“Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Ungkapan ini bukan sekedar kata-kata yang menghiasi dinding-dinding kelas sekolah, tetapi memiliki makna mendalam yang kadang terabaikan. Pada masa lalu, mungkin banyak yang kurang memahami esensi dari ungkapan tersebut, termasuk tokoh Bendesa Adat Kelan dan pendiri Koperasi Etika Dana, I Wayan Sukerena, S.E.
Dengan didikan keras dari orangtuanya, terutama sang ayah, Sukerena menjalani perjalanan hidup dengan penuh makna. Pengalaman yang diberikan oleh ayahnya membuatnya semakin memahami makna sebenarnya dari ungkapan tersebut seiring dengan bertambahnya usia. Ia tidak hanya merasakan kata-kata itu sebagai sebuah pepatah, melainkan sebagai pedoman hidup yang diukir oleh setiap detik pengalaman yang dihadapinya.

I Wayan Sukerena dilahirkan di Desa Kelan, pada tanggal 16 April 1974, berasal dari keluarga petani yang memiliki keadaan ekonomi yang sejahtera, berbeda dengan kisah umum petani yang seringkali terkait dengan kekurangan ekonomi. Di balik kesejahteraan keluarganya, orangtua Sukerena bekerja keras hingga memiliki lahan sawah yang terletak di Desa Abianbase, Kuta. Sesuai dengan arti namanya “Abianbase” merujuk pada hasil panen beras, inilah alasan orangtuanya memilih desa tersebut sebagai tempat untuk bercocok tanam. Di samping lahan sawah, keluarga Sukerena juga memiliki kebun kelapa yang memberikan pekerjaan kepada para petani setempat.
Kedekatan orangtua Sukerena dengan para petani memengaruhi prioritas ayahnya yang lebih fokus pada kesejahteraan mereka daripada keluarganya sendiri. Stigma tersebut yang sempat mempengaruhi Sukerena, terutama terlihat ketika ia dan 10 saudaranya tidak mendapat fasilitas berlebihan. Sebagai contoh, saat SMA, satu-satunya motor yang dimiliki harus digunakan bersama-sama. Untuk kebutuhan lain yang tidak termasuk dalam kategori kebutuhan pokok, Sukerena dan saudara-saudaranya harus bekerja keras sendiri untuk memenuhinya. Ini mencerminkan nilai-nilai kerja keras dan kesederhanaan yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Meskipun awalnya mungkin sulit, pengalaman ini kemudian membentuk karakter Sukerena dan mengajarkannya nilai-nilai tanggung jawab serta kemandirian dalam mencapai tujuan hidupnya.
Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari
Bertambahnya usia, Sukerena pun semakin mengenal sosok ayahnya. Beliau adalah sosok idealis dan politisi tapi tingkat desa. Sosok idealis dan sosialis ayahnya tersebut terungkapkan dalam kepribadiannya yang suka berbagi kepada masyarakat, sekaligus mendidik para petani agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam keidealisan itu pula, dalam keluarga, ayahnya ingin Sukerena dan saudara-saudaranya bekajar dan berusaha mandiri sebelum meminta bantuan kepada orang lain. Namun, dibalik ketegasan karakter ayah, ayahnya selalu ada di saat ia membutuhkan beliau. Di sisi lain, dalam menyeimbangkan kerasnya sosok ayah, ibu menjadi sosok tak kalah penting, dalam memberikan kasih sayang secara totalitas dan dukungan emosional.

Selain nama baik dari orangtua, pengaruh pendidikan yang diterima Sukerena juga memainkan peran penting dalam kehidupan pribadinya dan kontribusinya dalam masyarakat. Ia juga dipercaya sebagai Bendahara dalam proyek pembangunan pura-pura dan menjabat sebagai Bendesa Adat Kelan. Tidak hanya sampai disitu, Sukerena juga pernah mencalonkan diri sebagai calon DPR sejak tahun 1993, kemudian pada tahun 1999 dan terakhir mencalonkan diri pada tahun 2004, di mana ia berhasil meraih suara kedua terbanyak di Kuta, berkat dukungan keluarganya. Setelah pengalaman dalm dunia politik yang tak selalu beruntung seperti ayahnya, Sukerena memutuskan untuk beralih ke dunia wirausaha dan memfokuskan diri pada pengabdian kepada masyarakat.
Alasan Menarik di Balik Pendirian Koperasi
Sukerena memulai bisnisnya dengan beternak babi, terinspirasi oleh istri yang merupakan lulusan peternakan. Dengan keuntungan yang terkumpul, ia kemudian merambah ke bisnis kost-kostan yang diberi nama 9 Tamarind Kost. Pada tahun 2003, Sukerena mendirikan Koperasi Etika Dana di Jalan Raya Uluwatu No. 14X, Tuban, Kec. Kuta, Kabupaten Badung. Motivasi utama di balik pendirian koperasi ini adalah melihatnya tingginya tingkat pengangguran di Desa Kelan. Sukerena bertekad untuk merangkul mereka yang menganggur dan memberikan kesempatan untuk bekerja di koperasi. Pra-koperasi dijalani selama setahun, dan seiring berjalannya waktu dan kepercayaan yang terus meningkat, Koperasi Etika Dana terus eksis hingga saat ini.

Dalam Koperasi Etika Dana, Sukerena tidak mengejar target aset melebihi Rp. 10 miliar dan pembatasan kredit ditetapkan hingga Rp. 10 juta. Bagi Sukerena, yang terpenting adalah agar koperasi tetap memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Sukerena juga membuka lapangan pekerjaan di bidang properti lainnya dan transportasi, mempekerjakan sekitar 20 orang. Di luar lingkup pekerjaan kantoran, Sukerena juga memberikan kesempatan pekerjaan kepada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi. “Minimal mereka dapat menyekolahkan anak mereka, lebih baik daripada tingkat pendidikan mereka” ujar pria yang lahir pada 16 April 1974 ini. Pendekatan ini mencerminkan semangat sosial dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar yang telah ditanamkan oleh ayahnya menjadi warisan yang diemban oleh Sukerena.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Mengubah Sistem Lebih Transparan
Selain berbisnis, Sukerena telah mencuri perhatian dan dianggap cocok untuk terlibat dalam organisasi sejak remaja. Pada awalnya, ia menjadi Pengurus Sekaa Teruna. Dengan kinerja yang dianggap baik, Sukerena bergabung dengan Divisi Pawongan ketika Bapak Made Gelis menjabat sebagai bendesa adat. Setelah itu, ia dipindahkan ke Divisi Palemahan. Pada masa kepemimpinan Bendesa Bapak Made Sugita, Sukerena aktif di Divisi Palemahan dan pada periode kedua kepemimpinan beliau, ia dipercayakan sebagai Bendahara Desa Adat. Dengan pengabdian selama 20 tahun di desa, Sukerena dianggap sebagai sosok yang dapat dipercaya.

Pada tahun 2018, ia terpilih secara aklamasi menjadi Bendesa Adat Kelan. Meskipun masa baktinya seharusnya berakhir pada tanggal 5 November 2023, masyarakat memintanya untuk kembali mengemban peran tersebut. Akhirnya, Sukerena kembali diaklamasi sebagai Bendesa Adat untuk lima tahun mendatang.
Sukerena dipercaya dua periode dalam kepemimpinannya karena kemampuannya mengubah sistem keuangan desa adat. Ia mengatakan ia mengubah sistem keuangan desa adat yang sebelumnya hanya mencatat pengeluaran, menjadi sistem yang lebih terstruktur dan transparan. Di kepemimpinannya, sistem tersebut diterapkan tiga tahun lalu dengan menerapkan Anggaran Belanja Desa Adat yang sudah ditentukan untuk satu tahun dan harus diselenggarakan. Pendapatan desa juga diperhatikan, dan jika tidak mencakup kebutuhan anggaran, akan ada anggran yang dicoret. Hak untuk mencoret adalah bendesa adat. Laporan Pertanggungjawaban Pendapatan Belanja Desa Adat kemudian disebarkan lewat grup WhatsApp masing-masing kelian banjar di Desa Adat Kelan, sebelum dipaparkan dalam pertemuan desa adat. Masyarakat pun dipersilahkan untuk mengkritik atau memberi saran dalam laporan tersebut. Disamping itu, Sukerena juga telah berhasil melakukan pembangunan total untuk desa adat yakni penyelesaian tiga pura, beberapa balai banjar atas dukungan Pemerintah Kabupaten Badung. Sukerena juga melakukan perbaikan dalam pendapatan desa, seperti di pasar dan pangkalan jukung dengan membuat unit usaha. Ia juga menggerakkan Kelompok Pemuda Sadar Wisata (POKDARWIS) memberikan kesempatan pemuda-pemudi untuk berekspresi dan kini Pantai Kelan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Selain itu, POKDARWIS bersama kelompok nelayan dan Bendesa Adat gencar melakukan perbaikan jalan rusak, sementara dalam bidang olahraga, Sukerena aktif sebagai Pengurus Putra Kelana yang membawa Putra Kelana ke pintu utama Kabupaten Badung dalam cabang sepak bola.

Petualangan sosial Sukerena di masyarakat Desa Adat Kelan selain menganggapnya adalah warisan DNA sang ayah, tapi juga buah karma baik dari leluhur dan orangtua yang dimudahkan segala rencananya. Melalui perjalanan hidup yang diwarnai oleh pelajaran-pelajaran berharga dari orangtuanya, Sukerena menemukan bahwa pengalaman tidak hanya menyediakan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan.
Pada akhirnya, ia mampu mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam mendirikan bisnis-bisnisnya maupun sebagai Bendesa Adat Kelan dan menciptakan dampak positif bagi masyarakatnya Desa Adat Kelan. Dengan demikian, cerita hidup I Wayan Sukerena adalah bukti nyata bahwa pengalaman benar-benar adalah guru yang paling utama dalam membentuk manusia menjadi pribadi yang bijaksana, sosialis dan berdaya.
Sebagai penutup, ia menyampaikan kata-kata pamungkasnya dalam menjalani hidup hingga di usia 50 tahun ini, “Cintailah hidup, karena hidup sangat memerlukan kita dan itulah yang membuat kita bisa berbuat banyak untuk orang lain”.