Mendirikan sesuatu dari nol, tak semua orang berlenggang bersedia untuk berjuang. Hal ini menjadi lebih kompleks ketika berbicara tentang mendirikan lembaga keuangan tingkat desa, yang realitanya, masyarakat masih merasa ragu apakah lembaga tersebut dapat beroperasi dan dapat dipercaya. Itulah yang menjadi fokus perjuangan ketiga individu yang berdedikasi, yaitu I Nengah Suastra, I Made Sudarsana dan I Wayan Muliana. Dalam perjalanannya, ketiganya menemui berbagai kendala dan ketidakpastian terkait keberlanjutan dan integritas lembaga keuangan tingkat desa yang mereka rintis, Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Peminge. Namun, dengan tekad kuat dan semangat pantang menyerah, mereka berusaha mengatasi ketidakpercayaan tersebut.
Antara I Nengah Suastra yang menjabat sebagai Ketua, I Made Sudarsana sebagai Sekretaris dan I Wayan Muliana sebagai Bendahara, I Made Sudarsana adalah sosok yang pertama kali bergabung dengan LPD Desa Adat Peminge. Keanggotaanya di lembaga keuangan desa yang terletak di Jalan Siligita No.3, Benoa, Kec. Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini, sungguh tak terduga akan berlangsung selama beberapa tahun. I Made Sudarsana bergabung dengan LPD sejak dirinya mengajukan diri kepada prajuru adat yang pada saat itu sedang mencari individu yang dianggap mampu untuk mengelola LPD.
Keputusan I Made Sudarsana untuk terlibat dalam LPD awalnya hanya berorientasi dalam pendirian LPD di desa, karena rasa terharunya dengan perjuangan prajuru adat yang tak kunjung menemukan individu yang bersedia untuk terlibat dalam pendirian LPD, sebagai prasyarat untuk mengikuti lomba desa. Berjalannya waktu, setelah lomba diselenggarakan, I Made Sudarsana mengira perannya hanya sampai di sana, ternyata keluarlah surat keputusan (SK) yang mendorong ia bersama dua rekannya lagi yaitu istri dari I Nengah Suastra yaitu Ni Wayan Suadi bersama satunya lagi yaitu Nyoman Rintag kemudian berkoordinasi untuk mengikuti pelatihan. Surat keputusan tersebut menunjukkan pengakuan terhadap komitmen dan kontribusi yang telah diberikan oleh I Made Sudarsana dan rekan-rekannya dalam mendirikan LPD dan mengikuti lomba desa. Pelatihan selanjutnya dapat dianggap sebagai langkah lebih lanjut dalam memperkuat keterampilan dan pengetahuan mereka untuk mengelola LPD dengan lebih efektif.
Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari
Ternyata peran I Made Sudarsana di LPD tidak hanya sebatas prasyarat, dan dengan jujur, ia mengakui bahwa dirinya tidak memiliki dasar pengetahuan di bidang keuangan, karena latar belakang pendidikannya sebenarnya ada di bidang Teknik. Hal yang sama dialami oleh istri dari I Nengah Suastra, yang kemudian memilih untuk mundur dari LPD.
Prajuru adat kemudian mencari pengganti, dan pilihan jatuh pada anak dari Bendesa Adat Peminge yang baru saja menyelesaikan studi di bidang Ekonomi. Pada 12 Oktober 2000, LPD Desa Adat Peminge pun resmi didirikan. Namun, di tahun tersebut, lembaga keuangan seperi BPR sedang mengalami penurunan kepercayaan dari masyarakat. LPD ikut menjadi “kambing hitam” dari ketidakpercayaan yang melanda masyarakat pada saat itu.
Tantangan yang dihadapi oleh LPD Desa Adat Peminge di tengah penurunan kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan pada umumnya memang tidak terhindarkan. Meskipun begitu, kejujuran I Made Sudarsana dan kemauan untuk belajar serta beradaptasi dengan tantangan baru mencerminkan semangat dan tekad untuk menghadapi permasalahan.
Made Sudarsana dan dua rekannya masih menjalankan tugas mereka di LPD, yang beroperasi dari ruang Bale Banjar. Selanjutnya, mereka mulai mengumpulkan modal dari desa sebesar Rp. 5 juta. Donasi dari pemerintah juga mengalir berupa meja, kursi, mesin ketik manual, dan perlengkapan alat tulis.
Baca Juga : Entrepreneur Muda yang Berperan Mempromosikan Gaya Hidup Sehat Melalui Klinik “Fisioterapi Astina”
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, terkait atau tidaknya LPD, Jero Bendesa Adat yang memberikan uang transportasi sebagai bentuk dukungan dalam situasi ketidakpastian, menunjukkan adanya pemahaman akan tantangan yang dihadapi oleh LPD. Keputusan tersebut tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga melibatkan komitmen dan kepedulian pihak desa terhadap kesuksesan LPD. Saat rapat akhir tahun, masukan dari prajuru banjar dan masyarakat menjadi elemen penting dalam evaluasi dan perbaikan LPD. Keterlibatan aktif dari prajuru banjar dan masyarakat mengindikasi dalam partisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan LPD. Dengan terus menerapkan langkah-langkah positif ini, diharapkan LPD dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat desa serta mendapatkan dukungan dari pihak terkait.
