I Putu Agus Aksara Diantika – Dian’s Rumah Songket & Endek
Globalisasi sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Pengaruh yang berhubungan dengan kehidupan; baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan. Seiring berjalannya waktu, pengaruh-pengaruh tersebut tentu membawa nilai positif ataupun negatif. Terlebih khusus keterlibatan kawula muda terhadap pengaruhnya mempertahankan karya tradisi, dianggap menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, arus tersebut justru menjadi motivasi tersendiri sekaligus pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan oleh I Putu Agus Aksara Diantika lewat upayanya mempertahankan bisnis textile, yang dikenal dengan nama Dian’s Rumah Songket & Endek. Bisnis rintisan dari kedua orang tua itu pun masih tetap eksis memproduksi tenun songket dan endek Bali hingga saat ini, Sepertinya apa kisahnya?.
Muda, gigih, dan berambisi, itulah kata yang bisa menggambarkan sosok orang muda yang satu ini. Dia adalah I Putu Agus Aksara Diantika atau yang lebih akrab disapa Agus, menjadi salah satu orang muda yang boleh dikatakan begitu tekun dan serius meneruskan usaha yang telah dirintis oleh kedua orang tua. Bahkan hebatnya, Agus tampak konsisten dengan tugas dan kepercayaan untuk mengelola usaha textile yang memproduksi karya tradisi berupa tenun songket dan endek Bali. Tidaklah heran, berkat kegigihannya pula, bisnis keluarga yang dikenal banyak kalangan dengan nama Dian’s Rumah Songket & Endek, yang berlokasi di jalan Gelgel, Klungkung ini, tetap bertahan dan kian berkembang melebarkan sayap pemasaran.
Saat di temui disela kesibukan dan rutinitas kerja, Agus yang berperawakan tinggi semampai dan begitu santun dalam bertutur ini banyak menceritakan pengalaman serta kisah perjalanannya. Termasuk karir yang ia pilih menjadi seorang pengusaha muda. Tentu sangat jauh berbeda dengan pilihan orang muda lainnya, di tengah zaman yang semakin modern dengan peluang usaha yang lebih trendi dan menjanjikan, Agus malah tetap memilih untuk tetap berusaha mempertahankan bisnis yang memproduksi hasil karya tradisi dan kebudayaan masyarakat Bali. Menurutnya, ada dua hal penting yang menjadi dasar pertimbangan. Pertama, Agus tidak ingin terpengaruh dengan pengaruh globalisasi yang mampu merubah pola pikir dan pandangan genereasi muda terhadap hasil karya ciptaan tradisi. Baginya, dengan terus memproduksi karya seni tradisi, termasuk tenun songket dan endek Bali ini, dirinya masih tetap merawat nilai kebudayaan dan tidak hilang oleh kemajuan jaman.
Baca Juga : Belajar dari Usaha Penggilingan Padi, Sukses Merintis Toko Material Bangunan
Alasan kedua, menurut ayah satu anak tersebut, bisnis ini merupakan sebuah usaha yang dibangun oleh semangat serta kecintaan dari kedua orang tuanya, Ketut Murtika dan Ni Ketut Agustini, dalam membangun potensi pengerajin lokal. Mulai dari lingkup keluarga yang basic keahliannya di bidang tenun dan mampu berpengaruh menggandeng serta melahirkan generasi – generasi baru sebagai penenun. “Usaha tersebut sudah berjalan sejak tahun 1997. Tepatnya ketika Bapak dan Ibu berhenti bekerja di salah satu perusahaan swasta di Bali. Waktu itu juga, saya masih kecil dan mungkin membutuhkan biaya tambahan, sehingga niat untuk membuka usaha sendiri mulai terpikirkan oleh kedua orang tua,” ungkap Agus meyakinkan.
Selain itu juga, alasan lain yang juga menjadi pertimbangan orang tua adalah karena memang melihat potensi yang ada saat itu. Seperti misalnya almarhum nenek dan juga keluarga dari ibu kebanyakan berprofesi sebagai penenun. “Akhirnya Ayah dan Ibu mulai berani me-manage semua potensi itu dengan mencoba membuka bisnis di bidang textile. Awal memulai, ada empat pengerajin yang handal sebagai penenun. Seiring berjalannya waktu, astungkara, usaha yang telah lama dinamai Dian’s Rumah Songket & Endek ini masih tetap bertahan,” imbuh Agus. Keterlibatan Agus dalam mengelola bisnis tekstil tersebut, diakuinya sejak tahun 2012. Padahal, sejak tahun 2010 saat menamatkan pendidikan SMA, Suami dari Putu Ernayanti ini telah menjalankan bisnis pribadi yang sudah berkembang. Namum semua itu ia harus tinggalkan untuk memilih lebih fokus mengembangkan bisnis kedua orang tua.
“Saat itu hanya saja saya berpikir ya, usaha dari kedua orang tua ini mesti tetap berjalan. Intinya harus ada keberlanjutan demi menjaga budaya yang sudah diturunkan dari orang tua. Hal ini merupakan keinginan terbesar saya sejak lama,” aku Agus. Saat ditanya terkait seperti apa sistem yang ia canangkan selama menjalankan bisnis tersebut, pria kelahiran Klungkung, 28 Februari 1993 ini mengaku jika dirinya tidak banyak merubah sistem yang sudah diterapkan sejak lama, hanya saja konsep – konsep baru yang situasional dan sesuai dengan kondisi serta zaman yang semakin berkembang turut menjadi bagian dari strategi penting.
Semisal dua tahun terakhir selama masa pandemi, lanjutnya, Agus lebih banyak menghabiskan banyak waktu di tempat kerja dengan menerapkan konsep yang efektif. Seperti strategi pemasarannya lebih dominan dioperasikan dari komputer untuk mengkases pasar yang lebih luas lewat sejumlah platform media sosial. Dalam artian, situasi sekarang dituntut agar kita bisa memanfaatkan teknologi. ”Kenapa saya sangat serius dan lebih fokus dengan situasi kerja seperti itu karena sampai saat ini saya harus bisa menghidupi banyak karyawan yang sudah lama bekerja bersama saya. Hasilnya, astungkara tidak ada karyawan yang kami keluarkan. Semua kami pertahankan dengan total 63 karyawan termasuk pengerajinnya,” jelas Agus.
Baca Juga : Dari Rasa Penasaran Timbul Keinginan untuk Sukses
“Jadi saya hanya tinggal menjalankan sistem yang sudah ada. Hanya saja, seiring berjalannya waktu saya pun harus bisa menyesuaikan dengan situasi juga. Seperti manajemen-nya, lalu fokus pasar, relasi, dan jalur distribusi atau pemasarannya. Karena kalau seperti sebelumnya, menerapkan konsep konvensional, ya sangat sulit. Sehingga, karena kebetulan juga saya lahir di zaman digital, saya merubah sedikit demi sedikit konsep penjualan ke dalam dunia pemasaran digital,” imbuh Agus. sebagai pembuktian, Dian’s Rumah Songket & Endek hingga saat ini mampu memproduksi beragam jenis kain dengan motif serta bahan yang trendi dan tentu sangat laku di pasaran. sebut saja songket sutra, songket sutra platinum, songket sutra exclusive, songket katun, songket katun exclusive, endek double ikat, endek 3D ikat, single ikat, ikat catri, songket katun exclusive sarimbit, dan songket sarimbit.
Meski demikian, hal yang tidak bisa ia elakan adalah munculnya keraguan di awal saat diberikan kepercayaan untuk menjalankan bisnis dari kedua orang tuanya ini. Berkat berkawan dengan kegigihan, pria lulusan D3 Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua itu pun mampu menuntaskan tantangan. Bahkan hasil dari keseriusan dan kerja kerasnya pula, Agus berlahan mendirikan dua bisnis yang bisa menopang kebutuhan keluarga dan juga mempekerjakan banyak staff dan karyawan lokal. “Bagi saya pribadi, semangat itu saya temukan dari sosok Ibu ya, saya sangat dekat dengan beliau, bahkan kerja keras dan semangatnya sangat mempengaruhi karakter saya. Ada banyak nilai perjuangan yang saya lihat. Meski sakit-sakitan tetapi masih bisa berjuang dan bekerja. Awalnya sih ada keraguan ya, apakah mampu melanjutkan usaha dari kedua orang tua. Karena jujur saja, jika di pikirkan, lebih nyaman mengembangkan usaha sendiri, ketimbang mendapat tanggung jawab menjalankan bisnis yang telah dipercayakan oleh orang tua. Akan tetapi dengan keyakinan yang besar, saya berupaya keras untuk menjaga bisnis tersebut dan bisa bertahan hingga saat ini. Hasilnya pun sangat terasa, karena saya bisa mengembangkan bisnis lain. Diantaranya adalah retail dan fashion. Dan juga tentu, apa yang bisa saya lewati berkat campur tangan Tuhan. saya sangat meyakini itu,” tutup Agus.
5 thoughts on “Pertahankan Karya Tradisi Kian Eksis dengan Bisnis Tekstil Tenun Songket & Endek Bali”