I Putu Suyadnya Yasa – CV. Sinar Jaya Mandiri
Pertemuan demi pertemuan dengan sosok yang menginspirasi, bisa jadi bentuk pertolongan Tuhan untuk memberkati Putu Suyadnya, agar tetap berjalan di jalan kebenaran. Meski kesulitan hidup menjadi nasibnya sejak kecil, namun harapan memiliki masa depan yang lebih cerah, merupakan pilihan dan tanggung jawab Putu Suyadnya sepenuhnya.
Lahir dari orangtua yang bekerja sebagai kuli bangunan, Putu Suyadnya atau yang lebih akrab dipanggil Putu Liong memaklumi perekonomian keluarganya yang kekurangan. Ia sejak kelas II SD sudah mencoba membantu dengan menanam tanaman bunga pacar, untuk dijual kepada penjual canang yang di tinggal lingkungan rumahnya. Tanggung jawab biaya pendidikannya, putu liong berusaha untuk memenuhinya dengan bekerja sebagi tukang cuci mobil. Lebih-lebih melihat kondsi rumah yang kurang baik, ia tidak ingin menambah keresahan ayahnya (I Wayan Rena) dan almarhum ibu (Ni Nyoman Warni) yang hanya sebagai tukang.

Tiga hari setelah tamat dari STM Nasional pada tahun 2000, Putu Liong dititipkan oleh kepala sekolah kepada rekan sekaligus atasannya untuk langsung bekerja di perusahaan konsultan tersebut. Setelah selama kurang lebih satu tahun, ia Putu Liong berhenti dan ditarik dari perusahaan tersebut, untuk melakukan survei jalan ke seluruh Tabanan selama dua bulan. Satu tahun kemudian, berpindah-pindah kerja hingga saat ia bekerja di perusahaan kontraktor, ia mendapatkan pengalaman mengesankan, saat bertemu dengan Bapak Ariadi, seorang pengusaha di beberapa bidang diantaranya kontraktor, restoran dan dealer.
Pertemuan tersebut, selain membantu beliau membangun tempat tinggal, tapi juga meninggalkan banyak pesan, salah satunya beliau mengatakan “Bekerjalah untuk ilmu, uang adalah nomor kesekian yang tidak akan pernah ada habisnya bila terus dikejar”. Hingga saat ini pun, Putu Liong selalu menanamkan pola pikir tersebut dalam kesehariannya bekerja.

Pengalaman Memberikan Pelajaran Terhebat
Setelah sempat tidak ada proyek, seniornya yang bernama Bapak Garin dari perusahaan kontraktor, tengah berencana membangun sebuah CV, ia pun ditawarkan untuk bergabung dan Putu Liong bersedia untuk terlibat dalam proyek-proyek yang ditangani dalam CV tersebut, salah satunya pembangunan villa di Pererenan, Mengwi, di mana atas nama kepemilikan orang asing, bernama Mr. Jxxx Rxxx
Kecintaan pada Bali, membuat Mr. Jxxx Rxxx yang telah pensiun dengan pekerjaannya di Australia, berkeinginan untuk membantu masyarakat Bali, khususnya memperbaiki fasilitas pendidikan yang lebih layak, agar generasi penerus Bali menjadi orang-orang cerdas di masa depan yang bisa menjaga Bali tetap indah. Mendengar ungkapan perasaan dari Mr. Jxxx Rxxx, Putu Liong tak kuasa menahan harunya, mendengar ucapan semacam itu, datang dari mulut orang asing.
Tak hanya fasilitas pendidikan, fasilitas tempat tinggal pun menjadi perhatian Mr. Jxxx Rxxx untuk dilakukan bedah rumah tanpa dipungut biaya sepeser pun, pada tahun 2004. Hingga terhitung sejumlah 1000 lebih rumah telah dibedah, buah keikhlasan dari Mr. Jxxx Rxxx.

