dr. Anak Agung Made Widiasa, Sp.A., MARS memulai karirnya di dunia medis dengan mengejar passion-nya meski dibayangi ekspektasi dari keluarganya, khususnya ayah yang bekerja di bidang kontraktor yang pernah mengarahkan dirinya untuk mengikuti jejak beliau. Dokter Widiasa justru memilih untuk menempuh pendidikan di fakultas kedokteran, beruntung ia mendapat dengan dukungan dari sang ibu. Setelah menamatkan kuliahnya di Universitas Udayana tahun 1997, ia memulai kariernya sebagai dokter di Puskesmas Payangan dan selanjutnya bertugas di salah satu fasilitas kesehatan di Ubud pada tahun 1999. Kariernya pun kian menanjak dengan dipercaya menempatkan posisi di beberapa fasilitas kesehatan, diantaranya di Wings International RSUP Sanglah, Departemen Kesehatan DKI Jakarta dan di Kota Bima sebelum akhirnya pulang ke kampung halaman dan mengabdi di RSUD Wangaya.
dr. Anak Agung Made Widiasa lahir di Jero Alangkajeng, Denpasar. Sejak kecil, ia sudah sangat mengenal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya. Bahkan setiap kali ia berobat, kenangan masa kecilnya selalu muncul saat ia berada di rumah sakit tertua di Bali ini. Siapa yang menyangka, meski ia bercita-cita menjadi dokter, tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa suatu hari nanti ia akan menduduki posisi penting sebagai direktur di rumah sakit tersebut.
dr. Widiasa memulai karirnya di RSUD Wangaya sebagai dokter spesialis anak pada tahun 2015. Namun siapa sangka, lima tahun kemudian ketika jabatan direktur di RSUD Wangaya dilelang, ia mengajukan diri dan terpilih sebagai direktur. Meskipun jabatan baru tersebut lebih condong ke manajemen rumah sakit, dr. Widiasa tidaklah asing dengan tugas-tugas manajerial. Sebelumnya, ia telah berpengalaman menduduki kursi pimpinan di hampir setiap rumah sakit tempat ia bertugas, bahkan di wilayah yang fanatik akan suatu kepercayaan, dirinya yang minoritas tetap dipercaya dalam memimpin. Tak heran di wilayahnya sendiri, ia terpilih memimpin dengan latar belakang integritas dan dedikasinya dalam bidang medis.
Baca Juga : “Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin
Support System Terbaik Dibalik Kepmimpinan dr. Widiasa
Memiliki support system yang kuat sangatlah penting dalam meniti karir, terutama dalam keluarga. Support system dalam keluarga bisa datang dari orang tua, pasangan, saudara kandung atau teman dekat. Mereka dapat memberikan dukungan moral, motivasi, bimbingan serta menjadi tempat curhat bagi individu yang sedang meniti karir. Sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, dr. Widiasa yang memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya, sekaligus menjadikan beliau sebagai sosok penting dalam support system-nya. Ibu dr. Widiasa memberikan dukungan, bimbingan dan pengasuhan kepada dirinya saat masih kecil. Ibunya juga memberikan contoh kasih sayang dan perhatian kepada sesama yang menjadi bekal bagi dr. Widiasa dalam meniti karir di bidang kesehatan, sesuai dengan harapan beliau. Namun, diakui olehnya kendati telah mencapai jabatan yang tinggi dalam karir, dia menyadari bahwa masih banyak yang harus dipelajari dalam hal memberikan perhatian dan kasih sayang kepada sesama. dokter Widiasa mengakui bahwa ibunya masih menjadi sosok yang lebih baik dalam hal ini. Namun, dia berusaha untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan sosialnya agar bisa meniru kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh sang ibu.
Dikarenakan kebaikan dan kebijaksanaan sang ibu, beliau sangat dihargai oleh warga setempat. Melihat hal itu, dr. Widiasa pun terinspirasi untuk mengikuti saran ibunya, kecuali dalam menentukan karir di masa depan. Awalnya, ia bercita-cita menjadi seorang spesialis bedah urologi, namun ibunya tidak merestui dan menyarankan agar ia menjadi dokter spesialis anak. Meskipun ia tetap mencoba tes sebanyak tiga kali untuk menjadi bedah urologi, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya, ia diterima dalam program spesialisasi anak hanya pada ujian pertama. Dari pengalaman ini, ia percaya bahwa saran ibunya adalah bagian dari rencana Tuhan dalam hidupnya. Namun, dr. Widiasa tidak bisa menyangkal adanya kesedihan dan penyesalan yang masih menyisakan di hatinya saat ibunya jatuh sakit. Ia terlalu sibuk dengan aktivitas medisnya sehingga tidak bisa mendampingi ibunya seperti yang selalu dilakukannya sebelumnya. Sang ibu akhirnya tutup usia pada Desember 2014 dan merupakan kehilangan yang sangat besar bagi dr. Widiasa.
