Bergerak Dinamis Mendongkrak Infrastruktur Telekomunikasi di Bali

Bergerak Dinamis Mendongkrak Infrastruktur Telekomunikasi di Bali

Ni Made Suarsi – PT Sanjiwani Karya

Prospek industri telekomunikasi di Indonesia akan terus bersinar dalam tahun – tahun mendatang. Motor perkembangan sektor itu adalah industri seluler, yang masih berpotensi menambah pelanggan. Peluang itu ada karena banyak pengguna ponsel yang memiliki lebih dari satu kartu SIM. Tak hanya itu, tren permintaan pelanggan akan layanan data, terutama pengguna smartphone dan tablet, terus meningkat seiring harganya yang makin terjangkau oleh masyarakat luas.

Tentu, peningkatan jumlah pelanggan dan layanan juga harus diimbangi oleh pengembangan infrastruktur seperti pembangunan tower. Alhasil, bertambahnya kebutuhan ini akan mendongkrak bisnis kontraktor tower Indonesia. Peluang itu di tangkap oleh pebisnis wanita asli bali bernama Ni Made Suarsi untuk memantapkan langkahnya untuk meniti bisnis pada sektor pembangunan infrastruktur telekomunikasi bernama ‘PT. Sanjiwani Karya Mandiri’ yang hingga kini sukses melayani berbagai kebutuhan jaringan telekomunikasi di daerah-daerah perluasan, khususnya di pulau Bali.

Menjadi seorang pengusaha saat ini tidak hanya terbatas pada kalangan laki – laki saja. Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan kematangan karir, membuat wanita kian banyak terjun di dunia wirausaha. Walaupun menjadi pengusaha dari kalangan wanita memiliki beberapa tantangan yang relatif lebih kompleks daripada pengusaha pria. Tantangan utama bagi pengusaha wanita adalah ketersediaan waktu dalam menjalankan usahanya. Terlebih bagi pengusaha seperti Ni Made Suarsi yang sudah berkeluarga, disamping sibuknya menjalankan roda bisnis. Pekerjaan rumah tangga tentu menjadi prioritas utama, nyatanya dengan sikap disiplin Ni Made Suarsi bisa menerapkan efetifitas waktunya untuk menjalankan kedua prioritas itu.

Memiliki populasi lebih dari 260 juta jiwa dan kelas menengah yang terus tumbuh dengan akses ponsel pintar, Indonesia sedang membentuk ekosistem bisnis telekomunikasinya, membantu banyak perusahaan rintisan, terutama yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi. Memulai perusahaan di pasar yang sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah mudah. Hal itu dirasakan Ni Made Suarsi saat baru-baru merintis usahanya, karena sebagai seorang pengusaha ia harus mengambil keputusan kompleks setiap hari sementara akses terhadap informasi tentang bisnis ini masih terbatas, apalagi terkait pasar dan birokrasi.

Sebagai kontraktor, ia pun harus terjun langsung dalam proses mendapatkan perizinan pembangunan, baik dari pemerintah maupun warga di sekitar lokasi pembangunan. Ni Made Suarsi, mengatakan, perizinan dari warga ini yang seringkali sulit diperoleh dalam proses pembangunan tower. “Kurangnya sosialisasi dan pengetahuan masyarakat membuat mereka khawatir dengan pendirian tower yang menjulang tinggi di dekat properti mereka,”. Maka tak pelak kondisi tersebut juga menjadi hambatan Ni Made Suarsi pada saat mengajukan tambahan modal di beberapa Bank, lantaran prospek bisnis ini masih awam di telinga, alhasil ia pun harus menelan pil pahit menerima penolakan demi penolakan.

Membangun sebuah bisnis memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, meskipun segala upaya dan strategi bisnis sudah kuat, tapi ada-ada saja hambatan dan batu terjal yang harus ia lewati setapak demi setapak. Bagi Ni Made Suarsi hambatan – hambatan dalam mengawali bisnisnya adalah hal yang menempa mentalnya sebagai pengusaha yang tahan banting. Tak cukup banyak modal tak membuat Ni Made Suarsi lantas patah arang, sebagai pebisnis ia harus memikirkan dan mengupayakan hal lain agar bisnisnya dapat berjalan.

Dengan komitmen dan keseriusan dalam meyakinkan peluang bisnisnya, maka perlahan pintu – pintu yang tadinya tertutup, sedikit demi sedikit terbuka memberinya peluang. Sebuah ‘komitmen’ bagi Ni Made Suarsi bisa dikatakan adalah awal dari kunci suksesnya sebagai pengusaha.

Benar saja, komitmen menggambarkan seberapa besar keseriusannya dalam menjalin hubungan bisnis, komitmen merupakan kunci. Tanpa komitmen maka seseorang akan sulit menentukan arah tujuan dalam hubungan. Menciptakan komitmen dalam sebuah bisnis memang tidak mudah dan butuh waktu lama. Namun, setelah komitmen terjalin, kepercayaan tentu didapat, maka makin terarah jugalah ke mana hubungan bisnisnya akan dibawa.

Mengingat pengalaman-pengalaman lapangan yang dimilikinya, resiko dan tanggung jawab adalah faktor utama yang harus dijalani, menginap di kampung-kampung untuk mengawasi proyek dan kepengurusan izin yang sedang berjalan pun ia lakoni saat baru – baru merintis usahanya. Terlibat langsung dalam proyek yang dijalankan bagi Ni Made Suarsi dapat menjadi cara yang efektif untuk membangun bisnis yang fleksibel agar menghindari biaya overhead, terlebih dengan komunikasi langsung ia dapat membangun hubungan dengan relasi yang tahan lama karena menghilangkan perantara yang terlibat dalam proses produksinya. Jadi resiko akan hal – hal yang tak diinginkan pun menjadi semakin kecil. Alhasil pelan – pelan bisnisnya mulai berjalan dan relasi – relasi baru pun mulai berdatangan.

Kesuksesan yang dirasakan Ni Made Suarsi saat ini merupakan sebuah pencapaian yang dilalui dengan proses panjang dan melelahkan. Tapi, pekerjaan apapun jika dilakukan secara benar dan konsisten maka kesuksesan pun akan semakin dekat dengan pelakunya. Namun, tak sedikit pengusaha yang menutup jalan suksesnya dengan menyerah, ketika dihadapkan dengan keadaan-keadaan pelik dan mungkin hanya doa yang menjadi satu – satunya sandaran untuk tetap teguh menjalani apa yang diimpikan. Perasaan gamang dan mudah menyerah inilah yang kemudian ditepis Ni Made Suarsi dengan upaya dan berdoa, baginya kedua hal tersebut membuatnya tetap kokoh dalam menghadapi permasalahan yang mendera hidup.

Terlahir dari keluarga yang jauh dari kata kemewahan, masa kecil Ni Made Suarsi dibaluti dengan perasaan kesepian. Lantaran ayah dan ibunya adalah pedagang yang setiap hari harus bekerja demi memenuhi hajat hidup keluarganya. Maka, ia pun harus memaklumi jika setiap pagi saat bangun tidur mendapati rumahnya telah sepi, lantaran kedua orang tuanya sudah harus bekerja ketika matahari mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur.

Beruntung ia masih memiliki nenek tercinta yang bisa menjadi sosok teman dan menjadi suri tauladan hidupnya. Mungkin mengingat betapa keras orangtuanya bekerja untuk bisa terus mencukupi kebutuhan hidup yang kian hari kian menggepit, maka kehidupan masa kecil Ni Made Suarsi yang serba kekurangan inilah yang mungkin tanpa sadar menempa mentalnya untuk bisa sukses agar dapat membantu mengubah garis takdir keluarganya.

Dari kisah jatuh bangun Ni Made Suarsi dalam membangun bisnisnya ini kita belajar bahwa sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kehilangan semangat. Sakit dalam perjuangan itu hanyalah sementara, tapi jika menyerah sakit itu akan terasa selamanya. Menurut Ni Made Suarsi selama kita memiliki tujuan besar untuk dicapai, tidak pantas seorang insan untuk patah semangat di tengah jalan, karena sukses sejati tidak bisa diraih tanpa melalui hambatan terlebih dahulu.

Dalam dunia bisnis, ada istilah product life cycle. Yang berarti setiap usaha mempunyai masa puncak dan masa tenggelam. Oleh karena itu, di era yang serba canggih ini, inovasi menjadi kunci utama Ni Made Suarsi dalam menciptakan ide – ide baru pada bisnisnya, sehingga ketika arus persaingan bisnis semakin deras, ia tetap bisa bersaing di pasarnya dari waktu ke waktu. Jatuh bangun saat memulai sebuah usaha memang kerap menghasilkan kekecewaan.

Namun dengan pantang menyerah Ni Made Suarsi malah menjadikan hal itu pelajaran berharga dalam perjalanan hidupnya, agar dikemudian hari ia tidak lagi menapaki krikil-krikil tajam yang dapat menghambat langkahnya.
Kebanyakan orang hanya menengok akan pencapaian yang diperoleh oleh seseorang. Dengan rasa kagum menyaksikan, tanpa tahu betapa orang tersebut bisa membangun impiannya dari puing-puing kegagalan.

Menilik perjalanan hidup Ni Made Suarsi dalam mencapai impiannya, harusnya membuat kita untuk berhenti meratapi nasib buruk dan berkeluh kesah. Semangat untuk bangkit dan kerja keras untuk menyelamatkan yang masih tersisa adalah romantika kehidupan yang harus di jalankan dengan penuh harapan. Dalam perjalanannya, Ni Made Suarsi juga meyakini bahwa kegagalan adalah satu – satunya kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdas.

Lebih jauh, pembangunan infrastruktur dan telekomunikasi ini diharapkan dapat bermanfaat mendongkrak akses pendidikan dan pengajaran yang saat ini serba online. Terlebih dengan adanya akses internet yang sekarang terus bergerak dinamis, diharapkan juga dapat mendorong generasi muda untuk hidup mandiri, berdikari, dan berguna bagi masyarakat. Hal itu menjadi visi Ni Made Suarsi dalam menjalankan usahanya, karena baginya kesuksesan adalah suatu pencapaian saat kita dapat hidup berdikari dan dapat membagi sesuatu agar bermafaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Ni Made Suarsi bersama Bupati Bangli dan GM ICT Operation Telkomsel Bali Nusra saat peresmian tower di Desa Siakin

Sejalan dengan visi bisnis yang dijalankannya, mengingatkan kita pada sosok aktivis dan juga bapak pendidikan Indonesia ‘Ki Hadjar Dewantara’ yang membuat suatu kiasan tajam tentang hal ini, yang kalimatnya “Masa, anak didik yang dapat ijazah sekolah tinggi tidak tahu di mana harus mencari makan? Kalah dengan cicak yang tidak sekolah, tahu di mana ada nyamuk dan tidak ada cicak jadi penganggur.” Begitulah kiasan pedas ‘Ki Hadjar Dewantara’ yang pada kesempatan itu menyentak agar anak-anak muda terdorong untuk mempunyai pribadi yang berdikari.

Karena pendidikan tinggi tak menjamin seseorang mampu bangkit untuk membentuk mental dan kecakapannya dalam membentuk peluang, maka pahit manis dan lika – liku perjalanan hiduplah yang menempa skill untuk bertahan dan jeli melihat peluang – peluang yang ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *