Mengembangkan usaha penyedia perlengkapan untuk kebutuhan keagamaan di pura memang sejatinya tidak mudah, diperlukan terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan spesifik ritual keagamaan yang dijalankan. Hal ini tentu melibatkan pemahaman tentang referensi masyarakat serta memastikan bahwa produk-produk yang ditawarkan sejalan dengan pedoman agama.
Sama halnya dengan bisnis penyedia kebutuhan ritual pura yang dijalankan oleh sosok putra daerah bernama I Gusti Agung Vivekananda Astadasa Manikangkeran dengan usaha bernama ‘UD. Merta Sari’. Usaha ini telah berjalan sejak tahun 1997, yang pada saat itu dirintis terlebih dahulu oleh sosok orangtua tercinta.
“Segala sesuatu tidak bisa di raih dengan gampang, harus dengan perjuangan dan kejujuran yang menjadi pokok utama.” Sosok bersahaja yang akrab di sapa ‘Ajik Viveka’ yakin, jika bekerja dengan niat yang baik akan menghadirkan karma yang baik pula.
Dari kejujuran itu pula konsumen akan menaruh kepercayaan penuh dengan apa yang kita jual. Tahapan-tahapan itulah yang pada akhirnya menjadikan ‘UD. Merta Sari’ dapat terus prima melayani kebutuhan ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali hingga lebih dari dua dekade.
Pepatah yang mengatakan ‘mempertahankan lebih sulit dari pada meraih kesuksesan’ nampaknya sangat cocok dengan perjalanan bisnis Ajik Viveka. Meneruskan bisnis keluarga memang terdengar sangat menjanjikan, akan tetapi disatu sisi juga penuh resiko.
Banyak diantara para pelaku di dunia bisnis yang bisa membangun bisnis mereka, akan tetapi dalam prosesnya, tak banyak pula dari mereka yang gagal untuk mencari cara mempertahankan bisnisnya.

Ajik Viveka adalah bukti nyatanya, mempertahankan bisnis menurutnya harus dilakukan dengan penuh usaha, tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Untuk itulah ia harus tetap fokus menjaga ritme kinerjanya, dan menaruh perhatian yang tidak setengah-setengah dalam mengelola bisnis tersebut, agar bisa bertahan di tengah persaingan bisnis dan derasnya industri digital saat ini.
Namun berkat inovasi dan kueletannya, terbukti hinga kini ‘UD. Merta Sari’ dapat terus beradaptasi dalam memasarkan produknya di ranah digital dan tetap konsisten memenuhi permintan pasar di wilayahnya. Manuver-manuver itulah yang kemudian menjadi pondasi esensial dalam membangun jembatan kesuksesan bisnis yang kokoh.
Dinamisnya kesuksesan ‘UD. Merta Sari’ dalam menciptakan pasarnya tak lantas membuat sosok Ajik Viveka cepat berpuas diri. Sebagai pebisnis baginya terus belajar untuk menciptakan peluang lain adalah hal yang harus terus menerus ia jalankan.
Ia pun hingga saat ini masih terus mengulik dan membaca segmen pasar modern di zaman serba online saat ini, dan tak segan pula untuk belajar peluang – peluang bisnis baru. Harapannya, mungkin bisnis keluarganya ini dapat kembali ia teruskan kepada anak-anak dan cucunya kelak.
Bertambahnya jumlah pemain di industri ini secara tidak langsung memberikan jumlah pesaing dan persaingan pun menjadi semaki ketat.
Menanggapi hal tersebut Ajik Viveka tahu betul bahwa persaingan dalam bisnis adalah hal yang lumrah, menurutnya sikap kompetitif itu jugalah yang kemudian akan memberikan dorongan bagi para pelakunya untuk terus berinovasi dengan produk-produk yang di tawarkan, sehingga pada akhirnya juga dapat meningkatkan mutu dari produk- produk lokal yang dimiliki.
