Ulet, Jujur, Ikhlas dan Kreatif, Mantan Pramugari Banting Stir Menjadi Pengusaha Sukses

Ulet, Jujur, Ikhlas dan Kreatif, Mantan Pramugari Banting Stir Menjadi Pengusaha Sukses

A.A. Intan Dharma Putri – Puri Kawan Collection

Banyak teori ekonomi yang dapat menjadi referensi jika ingin memulai membangun sebuah usaha. Namun, modal dasar dalam membangun usaha sejatinya adalah ulet, jujur dan ikhlas. Terlebih jika didukung dengan daya kreatif, segala upaya yang ingin di lakukan tentu akan dengan mudah menemukan jalan keluarnya. Ketiga kunci sukses tersebut diyakini dapat membawa pelaku usaha meraih keberhasilan.

Dasar-dasar inilah yang turut dipegang oleh A.A. Intan Dharma Putri, dara cantik yang kini tergolong sebagai salah satu perempuan sukses dengan membangun beragam bisnis yang di kelolanya sendiri. Berada pada pencapaian itu tentu tidak lah semudah membalikan telapak tangan. Ada banyak pengalaman, rekam jejak kisah semasa kecil, hingga didikan orang tua yang banyak ditempanya kian membentuk kepribadian yang berani dan multitalent.

Putri, begitu ia akrab disapa ini tergolong perempuan yang berani dalam mengambil keputusan. Bagaimana tidak, ia berani untuk keluar dari zona nyaman pekerjaannya sebagai seorang pramugari lalu banting stir merambah dunia bisnis. Alasan yang mendasar mengapa dirinya memilih jalur sebagai seorang pebisnis, Putri pun memiliki alasannya sendiri.

Semuanya berawal dari ketiadaanya kesempatan dan hanya memanfaatkan peluang untuk coba meraih mimpi dan cita-citanya dengan cara yang lain. Putri yang saat ditemui di sela kesibukannya ini bercerita banyak tentang perjalanannya menyusuri tapakan kaki perjuangan hingga berada pada titik kesuksesan saat ini.

“Jadi awalnya begini, setamat sekolah waktu SMA, saya mendapat beasiswa untuk sekolah di kedokteran ya. Tapi karena memang kondisi ekonomi keluarga masih pas-pasan, akhirnya saya belum bisa lanjutin sekolah ke arah sana. Hingga akhirnya, karena kebetulan ada lowongan kerja sebagai pramugari, saya pun ikut mencoba. Ternyata di terima. Mengembang profesi tersebut saya jalani selama sembilan tahun dan sudah mengikuti tiga maskapai,” jelasnya sambil mengenang.

Saat itu, Putri menjalankan perannya dengan sangat profesional dan sungguh-sungguh totalitas selama bekerja. Pun ketika di beri kepercayaan oleh pimpinan. Sebab, satu hal yang tetap menguatkan pemikirannya saat itu yaitu setiap kesempatan, sekalipun itu adalah sebuah pekerjaan, merupakan pengalaman belajar yang wajib untuk di pelajari.

Profesi dijadikan sebagai fasilitator untuk kita menemukan beragam pelajaran, baik itu tentang sikap yang santun, profesional, dan lain sebagainya. Selain itu, Putri pun tak menapik jika kerja kerasnya saat itu sebagai tumpuan untuk bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang ia pergunakan untuk tabungan usaha di masa depan.

“Kalau ditanya pengalaman saya selama menjadi pramugari, ya mungkin lebih mandiri saja, lebih kuat dari segi mental. Juga pramugari memang harus lebih kuat mental dan fisik. Tapi memang pemikiran saya waktu itu tidak mungkin harus stay sebagai pramugari terus. Tetapi saya berpikir untuk mencari pengalaman sekaligus penghasilan lebih sebagai tabungan,” tegas Perempuan kelahiran Denpasar, 15 Januari 1985 ini.

Menurutnya, tidak ada usaha yang sia-sia. Paling penting dalam setiap perencanaan kerja, kita mestinya ulet, ikhlas dan jujur dalam bersikap. Dengan sendirinya semuanya pasti akan dimudahkan dan diberi jalan. Sehingga ketika Putri menginjak usia 25 tahun, bulat keputusannya untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang pramugari dan berniat untuk bekerja dari rumah.

Selain untuk memulai kehidupan yang mandiri, Putri pun ingin memenuhi janjinya kepada sosok almarhum Ayah. “Jadi memang kebetulan waktu umur 25 itu saya sudah janji dengan almarhum ayah ya. Mau berhenti dan coba beralih profesi untuk bekerja di rumah. Awalnya sih saya jualan klontong dulu. Usaha kecil-kecilan dulu dan dari situ saya coba merambah bisnis yang lebih besar lagi,” ungkap perempuan yang hanya menamatkan pendidikan SMA ini.

Ia pun menceritakan kesulitan di awal meniti karir, ketika modal kembali menjadi momok terbesar bagi setiap orang yang memulai bisnis. Terlebih, istri dari pasangan A.A. Ketut Sapta Wijaya ini tidak mengelak jika dirinya memulai segala sesuatu dari nol. Lagi-lagi, hanya bermodal sifat yang jujur kepada siapa saja; baik itu kepada setiap pelanggan ataupun relasi yang sudah menjalin hubungan baik dengannya.

Selain jujur, keuletan Putri untuk selalu memanfaatkan peluang demi melancarkan usaha yang tengah di bangun kian menghantar ke gerbang kesuksesan. Mulai membuka bisnis mini market yang beralamat di jalan A.A. Gede Rai, Desa Lodtunduh, Banjar Kertawangsa – Ubud. Bisnis yang ia bangun ini cukup tergolong outlet terlengkap dengan barang jualan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat sekitar.

