tetap saling menyayangi dan menjaga.
Tak hanya itu, pembentukan karakter yang tertib, mandiri dan jiwa yang pekerja keras semakin menjadi modal yang tertanam dalam membina keluarga secara turun-temurun. “Jauh sebelum usaha ini berjalan baik, Kakek dulunya memulai profesinya sebagai pembantu atau kuli bangunan di salah satu toko bangunan. Dari situ, Kakek kami mulai serius dengan pekerjaannya dan tidak hanya sekadar bekarja, namun turut belajar bagaimana sebuah bisnis itu mesti dijalankan,” jelas Cintya sambil mengenang kembali cerita yang didengarnya langsung dari kedua orang tuanya.
Hingga estafet berlanjut di tangan Ayah dan Ibunya, I Wayan Sujana dan Luh Gede Suhari, bisnis ini masih tetap stabil untuk dijalankan. Sejumlah pelanggan sudah mulai mengenal toko bangunan tersebut dan relasi bisnis sudah mulai banyak. TB. Wira Jaya pun turut ikut membantu menyediakan bahan bangunan di sejumlah proyek pembangunan di Bali. Kehidupan masa kecil Cintya turut dibentuk dari lingkup keluarga yang baik. Khusus di dunia pendidikan, Cintya termasuk salah satu anak perempuan yang sangat bersyukur bisa mencapai di tinggat perguruan tinggi.
Perempuan lulusan D3 Keperawatan ini mampu menyelesaikannya dengan baik dan siap untuk menjalankan pekerjaan yang tentu sesuai dengan basic pengetahuannya. Hanya saja, kerikil dan lubang terjal selama menapaki perjalanan kadang kala muncul tak terduga. Cintya mengaku, sebelum usaha ini ia pegang kendali, mengalami kesulitan dalam menjalankan kembali.
Bukan tanpa alasan, Cintya mengaku bahwa usaha tersebut tersendat dikarenakan Ayahnya jatuh sakit. Pilihan yang cukup sulit baginya. Akan tetapi dengan keyakinan serta tekad yang besar Cintya memilih jalan berani untuk mulai kembali menjadi nahkoda perahu bisnis yang siap berlayar yang siap menantang arus dan gelombang. Sejak tahun 2017, Cintya pun berkomitmen untuk mulai memilih profesi yang sangat jauh berbeda dengan ilmu di perguruan tinggi.
Kerja sama Cintya dan Suami, Angga Rizky dalam berwirausaha, tentu tak terjadi secara instan begitu saja. Mereka di tuntut untuk mandiri dan bekerja keras sambil pelan-pelan melunasi utang serta memulihkan kembali usaha yang sudah menjadi sumber penghidupan keluarga. Berlahan, apa yang menjadi kerja keras mereka membuahkan hasil yang baik. Ia mengaku, bahwa setiap kerja keras yang dijalani tidak pernah menghianati hasilnya. Bahkan hingga saat ini, Cintya bersama Suami mampu mengembangkan usaha yang lain di bidang kuliner, berupa toko roti.
“Suami sangat mendukung dan saya sangat meyakini bahwa ada banyak campur tangan Tuhan dalam setiap usaha saya. Buktinya saja, sampai saat ini saya masih bisa menjalankan bisnis tersebut. Awalnya itu saya orangnya paling tidak suka mengutang ya. Tapi karena memang usaha ini harus dijalankan lagi, suka tidak suka, saya harus meminjam uang untuk menggerakkan roda usaha terseput. Syukurnya, paman saya yang kebetulan adik dari Bapak saya, membantu untuk memberi pinjaman. Dan tidak hanya itu, saya juga mendapat banyak motivasi serta samangat baru untuk menjalankan usaha ini. Pokoknya sangat berjasa sekali bagi saya. Beliau pamanya Pak Made Suardana,” tutur Cintya mengenang.
Lembaran kisah lain yang juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya yakni tempaan-tempaan serta didikan baik semasa hidupnya. Cintya menuturkan bahwa kedekatannya dengan sosok Nenek mempengaruhi karakter perempuan yang pekerja keras. Selain bisa menjadi perempuan yang mandiri, Cintya mampu memetik kesan tentang menjadi seorang Ibu rumah tangga yang bertanggung jawab dengan beragam tugas. Tidak ketinggalan, dalam ranah usaha pun didikan Nenek turut menjadi modal yang ia gunakan saat ini.
“Sosok kakek – nenek sangat menginspirasi ya. Mereka penyanyang, mengayomi, penyemangat juga. Lalu ada banyak hal dari mereka tentang kemandirian untuk bekerja, terlebih dalam bidang bisnis yang mereka bangun semasa muda. Ya motivasi untuk bisa menguasai perahu bisnis adalah ajaran yang mereka titipkan. Karena jujur saja, tidak ada dalam benak sama sekali tentang dunia bisnis. Saat pertama kali meraba, memang sangat rumit sekali. Terlebih itu tadi, kondisi tempat usaha memang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ada banyak hutang dan persoalan lain. Artinya bukan hanya sekedar menerima baiknya saja, tapi ada sesuatu yang mesti saya perjuangkan untuk bisa tetap mejaga warisan bisnis keluarga yang turun temurun ini,” tutup Cintya.