Passion di Bidang Seni Rupa, Melahirkan Karya Arsitektur yang Bernilai dan Bermanfaat Bagi Masyarakat Bali

Passion di Bidang Seni Rupa, Melahirkan Karya Arsitektur yang Bernilai dan Bermanfaat Bagi Masyarakat Bali

I Gede Putu Sutaya, ST. | Studio Tabanan Arsitektur

Lahir di tengah keluarga yang tidak mampu, I Gede Putu Sutaya tak ingin kondisi tersebut membuatnya menghabiskan waktunya dengan mengeluh dan menerima keadaan begitu saja. Passion-nya di bidang seni rupa, sekaligus juga berasal dari keluarga seniman, memberikannya sebuah motivasi untuk melakukan perubahan, meski terkadang kontras dengan pemikiran sang ayah.

Di lingkungan tempat tinggalnya, keluarga I Gede Putu Sutaya tergolong dari keluarga tidak mampu. Terlebih kondisi, di mana kira-kira saat duduk di bangku kelas IV SD, ibunya meninggal dunia, dan hanya ayah, sosok orangtua yang ia miliki, yang bekerja sebagai buruh bangunan, juga terkadang menambah penghasilan dengan bertani. Seiring bertambahnya usia, ada obrolan dari ayahnya seolah sudah tidak sanggup lagi menyekolahkan Putu Sutaya selepas SMP. Perkataan ayahnya tersebut, tak ingin membuatnya terpuruk, justru ia berupaya untuk gigih dan tidak menyerah begitu saja dalam menjalani kehidupan.

Sejak SMP hingga SMA, Putu Sutaya harus bekerja sembari memperdalam ilmu seni rupa, yang bisa dikatakan menjadi satu-satunya pemacu semangatnya untuk terus sekolah. Setelah tamat SMA, ia sempat bekerja untuk sementara waktu demi memperoleh penghasilan untuk melanjutkan kuliah di jurusan teknik arsitektur, Universitas Ngurah Rai.

Muncul keinginan pria kelahiran Tabanan, 26 September 1988 ini, untuk kemudian membangun sebuah usaha pada tiga tahun lalu. Bersyukur ia mendapat kepercayaan oleh sang pemilik lokasi, untuk menyewa sebuah lokasi usaha yang ia beri nama “Studio Tabanan Arsitektur” meski minim modal.

Putu Sutaya awalnya menjalani usaha ini seorang diri, ia kemudian ingat sebuah kutipan yang mengatakan “Bila ingin berlari cepat, berlarilah seorang diri. Bila ingin berlari jauh, berlarilah bersama” Menginginkan usahanya “berlari sejauh mungkin” kedepannya, ia pun membentuk “super tim” untuk mewujudkan ide – idenya dalam pelayanan ke masyarakat meliputi jasa desain arsitektur, interior dan konstruksi maupun renovasi bangunan.

Dengan semangat “Keep Innovating & Be Inspiring” Studio Tabanan Arsitektur menyadari begitu banyaknya kekurangan, untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik dalam mengembangkan, memperdalam kemampuan dalam karya yang berkualitas dan berkarakter ataupun dalam pelayanan ke masyarakat.

Siapa yang akan menyangka Putu Sutaya akan bertemu dengan situasi pandemi yang telah berlangsung lebih dari setahun ini, di saat ia tengah merintis “Studio Tabanan Arsitektur”. Cara Putu Sutaya sebagai wirausaha dalam menyikapi kondisi ini ialah ia tidak mau terlalu ambil pusing, yang dapat memecah konsentrasinya dalam berkarya. Ia memilih untuk tetap gigih dan fokus menjalankan apa yang menjadi prioritasnya, agar usaha yang berlokasi di jalan Raya Munggu Kapal Kec. Mengwi-Badung ini, dapat bertahan dan terus exist.

Meski pola pikir Putu Sutaya dan ayahnya cenderung berbeda, khususnya dalam karir namun ia meyakini doa ayah dan campur tangan leluhur pasti juga memiliki peran besar atas kesuksesannya saat ini. Prinsip hidupnya, ilmu pengetahuan yang dimiliki harus berguna untuk masyarakat. Karena baginya, sukses tidak akan bernilai apabila tidak bermanfaat untuk orang banyak maka dari itu dia ingin mendedikasikan kemampuannya untuk masyarakat bali dalam karya arsitektur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *