I Rai Sujaya & Ni Luh Sudayani – PB. Purnama Sari
Sektor pertanian di zaman yang modern ini, masih menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu, sektor pertanian pun berperan penting dalam menyediakan bahan pangan bagi seluruh masyarakat maupun menyediakan bahan baku bagi industri, dan untuk perdagangan ekspor.
Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan makanan pokok. Proses ini berawal dari menyediakan jasa penggilingan bagi gabah yang dibawa oleh petani, namun tidak menutup kemungkinan sebuah usaha penggilingan akan membeli gabah sendiri, demi semakin mengeksiskan usaha.
Industri penggilingan padi bisa dikatakan merupakan usaha perseorangan yang telah dikelola secara turun temurun dan diusahakan oleh pengusaha swasta, salah satunya adalah PB. Purnama Sari yang telah dirintis oleh orangtua dari I Rai Sujaya. Saat itu usaha ini masih sangat sederhana, dengan keberadaan gudang yang masih kecil. Setelah menikah, pada tahun 2005, Ia dan istri, Ni Luh Sudayani pun mencoba melanjutkan usaha ini, meski tak memiliki bekal pengalaman yang pasti dalam bidang ini, terutama Sang Istri yang memiliki background di pariwisata.
Waktu pun diberikan oleh Rai Sujaya kepada Luh Sudayani untuk mempelajari usaha yang berlokasi di Jalan Raya Tumbakbayuh – Pererenan, Kec. Mengwi, Badung, tersebut terlebih dahulu lewat ibu dari Rai Sujaya. Perlahan, karena memiliki niat yang tinggi, istri pun mulai mengenal ruang lingkup usaha ini sedikit demi sedikit, dan mampu bekerja sendiri, bila tanpa dampingan suami.
Tahun 1980an, UD. Purnama Sari didirikan orangtua yang bekerja sebagai petani, kemudian bergerak menjual beras ke Koperasi Unit Desa (KUD) dan mulai memberanikan diri membuka usaha kecil-kecilan penggilangan padi, dilengkapi dengan satu kendaraan Carry pick up, gudang kecil dan satu mesin penggilingan.
Rai Sujaya yang saat itu masih menempuh pendidikan, hanya membantu usaha orangtua seadanya saja, terlebih saat duduk di bangku kuliah Jurusan Ekonomi Manajemen di Universitas Pendidkan Nasional, ia tidak memiliki peluang untuk membantu.
Sosok Krusial Ibu Dibalik Pendirian Usaha
Ibu adalah sosok yang bisa dikatakan memiliki ide pertama untuk membangun usaha ini, baru kemudian diikuti oleh ayah dari Rai Sujaya. Keduanya kemudian bekerjasama dalam bekerja keras, dengan jobdesknya masing-masing. Hal mencolok yang diingat Rai Sujaya, pada masa itu ialah kecekatan dan kepandaian ibunya dalam berhitung, bahkan hingga saat ini, ibunya pun masih berupaya mengisi waktu senggangnya dengan ikut menyaksikan pertumbuhan usaha, salah satunya bersemangat saat mengajarkan Luh Sudayani dalam usaha ini.
Kenyataan lain harus dihadapi ibu, Rai Sujaya dan Luh Sudayani, ayahnya harus pergi untuk selamanya yang meninggalkan kesedihannya yang teramat sangat bagi keluarga. Terutama Rai Sujaya, setelah setahun tak menyentuh usaha penggilingan tersebut, ia akhirnya menemukan hasil dari bahan renungannya, bahwa ia dan istri tidak bisa terus hanyut dalam kesedihan. Ia harus kembali bekerja, melanjutkan usaha ini, demi tanggung jawab untuk keluarga.
Rai Sujaya berusaha mengalihkan pikirannya setelah peristiwa tersebut, dengan merombak usaha penggilingan padi menjadi usaha yang lebih kokoh kedepannya. Ia kemudian mengganti beberapa mesin yang sudah tidak ideal lagi digunakan, dengan membeli dan menambah mesin baru, agar tidak bergantung dengan meminjam mesin lagi, seperti fasilitas lantai jemur (lamporan), mesin pemecah kulit (huller), mesin penyosoh/pemutih (polisher), timbangan dan mesin penggerak yang digunakan untuk menggerakkan huller dan polisher secara bergantian. Setelah meminjam dana dari LPD, ia juga menambah satu kendaraan operasional agar semakin mampu menjangkau pekerjaan lebih luas, dalam mengangkut padi dari sawah ke penggilingan dan untuk pemasaran.
Rai Sujaya dan istri kemudian berbagi tugas, ia memilih ‘bermain’ di lapangan dengan menambah ilmu dan pengalaman dari relasi pabrik-pabrik besar yang menjanjikan, sedangkan istri disarankan untuk mengelola di penggilingan. Karena target selanjutnya yang akan diarahkan Rai Sujaya dan istri ialah memproduksi beras premium, dengan izin merk yang telah terealisasi.
Di dunia bisnis tentunya setiap usaha pernah mengalami pengalaman yang merugikan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam kondisi ini, Rai Sujaya dan istri berupaya mengikhlaskan kejadian tersebut dan berdoa kepada Sang Pencipta, agar hati mereka selalu dikuatkan. Tak hanya dari orang-orang yang memiliki niat tidak baik, tapi juga untuk menjaga hati sendiri agar tidak melakukan hal yang serupa, sampai kapan pun.
Hal ini pun diijadikan syarat bagi para pekerja di PB. Purnama Sari, selain berdoa yang sudah pasti wajib dilakukan dalam merintis kesuksesan, ketekunan dan kejujuran juga menjadi sikap yang serius, harus dimiliki seseorang dalam bekerja. Terlebih bagi siapapun yang tengah merintis kesuksesannya, tak terkecuali ibu rumah tangga yang ingin menambah penghasilan atau hanya sekedar mengisi waktu senggang. Karena sesuai dengan pengalaman Luh Sudayani, dengan bekerja sesuai passion kita, bisa menimbulkan kebahagiaan, sekaligus meningkatkan imun tubuh, menjadi hal krusial di masa pandemi seperti sekarang ini.