Semangat Berdikari : Kunci Sukses Perempuan Tangguh Mengelola Bisnis Garment

Semangat Berdikari : Kunci Sukses Perempuan Tangguh Mengelola Bisnis Garment

Tjan Aylie – CV. Swajaya

Bisnis garmen atau konveksi merupakan salah satu jenis usaha yang terbilang cukup banyak diminati. Bukan tanpa alasan, bisnis tersebut punya prospek bagus untuk jangka panjang. Sebab pangsa pasar yang luas dan akan terus konsumtif, menjadi daya tarik bagi para pebisnis dalam memulai usaha garmen ini. Peluang itu pula yang dimanfaatkan oleh Tjan Aylie dalam berwirausaha yang di rintis sejak dari usaha rumahan hingga mendirikan perusahaan yang kokoh di bawah naungan bendera CV. Swajaya.

Jika dilihat, keberhasilan yang diraih Tjan Aylie sudah sangat mentereng. Namun baginya hal tersebut belum menjadi patokan sebuah pencapaian sebuah kesuksesan. Definisi sukses bagi sosok ibu lima anak ini tidak di ukur dalam bentuk materi. Akan tetapi setelah mengarungi gelombang pengalaman hidup yang ia lalui hingga membentuk jiwa, karakter, dan mampu menjaga keseimbangan dalam menjaga keharmonisan hidup adalah kunci kesuksesan yang telah ia raih saat ini.

Tak bisa ia pungkiri, kejeliannya mengambil peluang dan terjun di dunia bisnis garmen bersumber dari sosok Ibu. Dilahirkan sebagai putri sulung dari keluarga yang hidup sederhana dan sangat berkecukupan secara finansial, membuatnya harus lebih dewasa dalam sikap maupun tindakan. Sejak kecil, Tjan Aylie tinggal di Bali hanya dididik oleh sosok Ibu. Sementara Ayah-nya merantau ke Surabaya selama 7 tahun. Namun meski demikian, tumbuh dalam sentuhan kasih sayang seorang Ibu, nyatanya mampu membentuk kepribadian yang mandiri.

Sejak tahun 70-an, saat Tjan Aylie masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, rutinitas di waktu senggang kerap ia manfaatkan dengan membantu ibunya menjahit. Dari kebiasaan itulah, Aylie akhirnya mampu mengembangkan keahliannya di bidang menjahit. Tanpa ia sadari, potensi itu pula yang turut mendukung passion-nya di bidang fashion. Kesehariannya usai pulang sekolah, Tjan Aylie pun coba mengembangkan bisnis ibu-nya. Dengan membeli kain kemudian menjahitnya sendiri hingga pergi menjual di area pasar Badung. Keuntungan dari itu, ia tabung sedikit demi sedikit yang kegunaannya untuk kebutuhan modal dan keseharian keluarga. Khususnya memenuhi kebutuhan adik-adiknya yang saat itu tinggal bersama Tjan Aylie di kos seputar jalan Gunung Agung.

Tjan Aylie saat berusia 14 tahun bersama adik-adiknya

Tentunya, lika-liku perjalanan hidup memang sulit ditebak. Pun setiap jalan yang di tempuh dalam kehidupan menyimpan beribu rahasia tentang apa yang sedang menunggu di akhir perjalanan. Menelisik perjalanan perempuan yang akrab di sapa Aylie ini, hendaknya setiap manusia wajib melakoni setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Berpegang teguh pada semangat, konsisten, keseriusan dan kerja keras, niscaya hal-hal baik akan menghampiri. Hal itu terbukti ketika Aylie dan Ibu-nya mendapat orderan baju kaos jersey dari tamu asal London di tahun 1974. Pesanan yang cukup membeludak dan tentu sangat mendongkrak roda bisnis mereka. Sambil menjalin relasi serta menjaga kualitas produksi yang baik, tak disangka tamu bule itu ikut membantu pengembangan bisnis Aylie di bidang garmen.

“Nah dari situ usaha saya mulai baik dan waktu itu sambil menjalankan bisnis jualan baju di pasar Badung. Waktu itu hanya bermodal 3.500 saja dan karena kebetulan juga saya sendiri yang mengerjakan, mulai dari pembelian kain, pemotongan, hingga proses menjahit. Sejak saat itu juga saya mencoba menyediakan beragam jenis pakaian, mulai dari baju anak-anak hingga usia dewasa,” kenang Aylie. Rumah yang mereka tempati di seputaran Kuta tampak kepincrat kue pembangunan pariwisata. Dengan banyaknya jumlah kunjungan wisatawan, turut membuka peluang untuk menambah orderan dari pihak lain. Seiring berjalannya waktu, Aylie kembali mendapat tamu bule dari Belanda.

