Prof. dr. Soetjiningsih, Sp.A(K) awalnya mendirikan PSTKA Masadini karena pasien yang sebelumnya ditangani olehnya tidak mendapat penanganan dengan baik setelah ia memberikan resep dan dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan pelatihan lebih lanjut. Bahkan pasiennya tidak kembali mendatanginya, jadi ia tidak mengetahui bagaimana progress-nya, apakah sudah membaik atau belum ada perubahan. Ia sebagai dokter anak sekaligus konsultan tumbuh kembang anak, pun timbul rasa prihatin dan merasa bersalah atas kondisi ini, yang seharusnya bisa ia tangani, namun terhambat karena penanganan yang tidak seutuhnya.
Di atas tanah milik pribadi, dr. Soetjiningsih pun mendirikan PSTKA (Praktek Spesialis Tumbuh Kembang Anak) Masadini yang beralamat di Jalan Merdeka VI No.9, Sumerta Kelod, Denpasar Timur . Dalam praktek ini, berkumpul beberapa ahli, yang memiliki ilmu dan pengalaman profesional dalam menangani permasalahan pada tumbuh kembang anak dan berkebutuhan khusus yang terdiri atas tiga dokter spesialis, psikolog, fisioterapis dan terapis.

Dalam tahap awal perintisan praktek ini pada 15 tahun yang lalu, dr. Soetjiningsih hampir putus asa karena tak menerima pasien selama lima tahun, belum lagi para pegawainya ada yang memutuskan untuk keluar. Namun ia kembali memotivasi diri, tak mau terlalu memikirkan hal-hal yang tak sevisi misi dengan harapan yang ia tuangkan di PSTKA Masadini.
Baca Juga : Kegigihan Seorang Dokter Dalam Profesionalisme Kerja dan Kembangkan Kreatifitas Dalam Wirausaha
Tantangan dan perjuangan yang luar biasa pun harus ia hadapi, dalam menanamkan pemahaman dan mengedukasi akan pentingnya pola asuh orangtua yang optimal di masa dini anak-anak. Atas dukungan salah satu rekannya, dr. Soetjiningsih pun memperkuat pondasi PSTKA Masa Dini dengan sistem manajemen yang baik dan mendesain bangunan layaknya rumah, agar pasiennya yang ditujukan untuk anak – anak merasa nyaman saat berkunjung.
Fasilitas yang disediakan PSTKA Masadini terdiri atas konsultasi tumbuh kembang, fisioterapi, pijat bayi, terapi okupasi, terapi sensory integrase, terapi snoezellen, terapi wicara, terapi oral motor, terapi perilaku, terapi remedial, test IQ, tes perkembangan anak dan konsultan gizi. Praktek ini akan membantu anak yang mengalami gejala keterlambatan atau perkembangan yang lebih maju pada anak, dengan melakukan konsultasi pada ahlinya, sehingga bila terjadi kelainan dapat terdeteksi sedini mungkin.
Sebagai satu – satunya praktek anak terlengkap di Bali, PSTKA Masadini pun semakin dikenal dan para orangtua semakin sadar akan pentingnya fasilitas ini hadir di tengah masyarakat, bahkan tak hanya dicari oleh masyarakat Bali, tapi juga dari luar Bali, seperti dari Sulawesi, Lombok, NTT. Pengalaman unik pun banyak dijumpai, dr. Soetjiningsih dalam menangani pasiennya, salah satunya anak yang mengalami keterlambatan bicara. Setelah dicek, ternyata penyebabnya bukanlah penyakit, justru perilaku orangtua yang memperkenalkan gadget kepada anak mereka, yang seharusnya diberikan stimulasi seperti mengajak bayi bicara, menyanyikan lagu khusus anak, atau mendongengkan cerita, untuk merangsang kemampuan bicara mereka.
Dalam pengalaman ini, dr. Soetjiningsih sebagai pakar di bidang ini, sejak terjun langsung hingga saat ini terus berupaya mengedukasi orangtua, agar tak hanya mengandalkan kemampuan dokter sepenuhnya. Sebagai orangtua maupun calon orangtua nantinya, harus lebih banyak belajar tentang pola asuh yang terbaik untuk anak-anak mereka, mengingat anak-anak akan menjadi generasi penerus bangsa nantinya.
Baca Juga : Bangkit di Atas Keraguan Keluarga, Buktikan dengan Bisnis Endek Bali
Ada Sosok Hebat Orangtua dibalik Kesuksesan Anak
dr. Soetjiningsih lahir di Mojokerto, dari ayah yang bekerja sebagai kepala sekolah SD dan ibu juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar. Dari orangtua yang berprofesi sama-sama sebagai pendidik, anak sulung dari tujuh bersaudara ini, pun sudah tak diragukan lagi mendapatkan didikan dari keluarga, terutama penanaman karakter jujur dan giat membaca, meski pada masa itu untuk memiliki buku, kondisinya masih sulit.
Sang Ibu tak hilang akal agar anak-anaknya rajin membaca buku, yakni dengan mengajak mereka ke perpustakan sejak kelas V SD. Kebiasaan itu pun terus tumbuh dan keseharian bersama enam saudaranya tidak akan lengkap, bila belum membaca buku, terutama buku-buku sastra Indonesia, bacaan favorit dr. Soetjiningsih.
Seiring bertambahnya usia, dr. Soetjiningsih kemudian diarahkan untuk melanjutkan ke sekolah keguruan, atas saran ayahnya. Namun berbeda dengan ibunya yang menginginkan ia untuk menjadi dokter. dr. Soetjiningsih yang menyebut ibunya sebagai motivator terbaik tersebut, akhirnya melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya.
Pilihan dr. Soetjiningsih pada dokter spesialis tumbuh kembang anak, bulat ia putuskan meski saat itu ilmu ini kurang mendapat perhatian mahasiswa. Namun berbeda dalam pemikirannya, pediatri atau spesialis anak merupakan cabang ilmu kedokteran yang berkonsentrasi pada pencegahan, diagnosis, pengobatan dan penanganan seluruh jenis penyakit pada pasien berusia muda, yaitu bayi dan anak hingga remaja atau dewasa muda, informasi-informasi tersebut pun tertuang dalam beberapa buku yang telah ditulis, salah satunya“ Tumbuh Kembang Anak” yang telah mencapai edisi ketiga.
Kecerdasan dr. Soetjiningsih yang telah diasah sejak kecil, tak hanya membangkitkan keterampilannya sebagai dokter, tapi juga sebagai penulis buku demi buku dari hobinya yang haus akan ilmu dengan jalan membaca. Dalam rangka mempersembahkan kesuksesan dan ucapan syukurnya karena telah dilahirkan dari orangtua yang begitu bijak dalam memberikan pendidikan keluarga maupun formal, ia berharap melalui pengabdiannya dalam dunia medis khususnya spesialis anak, para pasiennya pun mendapat pengalaman yang sama, agar anak mencapai tujuan optimal memenuhi kebutuhan anak secara fisik maupun biologis, dan yang terpenting adalah peran orangtua dalam meningkatkan kepedulian mereka dengan memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya.