Ketut Arjana Adi Sanjaya – Sumber Bahagia Laser & CNC
“Barang siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh, pasti akan menuai keberhasilan di kemudian hari”. Pepatah lama yang masih sangat relevan dengan kisah pengalaman seorang pengusaha hebat di balik berdirinya perusahaan jasa engraving & cutting untuk berbagai macam material yang di kenal dengan nama Sumber Bahagia Laser & CNC. Dia adalah Ketut Arjana Adi Sanjaya, putra asli bali yang tekun dan selalu berusaha untuk melahirkan karya kesenian menarik di bidang industri kreatif yang berkualitas dan berdaya saing.
Tak bisa dipungkiri, kehadiran perusahaan yang ia bangun sejak tahun 2001 ini turut mengikuti geliat industri pariwisata di Bali yang kian meningkat pesat. Tak terkecuali perusahaannya yang tergolong dalam bisnis souvenir dan handicraft ini. Perusahaan yang berlokasi di Desa Darmasaba, Abiansemal, Badung tersebut pun berdaya saing memberi solusi agar dapat menawarkan hasil karya kerajinan unik namun dapat di produksi dalam waktu yang efektif dan singkat. Bukan tanpa alasan, Ketut Arjana Adi Sunjaya ini meleburkan konsep produksi dengan memadukan cara tradisional dan modern dalam melahirkan sebuah karya tanpa menghilangkan ciri khas kesenian asli Bali. Selain itu, nilai dari produk yang dikemas pun memiliki variasi ukiran dengan tingkat presisi yang tinggi.
Apa yang dilakukan oleh Ketut Arjana Adi Sanjaya ini tentu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Dengan membaca peluang pasar yang belum banyak digeluti oleh pelaku bisnis souvenir dan handicraft yang mampu menawarkan produktivitas hasil kerja yang efekti dari segi waktu serta tenaga, pria kelahiran Denpasar ini pun coba menghadirkan industri kreatif berdaya saing. Ayah tiga anak ini menjelaskan bahwa, usaha yang di rintisnya ini dimulai dari hadirnya teknologi yang memudahkan pengerjaan melalui desain pada komputer dan menghasilkan cetakan ukiran pada media batu.

Biasanya teknik tersebut di kenal dengan nama sandblasting. Teknik tersebut adalah suatu proses pembersihan permukaan dengan cara menembakkan partikel (pasir) ke suatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan, kemudian permukaan tersebut akan menjadi bersih dan kasar. Cara ini, lanjut pria yang lebih akrab disapa Sanjaya, lazimnya biasa di kenal dengan nama teknik memahat pada media batu. Dan hasil dari sandblasting tersebut salah satunya berupa penulisan prasasti pada media batu. “Sementara itu untuk di media kayu sendiri, teknologinya berbeda lagi yaitu menggunakan laser dan CNC.
Hasilnya ini bisa dibuatkan dalam bentuk tulisan, gantungan kunci, dan juga bisa menggunakan sebagai media gambar wajah. Jadi biasanya kita lebih banyak menerima orderan di hotel, restoran, villa, dan lain sebagainya,” jelas Sanjaya bersemangat. Baginya, memiliki potensi tersebut turut melatarbelakangi berdirinya usaha Sumber Bahagia Laser dengan menggunakan mesin Laser & CNC yang memiliki tingkat presisi tinggi, konsisten serta waktu penyelesaian yang singkat. Produk jasa miliknya ini pun turut menawarkan dengan harga yang lebih rendah dibandingkan kompetitor-kompetitornya. Selain itu, konsumen dapat secara bebas menentukan desain sesuai dengan preferensi masing-masing.
Tanpa meremehkan para pekerja seni ukir yang bekerja secara manual, namun bisnis yang dikembangkan oleh Sanjaya hanya agar mampu memenuhi permintaan konsumen yang ingin membutuhkan waktu proses pengerjaan singkat dan tanpa mengurangi kualitas hasilnya. “Mayoritas masih menggunakan cara tradisional yakni manual dengan tenaga kerja pengukir.
Sehingga ada beberapa kendala dengan cara tradisional, antara lain Padat karya sehingga memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak, keterbatasan dalam tingkat presisi, sehingga ukiran yang dihasilkan tidak konsisten dan terkadang tidak sesuai desain yang diinginkan, keterbatasan waktu kerja, waktu penyelesaian panjang, dan masalah klasik SDM seperti absenteeism and low motivation yang mempengaruhi prokduktivitas. Dari kondisi itu lah terdapat peluang untuk bisa mengatasi kelemahan metode tradisional ini. Solusinya ialah dengan melakukan otomatisasi dalam proses produksi ukiran,” jelas Sanjaya.