Keluarga besar Tjan Aylie

Karena jumlah orderan dari tamunya itu sangat banyak, hingga 10 ribu pieces baju, ia pun pelan-pelan melepas bisnis jualan baju di Pasar Badung dan mulai membangun banyak relasi dengan berbagai pihak; seperti tukang jahit, sablon, dan Ramayana di Singaraja. Hingga kini, Aylie pun sudah mampu membangun perusahaan sendiri dan berbadan hukum yang di kenal dengan nama CV. Swajaya, berlokasi di Ubung Kaja, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali. Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, tidaklah heran jika saat ini pakaian yang di produksi banyak diminati hingga pasar internasional. Kini, CV. Swajaya menyerap cukup banyak SDM (Sumber Daya Manusia) dari berbagaimacam potensi demi menjalankan roda perusahaan garmen. Meski di tengah situasi pandemic saat ini, CV. Swajaya masih tetap berkibar menyuplai beragam jenis pakaian di beberapa pasar penjualan.

Bagi Aylie, pencapaian yang kini ia rasakan adalah berkat kerja keras dari sosok Ibu yang memberikan pelajaran maupun contoh hidup tentang kemandirian. Baginya perempuan hebat adalah perempuan yang bisa berjuang dan berdiri di atas kakinya sendiri. “Sebelum Ibu meninggal di usia 53 tahun, waktu itu saya ingat betul mama pernah bilang

kalau mama belum bisa sekolahkan kamu ke jenjang yang paling tinggi biar pintar. Tetapi harapnya adalah saya bisa berdiri di atas kaki sendiri.

Sehingga memang, jiwa bisnis yang saya geluti sekarang ini saya dapatkan dari sosok Ibu. Jadi sosok Ibu itu memang tidak terlalu keras mendidik kami, tetapi anak-anak bisa menuruti. Sosok belia mengajari kami dengan teladan dan sikap yang pekerja keras. Bayangkan, beliau sangat berjuang demi menghidupi lima orang anaknya,” cerita Aylie yang tanpa ia sadari sambil meneteskan air mata.

Selain itu juga, perempuan paruh baya yang menikah di usia muda tersebut menambahkan, jika setiap usaha yang dijalankannya adalah doa besar dari sosok Ibu. Meski beberapa bisnis yang sempat ia bangun mengalami keguncangan hebat, seperti saat mendirikan bisnis Spa yang mesti gulung tikar karena kondisi krisis usai tragedi bom Bali, Aylie tetap memiliki semangat untuk kembali bangkit. Aylie pun berpesan untuk tetap bersyukur dalam situasi apapun.

“Ya dulu makan nasi sama kerupuk aja sudah cukup. Jadi memang kondisi apapun wajib untuk disyukuri. Karena saya yakin, setiap perjuang adalah berkat doa Ibu. Dan berkat perjuangan Ibu pula, saya bisa kuat dengan merintis bisnis tersebut. Sehingga semuanya masih saya kerjakan sendiri. Dan saya percaya bahwa ada campur tangan tuhan yang melekat dalam setiap usaha saya,” tegas perempuan penyuka motor vespa tersebut.

Sementara itu, terkait apa semangat yang mesti di tularkan atau pesan-pesan untuk anak muda milenial yang terjebak di zona nyaman dan bahkan masih melihat sebuah kesuksesan dari kacamata kesuksesannya tanpa melihat perjuangannya? Aylie dengan serius mengatakan agar setiap orang muda mesti punya semangat untuk terus belajar dari hal apa pun. Sebab, sebuah kesuksesan bukan di ukur dari seberapa hasil yang akan diraih, akan tetapi bagaimana kita bisa menikmati proses perjalanannya.

Dengan begitu, imbuhnya, setiap insan manusia akan lebih mudah menghargai dan menghormati kehidupan. “Selain itu, yang tidak kalah pentingnya lagi, anak muda harus bisa mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Karena jujur, dengan pengalaman hidup, kebahagiaan yang saya rasakan saat ini adalah ketika saya bisa membantu orang dan orang itu berhasil. Jadi intinya, harus terus belajar dan mencoba,” tutup Aylie.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *