Jembrana, sebuah kabupaten di ujung barat Pulau Bali, memancarkan pesona keindahan alam, budaya dan tradisi yang begitu kaya. Salah satu desa di Jembrana yang memegang teguh nilai-nilai tradisionalnya adalah Desa Adat Manggissari. Di tengah-tengah kehidupan modern, di sinilah kita akan bertemu dengan seorang pria bijaksana yang memutuskan untuk kembali ke akar budayanya, Nyoman Subawa.
Nyoman Subawa, seorang mantan guru di SMK Pariwisata Harapan Denpasar, mengakhiri masa tugasnya pada tahun 2019. Setelah lebih dari tiga dekade mengabdikan diri pada dunia pendidikan, Nyoman Subawa memilih untuk pulang ke desa kelahirannya, Manggissari. Keputusannya ini seakan-akan adalah panggilan hati yang tak bisa dihindari. Keputusan ini bukan hanya sekadar perubahan lokasi, melainkan perjalanan menuju pengabdian yang luar biasa. Kembali ke desa adalah langkah pertama yang membawa perubahan besar dalam hidupnya.
Sejak masih duduk di bangku SMP, Nyoman Subawa sudah menjalani hidupnya di Denpasar, ibu kota Provinsi Bali yang ramai dan modern. Di sini, dia mengabdikan diri dalam dunia pendidikan, membimbing dan menginspirasi banyak generasi muda dalam mengejar impian mereka. Namun, ketika masa pensiun tiba, Nyoman merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
Setelah bertahun-tahun hidup di tengah hiruk-pikuk kota, Nyoman Subawa merindukan ketenangan desa. Dia merasa bahwa kembali ke desa kelahirannya adalah jalan yang harus dia tempuh. Kembali ke Manggissari, dia tidak hanya menemukan kedamaian yang diinginkannya, tetapi juga menemukan panggilan sejati dalam dirinya.
Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari
Setiba di Desa Adat Manggissari, Nyoman Subawa tidak hanya menjadi pengamat pasif, melainkan juga aktif terlibat dalam masyarakatnya. Dia mengikuti jejak banyak penduduk desa yang menjalani tradisi “ngayah” atau berbakti secara sukarela untuk masyarakat dan pura setempat. Nyoman terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di desa, membantu memelihara budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu bentuk pengabdian utamanya adalah melalui Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Manggissari. LPD adalah salah satu pilar ekonomi masyarakat desa di Bali yang membantu dalam pembiayaan usaha kecil dan menengah serta kebutuhan masyarakat. Nyoman Subawa terlibat aktif dalam manajemen LPD ini, membantu mengelola dana dan memberikan nasihat kepada warga desa yang memerlukan dukungan keuangan.
Kembali ke desanya bukanlah keputusan yang sia-sia bagi Nyoman Subawa. Masyarakat Desa Adat Manggissari menerima kepulangannya dengan hangat. Mereka menghargai pengetahuannya yang luas dan semangatnya untuk berbakti kepada masyarakat. Nyoman Subawa bukan hanya seorang pendatang, melainkan seorang putra asli yang telah kembali untuk memberikan kontribusi positif bagi desanya.
Nyoman Subawa adalah contoh nyata tentang bagaimana seseorang dapat menemukan kedamaian dan tujuan sejati dalam pengabdian kepada masyarakat dan budayanya sendiri. Keputusannya untuk kembali ke desa kelahirannya, Manggissari, telah membawa kebahagiaan tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat desa. Dalam ketenangan desa, dia menemukan kebahagiaan dan kesehatan yang luar biasa.
Cerita Nyoman Subawa adalah pengingat bagi kita semua bahwa terkadang, ketenangan dan tujuan sejati bisa ditemukan saat kita berbakti kepada masyarakat dan akar budaya kita sendiri. Bagi banyak orang, kembali ke alam dan budaya mereka adalah langkah penting dalam mencari arti sejati dalam hidup.
Pendekatan Bijaksana di LPD Manggissari
Nyoman Subawa, yang memiliki latar belakang pendidikan, memiliki tekad kuat untuk memahami dan mengelola LPD dengan baik. Dengan pendekatan yang bijaksana, ia memulai perjalanan untuk memahami kondisi LPD secara mendalam. Salah satu langkah awal yang diambilnya adalah melakukan analisis terhadap kondisi finansial dan aset LPD. Melalui perencanaan yang matang, Nyoman Subawa berhasil meningkatkan aset LPD tersebut, yang pada gilirannya memungkinkan LPD untuk memberikan lebih banyak bantuan kepada masyarakat desa.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Peningkatan aset LPD Desa Adat Manggissari juga turut meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Semakin baik kondisi keuangan dan pelayanan LPD, semakin besar pula kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat desa. Kepercayaan ini sangat penting karena menjadi dasar utama dalam menjalankan kegiatan keuangan dan pembangunan di tingkat desa.
Nyoman Subawa memiliki harapan besar terhadap peran LPD Desa Adat Manggissari dalam membantu kegiatan-kegiatan desa. Ia percaya bahwa dengan manajemen yang baik dan pelayanan yang efisien, LPD ini dapat menjadi motor penggerak pembangunan desa.
Melalui pemberian pinjaman yang terjangkau dan berbagai layanan keuangan, LPD Desa Adat Manggissari diharapkan dapat menjadi mitra yang kuat bagi masyarakat desa dalam mewujudkan berbagai program pembangunan dan proyek-proyek yang bermanfaat bagi seluruh komunitas desa. Dengan semangat dan tekad yang kuat, Nyoman Subawa bersama LPD Desa Adat Manggissari akan terus bekerja untuk mewujudkan visi ini dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi desa mereka.
Perjuangan Berjalan Kaki 2 Jam Demi Menuntut Ilmu
Nyoman Subawa lahir pada tahun 1958 dari keluarga yang kurang mampu. Dia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah seorang petani yang mengabdikan diri untuk desanya, bahkan pernah menjadi kepala desa. Semangat dan dedikasi ayahnya terhadap kegiatan desa mengilhami Nyoman Subawa untuk turut serta dalam ngayah, atau berbakti kepada desa.
Meskipun keluarganya hidup dalam keterbatasan ekonomi, tekad mereka untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anak-anaknya adalah prioritas utama. Ini mendorong semangat Nyoman Subawa untuk mengejar pendidikan dengan gigih. Sementara banyak anak lain menggunakan sepeda untuk berangkat ke sekolah, Nyoman Subawa rela berjalan kaki selama 2 jam karena keterbatasan ekonomi. Bahkan ketika ia melanjutkan ke jenjang kuliah, ia terus menjalani perjalanan panjang ini dengan semangat yang sama. Semangatnya untuk mengejar pendidikan adalah pemicu yang kuat dalam hidupnya, dan ia menjadikannya sebagai alat untuk mengatasi keterbatasan ekonomi keluarganya.
Semua upaya keras ini selalu didukung oleh kedua orang tuanya, terutama oleh ibunya yang luar biasa. Ibu dari Nyoman Subawa adalah sosok yang sangat perhatian dan selalu mendampingi putranya dalam setiap langkahnya. Kedekatannya dengan orang tuanya adalah salah satu fondasi yang kuat dalam hidupnya, memberinya kepercayaan diri dan semangat untuk terus maju.