Meski demikian, pria kelahiran 21 Maret 1967 ini tetap memberdayakan sejumlah seniman ukiran untuk ikut terlibat dalam perusahaan yang ia rintis. Kini, di bawah bendera perusahaan Sumber Bahagia Laser & CNC tersebut, Sanjaya mampu merekrut dan mempekerjakan staf sebanyak 30 orang. Sehingga baginya, usaha yang digelutinya itu memproduksi hasil kerja kreativitas antara para seniman yang bekerja secara manual dan di kombinasikan dengan teknologi handal.
Ketika ditanya terkait seperti apa kisah awalnya sehingga bisa menggeluti usaha ini secara mandiri, Sanjaya mengatakan bahwa semuanya berkat dari kepribadiannya yang tekun dan selalu berusaha. Terlebih didukung dengan besik pendidikan yang ia geluti saat kuliah di Institut Teknologi Bandung, dengan konsentrasi jurusan Teknik Management Industri, kian membuka kesempatan untuk menerapkan konsep serta ide di bidang usaha.
“Sebetulnya kalau menengok ke belakang, saya tamat kuliah di tahun 1992 di jurusan teknik Manajemen Industri bandung ITB sudah mulai mempelajari seperti mengelola manajemen industri dengan baik. Sehingga di tahun 1994 balik ke Bali untuk coba membangun usaha yang di ambil dari potensi kesenian di tanah kelahiran,” aku Sanjaya.
Selain itu, Suami dari I Made Angreani ini pun memiliki beragam tempaan atau pelajaran berharga dari beragam pengalaman di bidang kerja. Sanjaya memulai karir dengan bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota Bandung usai menamatkan kuliah di tahun 1992. Dua tahun kemudian, putra ke-4 dari lima bersaudara, dari pasangan I Wayan Regeg dan Ni Made Ribeg tersebut coba kembali mengembangkan potensi di kampung halamannya.
Tentu tak serta merta apa yang dicita-citakan, seperti mendapat peluang untuk membuka usaha sendiri, mulus begitu saja. Namun Sanjaya harus kembali beradaptasi dengan situasi sambil membaca pasar. Meski memulai dengan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen, semangat Sanjaya untuk terus belajar dan bermimpi untuk membuka peluang usaha sendiri tak pernah surut. Sebab di lain sisi, Sanjaya berpikir bahwa pengalaman bekerja tidak semata-mata hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, namun sebuah ilmu dan pengalaman, yang tak mengenal batas waktu dan akan selalu bermanfaat, khususnya bagi anak muda sepertinya.
Hingga akhirnya keberuntungan melalui peluang yang ia manfaatkan itu mampu membukakan jalan baginya untuk coba mengelola bisnis pribadi. Niat serta tekad yang besar, sebab dirinya harus keluar dari zona nyaman dan mulai memikirkan untuk membangun investasi masa depan dengan jalan berjuang di atas kaki sendiri. Bersama kenalannya, seorang warga asing berdarah Amerika, Sanjaya mendapat tawaran untuk mengerjakan sejumlah pesanan ukiran batu yang ia produksi hingga tahun 1998. Seiring berjalannya waktu, usaha di bidang souvenir dan handicraft itu berkembang dengan banyaknya orderan dari sejumlah konsumen.
“Karena banyak pesanan, saya pun mencari tempat yang kebetulan menggunakan lahan di area rumah tempat tinggal saya. Sejak saat itu lah saya berpikir untuk memanfaatkan peluang tersebut. Kemudian di dukung dengan besik ilmu yang dimiliki, saya memberanikan diri untuk memulai usaha sendiri dan mendirikan perusahaan Sumber Bahagia Laser & CNC sejak tahun 2001.

Astungkara di tengah perjalanan, ada teman yang ikut mendukung mengembangkan bisnis saya ini. Sehingga pengembangan baru dengan hasil produk berbahan dasar kayu lewat teknik pengerjaan menggunakan laser dan CNC ini mulai dimunculkan,” kenang Sanjaya. Di tengah keberhasilan yang kini diraihnya, Sanjaya pun tidak menapik bahwa jiwa bisnis, kerja keras serta semangat berjuang yang tumbuh dan mengalir dalam jiwanya bersumber dari sosok kedua orang tua.
Diceritakannya, sosok ayah yang tegas dan keras mengajarkan tentang banyak nilai-nilai moral. Mulai dari kedispinan serta semangat bekerja. Peran Ayah yang menjabat sebagai seorang Polisi kian membentuk karakter-nya yang tegar dan mandiri. Sementara sosok Ibu yang kesehariannya banyak beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dan juga rutin ikut membuka usaha dagangan, turut mengajarkannya untuk lebih memahami betapa pentingnya sebuah ilmu management untuk keberlangsungan hidup dan tentu agar ‘dapur’ tetap mengepul.
“Sehingga saya sedikit belajar tentang manajemen bisnis dari orang tua. Sehingga sejak tamat SMA di Negeri 3 Denpasar tahun 1987, menentukan pilihan untuk kuliah di jurusan Teknik Manajemen Industri karena tertarik dengan dunia bisnis yang kerap saya perhatikan dari kesibukan serta keseharian orang tua saya.
Di tambah dengan hasil kerja keras mereka itu lah, saya turut bangga karena mereka mampu menyekolahkan semua anak-anak hingga sarjana. Serta dari didikan orang tua juga, kami tidak di beri warisan tetapi memberikan peluang untuk memanfaatkan pendidikan yang digeluti sebagai modal kami,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sanjaya juga meyakini bahwa di tengah berjuangannya dalam berusaha, ada banyak campur tangan Tuhan. Karena kalau Tuhan tak berkehendak, imbuhnya, tentu apa yang kita cita-citakan tidak akan bisa kita rasakan. Setiap arah tujuan dan pilihan, bagi Sanjaya adalah petunjuk dari Sang Pencipta dan rahmat yang diberikan hadir melalui beragam wujud.
Termasuk dari tangan-tangan kasih orang tua, kawan, serta lingkungan yang mampu membentuk kepribadian serta tekad yang besar untuk bisa bekerja keras. “Sehingga jika ditanya tentang apa motivasi hidup yang mesti saya bagikan ke setiap orang muda, ya tetap semangat dan terus berusaha. Karena terkadang dalam berbisnis tidak selamanya hasilnya sesuai dengan ekpetasi kita. Sehingga yang dibutuhkan itu adalah tekun dan tetap bekerja terus. Lalu kemudian diimbangi dengan rasa syukur serta tindakan-tindakan baik kita terhadap sesama,” tutup Sanjaya.