Ditanya tentang kunci susksesnya, sosok Ajik Viveka sangat yakin bahwa kesuksesan sebuah bisnis terletak dalam membangun komunikasi dengan para pelanggan, berawal dari adanya upaya untuk mengidentifikasi kebutuhan di lingkungan sekitarnya.
Maka dalam kondisi ini ia pun harus memiliki gambaran dan menyusun suatu solusi yang sesuai dan mengena bagi para pelanggannya. Dengan itu ia dapat membangun kedekatan emosional sehingga jalinan hubungan pun dapat awet dan bertahan lama.
Baca Juga : Anak Desa yang Menuntaskan Dharma Kepada Ayahnya Tercinta Untuk Menjadi Seorang Dokter

Tentu saja kesuksesan yang dirasakan oleh sosok entrepreneur muda Ajik Viveka ini memiliki proses yang panjang. Dan jika menilik lebih jauh, Ajik Viveka merupakan lulusan sarjana studi pariwisata, kecintaannya terhadap dunia pariwisata menuntunnya berkeinginan kuat untuk bercita-cita berlayar keliling dunia sembari bekerja.
Sebelum menjalankan bisnis ‘UD. Merta Sari’ Ajik Viveka telah melanglang buana bekerja di industri perhotelan dan travel, hingga pada tahun 2004 pengalaman dan perjalanan hidupnya itu nyatanya menghulu pada keinginan untuk melaksanakan dharma terhadap lingkungan dan orang tua tercinta.
Ajik Viveka pun kemudian memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, dan terjun langsung mengembangkan bisnis yang dirintis ibunda tercinta.
Masa transisi ini menjadi perjalanan spiritual dan titik balik kehidupannya, karena baginya keputusan inilah yang kemudian merubah pola pikirnya menjadi lebih positif. Dari perjalananan ini pula ia menyadari bahwa sejatinya seorang insan harus memiliki kesadaran kuat untuk saling membantu dengan ilmu atau skill yang mereka miliki. Terlebih untuk dapat lebih dekat dengan keluarga dan membangun lingkungannya.
Karakter bersahaja dan kecakapan Ajik Viveka dalam menalankan bisnis tentu tidaklah lepas dari lembar kehidupan masa kecil yang turut membentuk jiwa entrepreneur nya.
Ajik Viveka lahir di Klungkung, ia tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana. Ayahanda berprofesi sebagai tenaga medis desa dan ibunda merupakan PNS tenaga pendidik (guru). Kedua orang tuanya yang sangat menjunung tinggi nilai-nilai pendidikan, memupuk dirinya untuk disiplin dan giat dalam kegiatan akademis.
Meskipun begitu, ia merasa tak kurang kehangatan kasih sayang dan cinta dari kedua orangtuanya. Hingga pada tahun 1997, Ajik Viveka harus berhadapan dengan getirnya kehidupan saat ayahanda meninggal dunia.
Baca Juga : “Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin

Kepulangan ayahanda tercinta tentu berdampak dengan keadaan ekonomi keluarganya. Ibunda yang menjadi wali tunggal saat itu harus bekerja ekstra dan gigih untuk mencukupi hajat hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Dihadapkan dengan kondisi ekonomi keluarga yang pelik, tidak membuat sosok ibunda patah arang. Ibunda nya pun kemudian mencari cara untuk mendapat uang tambahan agar anak-anaknya dapat bersekolah.
Hingga momen pahit getir inilah yang kemudian membukakan pintu kesempatan ibunda untuk mulai berwirausaha dengan berdagang produk-produk kebutuhan upakara umat hindu, yang pada saat itu hanya di pasarkan terbatas dilingkungan sekitarnya saja.
Keadaaan itu jugalah yang kemudian menuntun Ajik Viveka untuk dapat hidup berdikari sejak dini. Kegigihan ibunda turut mendorong dirinya untuk membantu memutar roda perekonomian keluarga dengan turut menjajakan barang-barang dagangan ibunda saat masih duduk di bangku sekolah.
Rutinitas berdagang sambil bersekolah pun telah biasa dijalankan sosok Ajik Viveka, hingga mungkin lembar kehidupan itulah yang tanpa sadar membentuk integritas dan dedikasinya dalam memperjuangkan sesuatu.
Buah integritas dan kerja kerasnya itu kemudian menghatarkannya ke deretan entrepreneur muda pulau Bali yang sampai saat ini membuktikan eksistensinya di tengah derasnya arus pasar global.
Menggeluti bisnis apapun selalu ada pasang surutnya. Tentu dengan latar belakangnya sebagai pebisnis dan pekerja pariwisata, Ajik Viveka tahu betul jika faktor kegagalan akan selalu ada. Kendati begitu setiap orang pasti memiliki sikap dan cara berbeda dalam menghadapi pasang surut bisnisnya.
Baginya sendiri yang terpenting adalah ia harus bisa lebih berkonsentrasi dalam pemecahan masalah dan menganggap setiap tantangan sebagai cambukan untuk belajar lebih baik lagi. Dengan itu mental tidak cepat menyerah, dan sikap optimis demi kemajuan akan terbentuk.
Hingga dengan pengalamannya itu, Ajik Viveka terus membudayakan etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik dikalangan dunia usaha. Poin fundamental itu ia terapkan untuk menjaga ritme kinerjanya tetap sehat.

Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
Selain menjalankan bisnis, Ajik Viveka juga mendapat amanah dari masyarakat desa untuk turut aktif menjalankan tugas sebagai prajuru desa adat.
Dalam hal ini, Ajik Viveka meyakini bahwa peran penting tokoh masyarakat dan perangkat pemerintahan desa memang hendaknya dapat bersinergi dalam menggerakkan suatu perubahan dinamis yang dapat memberikan makna dan manfaat yang besar kepada masyarakat desa adat.
Dengan sumber daya di desanya yang melimpah, maka pengoptimalan infrastruktur adalah hal yang terus Ajik Viveka konsentrasikan arah kebijakannya, agar iklim usaha dapat lebih berdaya saing, baik di tingkat daerah maupun nasional, sehingga dapat meningkatkan serta mendorong persaingan usaha yang lebih sehat dan berkeadilan.
Sebagai prajuru desa adat, Ajik Viveka pun terus menjalankan program dan kinerjanya agar selalu selaras dengan tradisi budaya yang ada, sehingga nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman dan juga sumber rujukan kehidupan tetap menjadi hal utama yang akan terus berdampingan dengan pertumbuhan desanya.
Terpantik untuk turut menjadi pelaku yang mendorong pengembangan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya, Ajik Viveka pun kemudian memutuskan untuk terjun dan melebur ke dalam dunia politik sebagai calon DPRD Kabupaten Klungkung dari partai PSI (Partai Solidaritas Indonesia), baginya ranah ini dapat fungsional untuk menggerakkan dan merealisasikan aspirasi masyarakat.
Dengan semangat keguyuban, Ajik Viveka jadikan itu sebagai pondasi penting untuk membangun impian dan kesejahteraan bersama.
Lembar kehidupan yang ia jalankan saat ini baginya tidak lepas dari dukungan dan doa sang ibunda yang sangat dekat secara emosional dengan dirinya, sosok ibu di matanya adalah pahlawan sejati di kehidupan nyata. Ketekunan dan ketangguhan ibunda untuk menghidupi anak-anaknya telah menjadi pelajaran kehidupan langsung yang membentuk Ajik Viveka untuk menjadi lebih kuat menempa keadaan.
Karenanya Ajik Viveka selalu memanjatkan doa dan bersyukur kepada sang pencipta atas apa yang ia jalani dan ia dapati saat ini.
Perjalanan hidup Ajik Viveka membuktikan bahwa peran penting keluarga dalam tumbuh kembangnya memang dapat memberikan suatu pondasi penerapan nilai-nilai sosial di dalam dirinya. Sehingga dengan itu ia dapat terus menyeimbangkan langkah dan tujuannya dalam menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya.