I Nyoman Dacin, pria asal Desa Adat Jehem Kelod, Kabupaten Bangli ini, cukup bangga dilahirkan dengan kepemilikan nama yang unik. Bila dibandingkan teman-teman seangkatan kelahirannya, ia menjadi mudah diingat. Namun apalah arti nama, bila tak disegani dengan memberikan banyak manfaat bagi banyak orang. Dalam hal ini, I Nyoman Dacin berupaya memberikan kualitas terbaiknya sebagai pimpinan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Jehem.
LPD Desa Adat Jehem atau LPD Jehem di awal tahun 2000, belum memberikan suatu perkembangan yang signifikan. Dari prajuru desa adat kemudian melakukan kebijakan dengan menurunkan petugas lapangan, untuk menangani kredit bermasalah dan membantu terkait pendanaan, meliputi perekrutan pada produk tabungan dan deposito. I Nyoman Dacin pun yang pertama kalinya bergabung dengan LPD Jehem, yang bertindak dan dipercaya untuk terjun ke lapangan saat itu.
Baca Juga : Memupuk Kinerja Tim yang Solid dan Mampu Beradaptasi
Seiring dengan bergelut dengan pekerjaannya, tahun 2013, pria kelahiran 31 Desember 1970 ini kemudian dipercaya menjabat sebagai pimpinan LPD Desa Adat Jehem, disambut dengan pertumbuhan LPD yang kemudian secara perlahan mulai menampakan pencerahan, terutama bentuk dukungan kepada potensi masyarakat desa adat Jehem yang mayoritasnya bekerja di home industry tingkat nasional yang kurang dalam pendanaan, diantaranya pembuatan dupa dan anyaman.
Di masa keemasan pariwisata, industri tersebut juga memegang masa kejayaannya, namun kini mengingat adanya masa pandemi yang merontokkan ekonomi hampir di semua sektor, LPD Desa Adat Jehem bekerjasama dengan pemerintah Dinas Perindustrian tingkat Kabupaten. Upaya ini pun disambut baik dengan bukti kenaikan laba yang sebelumnya puluhan juta, kini aset di tahun 2021, mencapai Rp. 81 miliar lebih.
Selain jeli melihat potensi yang dimiliki masyarakat, dalam menumbuhkan kepercayaan untuk bergabung menjadi nasabah LPD Desa Adat Jehem. I Nyoman Dacin dan seluruh stakeholder LPD maupun prajuru desa, melakukan edukasi bahwa LPD adalah lembaga keuangan yang pemiliknya tak lain adalah krama itu sendiri. Selain membantu krama dalam pengelolaan keuangan, 20% laba akan dikembalikan untuk pembangunan desa adat. Meski disekitar LPD Desa Adat Jehem, berdekatan dengan dua desa adat yang memiliki dua LPD, enam koperasi dan satu Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Tak ada rasa persaingan sama sekali, karena memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda dan bisa saling berdampingan dalam melayani masyarakat, terutama di masa pandemi.
Baca Juga : Terus Bergerak Masif Membentuk Lingkungan Masyarakat yang Produktif
Kontribusi LPD Desa Adat Jehem kepada desa, meliputi pendanaan dalam upacara yadnya di pura – pura setempat, upacara Tawur Agung, dana kepada tokoh – tokoh masyarakat, dana duka dan bantuan tak terduga terkait dengan pandemi Covid-19. Meliputi bantuan non tunai berupa kebutuhan protokol kesehatan dan kebutuhan pokok. Astungkara, kontribusi tersebut sudah bisa dirasakan langsung oleh krama.
Pola kepemimpinan yang transparan menjadi landasan I Nyoman Dacin memberikan pelayanan kepada nasabah LPD. Hal itu dibuktikan dalam penyiaran penghasilan yang ia dapatkan selama satu tahun dan gaji setiap bulan, setara dengan kewajibannya di LPD Desa Adat Jehem. Jadi seharusnya tidak ada kecemburuan sosial saat memaparkannya, meski sempat dipertanyakan oleh Lembaga Pembina LPD, I Nyoman Dacin menegaskan justru krama akan lebih bernafas lega dan mengakui profesional kinerja LPD Desa Adat Jehem, melalui cara tersebut.
Anak Petani Penggarap yang Memprioritaskan Pendidikan
I Nyoman Dacin dilahirkan tahun 1970, dari orangtua sebagai veteran sekaligus petani. Meski memiliki tanah warisan untuk ditinggali, beliau lebih memilih menempati tanah yang digarap, setelah menikah. Dalam mendidik, I Nyoman Dacin dan delapan orang saudaranya dipastikan memperoleh pendidikan yang layak. Di saat adanya program pemerintah yang membebaskan biaya SPP, ia adalah salah satu peserta yang mengikutinya, meski menempuh jarak yang jauh dan tidak mudah, I Nyoman Dacin tetap mengutamakan pendidikannya sesuai dengan amanat orangtua.
Seiring telah memiliki penghasilan sendiri dari pekerjaannya, dimana pada tahun 1991 pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat DPRD Bangli, diangkat menjadi Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) dengan penghasilan 30.000/bulan, kemudian tahun 2010 diangkat menjadi pegawai. Tak membuat I Nyoman Dacin larut dalam pekerjaannya dan berpuas diri, ia kemudian sembari melanjutkan kuliah S1 Fakultas Hukum, Universitas Mahendradatta. Ia kemudian dipromosikan menjabat sebagai sekretaris kota dan kembali melanjutkan kuliah S2 Fakultas Hukum di Universitas Mahendradatta dan saat ini meski sudah berusia 50 tahun, ia tak malu, justru semakin antusias mendaftar program doktor (S3) di Universitas Diponogoro.
Baca Juga : Bertindak Lokal, Berfikir Global dan Menjadi Lembaga yang Memberikan Asas Manfaat
Bisa dikatakan cita – cita I Nyoman Dacin cukup sederhana, yakni menjadi pegawai pemerintahan, padahal tantangan menjadi pegawai saat itu jauh lebih menguji mental. Di mana pegawai berstatus kontrak, berlangsung selama 15 tahun. Sangat berbeda dengan zaman sekarang, yang seharusnya pemuda pemudi, lebih memiliki semangat dalam bersekolah untuk mencapai cita – cita mereka, apakah itu bekerja di intansi pemerintahan atau karir di bidang lain.
Penanaman mindset bahwa pendidikan itu sangat penting untuk bekal masa depan, kini ia wariskan ke anak – anaknya dan generasi muda di Desa Adat Jehem khususnya. Agar tak hanya berhenti di dirinya sebagai satu – satunya yang meraih gelar S2, dari orangtua petani penggarap. Tapi mulai memotivasi, bahwa dengan bekal pendidikan yang kita miliki, tak hanya membuka karir yang lebih terbuka lebar, tapi juga pola pikir yang lebih matang dan maju, yang bermanfaat untuk membangun Desa Adat Jehem.
I Nyoman Dacin berharap setelah masa kepemimpinannya, akan bertumbuh bibit – bibit unggul yang akan mengisi kursi pimpinan LPD Desa Adat Jehem selanjutnya. Atau dari para staf saat ini, mulai bisa mencetak SDM yang siap mengisi LPD Desa Adat Jehem selanjutnya ke level yang lebih gemilang. Pesannya kepada generasi muda, agar terus berusaha dan jangan menyerah dengan nasib. Di dalam proses tersebut pasti akan menemukan kondisi jatuh bangun. Sikapi segala tantangan tersebut dengan bijak, terutama bagaimana kita pandai mengambil pelajaran dari kegagalan, untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lupa, untuk seimbangkan diri dengan kegiatan kerohanian yang mampu meningkatkan keseimbangan jiwa. Astungkara, apa yang kita kerjakan dengan penuh ketekunan dan berlandaskan kebaikan, amalan baik tersebut akan kembali kepada kita, atas restu semesta.
One thought on “Tak Menyerah Pada Nasib Dengan Mengejar Potensi Pada Pendidikan Hingga Sukses Menjadi Pimpinan LPD”