I Wayan Darma & Ni Made Hermayanti – Doudou Toys
I Wayan Darma awalnya mengambil peran di dunia pariwisata, selama sembilan tahun sebagai karyawan hotel. Dalam rentang tahun tersebut, ia mulai terpikir tidak mungkin secara terus menerus mengandalkan gaji bulanan untuk kebutuhan sehar-hari. Ia harus mulai menciptakan usaha untuk dirinya sendiri, setelah cukup ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan selama “bersosialisasi” dalam sebuah perusahaan.
Setelah lepas dari perusahaan, Wayan Darma sempat mengisi waktunya sebagai driver freelance, masih di dunia pariwisata. Melalui pekerjaan tersebut, mampu menjalin hubungan yang lebih dekat dengan tamu asing, tidak seperti pengalaman sebelumnya di hotel. Sehingga untuknya yang belum berumah tangga saat itu, sangat mencukupi dengan bonus yang didapat dari tamu-tamu yang menggunakan jasanya.
Namun berbeda cerita, saat Wayan Darma sudah mulai berumah tangga. Tanggung jawabnya harus terbagi, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga istri dan anak-anaknya. Mulailah ia menggali dan mencari-cari peluang usaha apa yang bisa ia kerjakan. Dari dunia pariwisata, Wayan Darma berlenggang ke usaha mainan anak-anak, agak unik memang. Bila kebanyakan mereka yang dari pariwisata beralih ke bisnis properti atau kuliner, Wayan Darma justru memilih yang beda, daripada yang lain.
Diakui oleh Wayan Darma, usaha ini adalah list terakhir dari pilihan usaha lainnya. Di mana ia dan istri yang hobi memasak, sempat berencana membuka usaha kuliner. Setelah menentukan menu yang akan ditawarkan, mereka kemudian mencari lokasi usaha yang sesuai dengan budget yang mereka pegang.
Ternyata pemilik lokasi, melarang Wayan Darma untuk berjualan makanan di tempat itu, akhirnya karena sudah terlanjur menemukan lokasi yang strategis, dan sayang untuk dilepas begitu saja, ia mulai memikirkan ide untuk usaha selanjutnya. Melihat di lingkungan sekitar lokasi tidak sedikit yang menjual mainan anak-anak, Wayan Darma mencoba untuk mencari informasi distributor daripada usaha tersebut.
Mencari informasi ke sana kemari, hingga browsing di internet, pria asal Tabanan ini, mencoba menggali informasi dari distributor yang berlokasi di Denpasar, namun dirasa kurang cocok dengan hatinya. Ia kemudian memilih ke luar Bali, yakni di kota Surabaya. Disana ia akhirnya menemukan pusat grosir mainan yang lengkap, kemudian mengungkapkan keinginan bekerjasama dengan usaha tersebut untuk membuka retail dan reseller mainan anak-anak di Bali. Setelah dibuat kesepakatan, Wayan Darma pun memberanikan diri membeli kebutuhan toko sedikit demi sedikit, dari penghasilannya yang masih bekerja sebagai driver freelance.
Sebagai pengalaman perdana mengelola usaha, Wayan Darma dan istri berupaya dan belajar beradaptasi dengan transaksi jual beli yang terjadi di toko mereka selama setahun, bersyukur dunia pariwisata yang masih berjalan normal, sangat membantu dari penghasilan yang didapat untuk mengembangkan toko. Tanpa terasa entah berapa modal yang sudah dikeluarkan, empat tahun beroperasi, usaha Wayan Darma sudah mampu berjalan stabil, bahkan ia mendapat tawaran sebuah lokasi kontrakan yang murah di Denpasar untuk dibuka sebuah usaha. Merasa tertantang, ia pun mengambil lokasi tersebut, dan mendapat bantuan modal barang untuk mengisi toko, dari sales luar daerah.
Jual Sapi Demi Bisa Sekolah
Sepuluh tahun membangun toko Doudou Toys Tabanan dan hampir dua tahun di Denpasar, tepatnya di Jalan Wahidin No.53, Pemecutan, Denpasar Barat, tak pernah dibayangkan Wayan Darma bisa sampai di titik ini. Di mana dahulunya, ia merupakan anak petani dari keluarga yang kurang mampu di desanya. Orangtuanya harus mencari pekerjaan keluar desa untuk mendapat tambahan uang demi membeli beras.
Membantu meringankan pekerjaan orangtua demi bisa terus bersekolah, menjadi keharusan yang memaksa Wayan Darma saat akan menamatkan sekolah dasar. Ia seharian bekerja sebagai gembala sapi, tak kenal panas atau hujan, agar bisa menjual hewan ternak tersebut saat akan mendaftar masuk SMP.
Kerasnya hidup semasa kecil, membentuk pola pikir Wayan Darma, menjadi sosok seperti sekarang ini. Bersyukur, ia telah bijak dalam menyikap kondisi ia saat itu, untuk memilih tidak menyalahkan kondisi lingkungan yang ia tinggali. Ia berusaha senantiasa berjalan kedepan, dan mengisinya dengan hal-hal yang positif, bahkan mampu memetik banyak pelajaran dari pengalaman tersebut.
Kisah inilah yang ia harapkan bermanfaat sebagai bahan didikan, yang ia berikan kepada anak-anaknya, agar kelak bila mereka sedang berada pada kondisi yang kurang beruntung, mereka telah memiliki bekal bahwa, hidup adalah proses belajar secara terus menerus dan selalu ada hikmah dibalik proses tersebut.