Membawa Harapan Baru oleh Ketua Baru
Selama tiga bulan I Made Sudarsana tak menerima gaji, namun 2,5 bulan LPD Desa Adat Peminge sudah mendapatkan hasil Sisa Hasil Usaha (SHU) senilai 3 jutaan rupiah. Kehadiran LPD pun mulai memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat desa adat. Sampai di titik tersebut, I Made Sudarsana mulai merasa lega, sekaligus menyatakan dirinya masih terus belajar soal LPD, bahkan sampai saat ini, di ketergabungannya dengan LPD dari awal terbentuk. Berjalannya waktu, di tahun 2023 tepatnya pada bulan maret bergabunglah I Nengah Suastra sebagai Ketua LPD Desa Adat Peminge, yang diharapkan membawa perubahan lebih positif lagi untuk LPD Desa Adat Peminge.
Mengulas singkat profil I Nengah Suastra. Dirinya dilahirkan di Desa Adat Peminge, ia berasal dari keluarga yang latar belakang pendidikannya hanya sampai Sekolah Rakyat (SR). Meskipun begitu, orangtuanya memiliki pemikiran yang cukup maju di masa itu dan menjadi sosok motivator bagi I Nengah Suastra. Berkat semangat dan dukungan tersebut, ia berhasil menyelesaikan kuliah S1 di jurusan Ekonomi Akuntansi di Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas). Hal ini mencerminkan dedikasi dan pencapaian luar biasa, mengubah batasan pendidikan keluarganya menjadi landasan untuk meraih pendidikan tinggi dan mencapai kesuksesan dalam bidang akademis.
Terpilihnya I Nengah Suastra sebagai Ketua LPD Desa Adat Peminge tidak hanya didasarkan pada latar belakang ilmu Ekonomi Akuntansi. Lebih dari itu, yang menjadi paling utama ialah ketersediaannya untuk berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan desa. Ia membawa dedikasi tinggi terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat dan memiliki visi yang kuat untuk mengoptimalkan peran LPD sebagai lembaga keuangan yang mendukung pertumbuhan ekonomi desa.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Dengan pengetahuan dan semangatnya, I Nengah Suastra berupaya menjadikan LPD Desa Adat Peminge sebagai pilar utama pembangunan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Tak hanya itu, I Nengah Suastra sangat meyakini bahwa campur tangan Tuhan senantiasa menyertai perjalanan karirnya di LPD yang sedang ia nahkodai saat ini. Baginya, keyakinan ini menjadi fokus kuat yang mendorongnya untuk memberikan pengabdian maksimal kepada masyarakat. Ia menyadari bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mengabdi pada masyarakat, sehingga ia bersyukur atas kesempatan ini dan berkomitmen untuk memberikan dampak positif yang maksimal bagi kemajuan desa melalui perannya di LPD Desa Adat Peminge.
Dengan bangga, I Nengah Suastra dan I Made Sudarsana menyampaikan kabar gembira mengenai pertumbuhan LPD pada usianya yang ke-24 tahun telah mencapai aset sebesar Rp. 37 miliar. Bahkan, pada tahun 2023 lalu, LPD Desa Adat Peminge mengalami over liquid. Tentu pertumbuhan LPD Desa Adat Peminge bukan hasil dari kinerja para pengurus dan staff semata, melainkan peran penting masyarakat yang menjadi poin pertama dalam suksesnya pertumbuhan lembaga desa ini.
Sang bendahara, I Wayan Muliana yang memiliki latar belakang di bagian Kredit Bank, kehadirannya semakin memperkuat dan melengkapi tim kepengurusan LPD Desa Adat Peminge. Formasi kepengurusan LPD Desa Adat Peminge saat ini selalu menjaga dan mengedepankan pelayanan berkualitas kepada masyarakat atau krama Desa Adat Peminge. Dengan itu harapannya bisa menjaga kepercayaan krama yang telah menaruh dana mereka di LPD dan bisa menstimulus krama lain untuk aktif menjaga lembaga ini agar manfaatnya bisa dirasakan anak cucu kelak.
I Made Sudarsana secara pribadi menyoroti sulitnya menemukan individu yang bersedia berproses, lebih banyak yang ingin langsung menikmati hasilnya secara instan. Terlepas dari fenomena tersebut, besar harapan keluarga besar LPD Desa Adat Peminge dapat terus beroperasi demi masyarakat dari generasi ke generasi. Mereka juga berharap, bahwa segala kebutuhan masyarakat Desa Adat Peminge terkait pembiayaan dan modal kerja dapat terpenuhi melalui satu pintu yaitu LPD Desa Adat Peminge.