Namun yang patut diketahui, proses pembedahan rumah ini memiliki syarat yaitu, sang pemilik rumah memiliki pekerjaan, tidak berjudi dan tidak main wanita. Meski bedah rumah ini memiliki tujuan yang mulia, tetap saja ada pihak-pihak yang mencoba mengganggu prosesnya.
Dari pengalaman – pengalaman tak hanya sekedar membangun sebuah proyek, ada pelajaran berharga yang diterima Putu Liong, Bahwa dibawahnya ternyata masih banyak orang-orang yang memiliki keadaan ekonomi yang lebih memprihatinkan. Diakui olehnya, ia sempat mengungkapkan sikapnya yang meyalahkan Sang Pencipta karena kemiskinan yang menimpa keluarganya. Dari pengalaman tersebut, ia mulai memahami pentingnya untuk selalu belajar bersyukur.
Masih di bawah CV yang menghandle proyek Mr. Jxxx Rxxx, Putu Liong tidak kunjung mendapatkan apa yang pernah dijanjikan atasannya untuk memiliki sebuah rumah impian. Ia kemudian berinisiatif pada tahun 2010 untuk melakukan survey kepada rekan-rekan kontraktor, menanyakan material apa yang paling dicari untuk kebutuhan proyek. Sebagian besar dari mereka pun mengatakan material plafon dan baja ringan. Darisana ia pun memiliki ide untuk membangun usaha plafon dan baja ringan, namun masih di bawah naungan perusahaan kontraktor, karena masih terbatas modal.

Tahun 2012, Putu Liong mendapat kesempatan berangkat ke China untuk lebih mengembangkan pengalaman dan pola pikirnya. Datang dari sana dia bekerja keras untuk mengumpulkan modal usahanya. Ia kemudian bertemu dengan Bapak Jesen, sosok yang terus memotivasinya untuk mulai mengambil langkah, berani berdiri di kaki sendiri.
Tak hanya China ia singgahi, ia bersama rekannya juga mengunjungi Singapura, dan mempelajari bagaimana sistem orang-orang Singapura bekerja, Ia pun mengetahui fakta di negara maju tersebut, rata-rata orang disana hanya memiliki waktu istirahat selama 4 jam, sisanya digunakan untuk bekerja.
Pulang ke Bali, ia mengubah mindsetnya dan manyatakan untuk mundur dari perusahaan. Atasannya pun merestui, dan mengatakan bahwa ia sudah layak dan siap untuk memiliki perusahaan sendiri. Akhirnya selama 14 tahun berada di perusahaan kontraktor, ia memutuskan untuk berhenti dan membangun perusahaan “CV. Sinar Jaya Mandiri” yang beralamat di Jalan Raya Kaba – Kaba, Nyambu, Kec. Kediri, Kabupaten Tabanan.
Berjalan 10 bulan, rekannya yang memutuskan untuk menikah, kemudian keluar dari perusahaan pada tahun 2014. Selama rentang waktu tersebut, Putu Liong mulai mampu membeli kebutuhan operasional peusahaan seperti mobil dan mengontrak lokasi usaha, namun ia kehabisan modal untuk stock material di perusahaan. Akhirnya ia terpaksa meminjam modal dari Mr. Jesen dan Bapak Garin, dengan syarat bila kondisi perusahaan sudah stabil, ia harus segera membayar hutangnya.

Kondisi tekanan mulai dialami Putu Suyadnya, hutang yang semakin menumpuk, sedangkan banyak proyek yang masuk, bahkan tengah kejar tayang harus segera diselesaikan. Yang lebih memprihatinkan, selama tiga bulan Putu Liong hanya bisa tidur 1 jam per harinya. Tentu hal ini dikhawatirkan oleh sang istri, karena berdampak pada kesehatan suami.
Beruntung ia memiliki support system dari orang-orang berhati besar yang selalu ada di belakangnya. Sosok orangtua, istri, Bapak Garin, Mr. Jesen dan seluruh pihak-pihak yang tak pernah berhenti memotivasinya dari awal perjalanan hingga sukses membangun CV. Sinar Jaya Mandiri.
Pertemuan-pertemuan tersebut pun meninggalkan pelajaran penting dalam berbisnis maupun kebaikan-kebaikan dalam kehidupan yaitu tetap rendah hati untuk terus belajar dan bersyukur kepada Sang Pencipta dalam kondisi apapun.