Support system tidak hanya bisa ditemukan di dalam keluarga, tetapi juga di lingkungan kerja. Rekan kerja, atasan atau mentor dapat menjadi support system bagi individu yang sedang meniti karir. Mereka dapat memberikan bimbingan, saran dan dorongan motivasi yang sangat berarti. Dokter Widiasa juga memiliki support system di RSUD Wangaya, seperti I Ketut Sutikayasa, Wakil Direktur RSUD Wangaya yang telah mengenal dr. Widiasa sejak tahun 2006, ketika dr. Widiasa menempati divisi Hubungan Masyarakat. Pada tahun 2008, ia dipromosikan menjabat sebagai Kepala Bagian selama 15 tahun. Selama mengemban posisi tersebut, keduanya sering berkoordinasi dalam melayani dan menangani pasien di RSUD Wangaya.
Setelah keduanya menjabat posisi penting, terdapat perbedaan pandangan signifikan dari I Ketut Sutikayasa terhadap pria kelahiran 2 Oktober 1970 tersebut. Sebelumnya, Sutikayasa memandang dr. Widiasa sebagai seorang dokter, namun setelah menjabat sebagai direktur, pandangan Sutikayasa terhadap dr. Widiasa berubah, karena kini dr. Widiasa telah dibekali dengan ilmu manajemen yang diperoleh dari pengalaman di lapangan. Tidak hanya memiliki ilmu manajemen yang cukup, karakter dr. Widiasa yang tegas dan serius dalam bekerja, namun juga bisa guyon di saat yang tepat, menjadikan dirinya mudah didekati dan membuka diri terhadap saran dan kritikan dari pihak manajemen RSUD Wangaya. Kondisi inilah yang memungkinkan dr. Widiasa bekerja sama dengan manajemen rumah sakit tersebut dalam mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Dengan demikian, dr. Widiasa selalu mempertimbangkan koordinasi dan masukan dari pihak manajemen RSUD Wangaya dalam memimpin rumah sakit tersebut, sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan dapat berjalan dengan lebih baik dan efektif.
Terus Lakukan Pembenahan Nyata
Saat dr. Widiasa masih di posisi sebagai dokter anak, ia mengakui bahwa pada masa itu layanan SDM ke masyarakat dan tampilan rumah sakit masih memerlukan perbaikan. Namun, sekarang setelah ia memimpin, ia telah menginisiasi program pembangunan dan membentuk beberapa divisi yang bertanggung jawab atas perbaikan tersebut, bisa dikatakan bahwa rumah sakit ini telah mencapai kemajuan yang signifikan. Transformasi fisik yang terjadi pada rumah sakit yang telah berusia 102 tahun ini sangat mengesankan, bahkan bangunan lama telah digantikan dengan yang lebih modern dan menarik bagi masyarakat. Bahkan, rencananya ada empat gedung lagi yang akan diperbarui di masa depan. Keberhasilan ini patut diapresiasi dan diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja keras manajemen dan divisi terkait.
Sejalan dengan visi misi Walikota Denpasar yang mempromosikan semangat kebersamaan dan persaudaraan yang kuat atau yang disebut dengan “Menyama Braya”, RSUD Wangaya berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan cara meningkatkan kepuasan pasien melalui penanganan keluhan pasien dengan cepat dan efektif. Hasil dari upaya pembenahan yang dilakukan adalah apresiasi positif dari masyarakat terhadap kinerja RSUD Wangaya. Selain pembaruan fisik bangunan, RSUD Wangaya juga berupaya untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik, sehingga masyarakat merasa terlayani dengan baik dan terus mempercayakan kesehatan mereka pada rumah sakit tersebut.
Baca Juga : SUKSES PULIHKAN LPD DARMASABA: Keberhasilan Integrasi Karakter Perbankan dalam Mengatasi Krisis Keuangan
Yang tak kalah krusial ialah pelayanan kesehatan bagi pasien yang menggunakan program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) di rumah sakit. Program BPJS merupakan program jaminan kesehatan yang diwujudkan oleh pemerintah Indonesia untuk membantu warga yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan kesehatan. Dalam prakteknya, rumah sakit yang menerima pasien BPJS harus memberikan pelayanan yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh BPJS, sehingga pasien BPJS bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan pasien yang memiliki asuransi kesehatan swasta atau pasien bayar sendiri. Oleh karena itu, pelayanan pasien program BPJS sangatlah penting dan harus dijaga agar kualitasnya tetap terjaga dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BPJS.
Sungguh menginspirasi melihat bagaimana dr. Widiasa dan tim manajemen RSUD Wangaya berupaya memajukan rumah sakit ini. Dengan pengalaman dan ilmu manajemen yang dimilikinya, dr. Widiasa berhasil membangun sistem pelayanan yang lebih baik dan memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan pasien. Tidak hanya itu, RSUD Wangaya juga akan terus berkembang dengan merampungkan pembangunan empat gedung baru, yang akan memadukan bangunan heritage dan modern. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan manajemen dan pasien. Dengan semangat dan tekad yang kuat, RSUD Wangaya siap menghadapi tantangan masa depan dan menjadi rumah sakit yang mampu bertransformasi besar – besaran, memberikan pelayanan kesehatan terbaik di Kota Denpasar.