“Kesulitan yang paling utama sih tentunya modal ya. Karena memang dari nol banget. Pelan-pelan kita bangun semangat dan kerja keras, terus dapat relasi, dipercaya dan akhirnya bisa sampai sekarang. Awalnya tidak pernah terpikirkan usaha saya sampai saat ini. Dan Astungkara, awalnya dari 1 karyawan, sekarang sudah 70 karyawan. Karena sebelum pandemi kita sudah 100 karyawan. Memang sayang banget, karena 30 karyawan itu kita tidak bisa pertahankan,” ujar Putri.

Tentunya, semangat dan kerja keras yang telah dilakukan tak bisa di nilai ketika kesuksesan mampu diraih saat ini, akan tetapi ada sisi lain berupa penempaan dari banyak hal pengalaman dan ajaran hidup. Termasuk pengaruh besar dari didikan orang tua yang tentu tak bisa dipungkiri mampu menjadi bekal hidup. Putri yang terlahir di Ubud ini mengatakan bahwa karakter yang ulet, pekerja keras, dan kreatif terbentuk sejak kecil dari didikan kedua orang tua, A.A. Anom Surya Darma (Alm) dan Ni Ketut Sartini.

Sosok Ibu yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah dasar diakuinya turut mengajarkannya tentang kedisiplinan serta semangat kerja keras. Sementara sosok mendiang Ayah, yang dulunya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil di bidang Hukum ini memberi didikan yang kian membentuk daya kreatif dari Putri.

“Mungkin dari sosok ibu sendiri karena memiliki keturunan Chinese, jadi memang di didik untuk disiplin dan bekerja keras ya. Kemudia dari sosok Ayah yang kebetulan sangat dekat dengannya, saya merasa bahwa beliau adalah sosok teman terbaik. Beliau tidak pernah memaksakan kehendak. Jadi saya ini kan suka membuat keputusan sendiri, sehingga kehadiran Ayah betul-betul hanya bisa membimbing.

Beliau tidak pernah berkata tidak atas keputusan yang saya ambil. Dia hanya bisa mengamati dan mengikuti. Kalau benar ya di dukung, kalau nggak benar beliau selalu rangkul. Jadi memang kreativitas saya mungkin tumbuh dari didikan seperti itu,” kenang Putri.

Menurut putri, pengaruh besar dari didikan tersebut yang kini membentuk karakternya dalam berwirausaha. Selain itu, ia juga tidak memungkiri bahwa setiap langkah atau keputusan yang di ambil adalah berkat campur tangan Tuhan. Bahkan Putri pernah merasakan bahwa hanya doa yang bisa menjadi sandaran.

“Saya meyakini bahwa semuanya adalah berkat campur tangan Tuhan. Bahkan pemikiran saya pun adalah anugerah Tuhan. Kembali mengingat bagaimana sejak awal saya memulai usaha, apalagi kita berangkat dari nol ya memang ada sangat banyak tantangannya.

Awal mendirikan mini market itu memang dari modal orang tua dan ditambahkan dari gaji pramugari. Ekonomi keluarga juga memang serba kekurangan waktu itu. Tapi seiring berjalannya waku, mungkin karena rasa percaya orang juga dengan saya, dan saya sangat menjaga kepercayaan itu, akhirnya mereka ikut membantu memberi modal. Dan saya pikir, itu semua adalah bentuk campur tangan Tuhan melalui orang-orang baik,” aku Putri sambil mengenang.

Dari tempaan hidup semasa kecil serta segudang pengalaman yang sempat menantang gelombang kesulitan, Putri akhirnya mampu mengontrol diri serta menemukan prinsip hidup yang selalu dijadikan ‘api’ penyemangat. Putri mengaku bahwa prinsip hidup yang selalu jadi ‘candu’ di tengah perjalanan hidupnya adalah mengejar setiap jengkal perubahan ke arah yang lebih baik.

Ia pun selalu menanamkan sikap optimis di setiap kondisi. Seperti yang telah kita ketahui, kondisi pandemi yang masih menyelimuti Indonesia hingga saat ini menyebabkan beberapa sektor industri yang berdampak pada lesunya kegiatan bisnis. Namun bagi Putri, kondisi tersebut malah semakin memacu dirinya untuk lebih kreatif.

Bahkan tak hanya di sektor otlet berupa minimarket, akan tetapi menjalankan beberapa bisnis seperti bisnis fashion, mulai dari garmen, produksi, hingga memasarkan ke sejumlah konsumen masih tetap dijalankan hingga saat ini. Tak hanya itu, Putri juga turut ikut terlibat dalam bisnis minyak Kaori dan berperan sebagai distributor ke daerah Gianyar, Denpasar, dan Badung.

“Prinsip saya itu memang setiap tahun itu wajib ada perubahan kearah yang lebih baik ya. Paling tidak setiap tahun harus seperti itu. Intinya jangan pernah menyerah. Kalau di beri kesulitan, bagi saya itu hal yang terbaik. Karena sebagai pemacu. Bagi saya semakin ada banyak tekanan, saya semakin maju dan kreatif untuk coba bangkit.

Sehingga dengan begitu saya sendiri bisa melakukan banyak hal kebaikan untuk orang lain juga. Jadi selama pandemi, saya rutin memberikan bonus kepada setiap karyawan saya. Tentu cara itu membantu mereka untuk tetap bertahan juga di tengah situasi yang sangat sulit seperti ini. Karena bagi saya, usaha ini tak akan menjadi besar seperti ini tanpa mereka dan tanpa orang lain,” tutup Putri dengan sedikit terseyum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *