I Ketut Suparda – Konveksi Sandang Jaya
Melirik peluang usaha di bidang jasa konveksi dan garmen menjadi salah satu keputusan yang sangat tepat bagi I Ketut Suparda. Bukan tanpa alasan, hadirnya bisnis tersebut menjadikan kebutuhan primer turut terpenuhi. Tak hanya itu, jasa usaha yang khusus memproduksi pakaian ini akan selalu ada selama kegiatan atau kebutuhan di tengah masyarakat tetap eksis walaupun dalam tren penurunan akibat pandemi saat ini. Bahkan di prediksi bisnis tersebut akan terus bertumbuh dan turut berpengaruh terhadap efektivitas yang solutif atas kebutuhan masyarakat seiring menjamurnya e-commerce. Tak heran, bisnis yang kini masih digelutinya begitu serius di garap dengan selalu mengedepankan nilai tambah dalam kualitas layanan serta produk yang dihasilkan demi kepuasan pelanggan.
Benarkah industri rumahan tak dapat bertahan bahkan bersaing di era kapitalis dan perdagangan bebas seperti sekarang ini? Jawababnya, tentu tidak. Setidaknya, itulah yang mampu di buktikan oleh I Ketut Suparda lewat usahanya di bidang konveksi. Pria yang kini menginjak usia 55 tahun ini mengawali karir sejak dari skala usaha konveksi rumahan. Peluang usaha itu lah yang hingga kini ia geluti. Darinya, kita bisa melihat jika kepopuleran bisnis konveksi utamanya adalah disebabkan karena dua hal. Pertama, karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi, yaitu pakaian, merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Maka market untuk bisnis konveksi akan selalu ada. Pangsa pasar yang jelas, membuat tidak sedikit orang yang berusaha memaksimalkan potensi dari bisnis konveksi.
Yang kedua, bisnis konveksi menjadi populer karena entry barrier. Untuk bisa memulai bisnis ini tidak terlalu besar. Tidak seperti mesin – mesin produksi di industri lainnya yang harganya bisa mencapai ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah. Seseorang bisa memulai berbisnis konveksi dari rumah. Karena entry barrier yang tidak terlalu besar inilah tidak sedikit orang yang berani mencoba berbisnis konveksi. Meski demikian, menurut I Ketut Suparda, dalam pelaksanaan teknis pengerjaannya tentu tidak semudah membalikan telapak tangan.
Menjaga konsistensi serta tetap mendapat kepercayaan dari konsumen adalah berkat ketekunan dan kerja keras untuk menjaga kepercayaan lewat kualitas produk yang dihasilkan. Buktinya, bisnis yang kini di kenal dengan nama Konveksi Sandang Jaya, berlamat di Jl. Raya Denpasar, Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung kian berkibar dan tetap eksis menguasai cukup banyak mitra sebagai pasarnya.
Laki-laki paruh baya yang lebih akrab disapa Suparda ini pun menceritakan banyak hal terkait perjalanannya menapaki usaha yang ia bangun secara mandiri. Sejak tahun 1994, Suparda sudah mulai berinisiatif untuk serius dengan bisnis tersebut. Seperti kata bijak terhadap hidup yang seimbang antara berdoa dan bekerja, Suparda mengimplimentasikan dalam hidupnya.
Meski sekedar menamatkan pendidikan SMA, Suparda begitu menikmati proses selama luntang-lantung merambah dunia pekerjaan. Namun demikian, ia tidak mengelak jika perjalanan kisah serta pengalaman dari situ lah ada banyak menimba pelajaran serta ilmu untuk sukses dalam membangun usaha. Saat mendapat pekerjaan di bidang perbankan, konsep serta pola kerja, khususnya terkait ilmu marketing dan komunikasi banyak ia pelajari.
“Sebelumnya, saya tidak ada basic ilmu di bidang konveksi. Jujur saja, setelah tamat SMA dulu, pekerjaan saya luntang-lantung juga ya. Hingga saya memiliki pengalaman karir di bidang perbankan. Dan dari sana lah saya temukan ilmu komunikasi dan ilmu marketing ini,” cerita Suparda sambil mengenang saat diwawancarai di sela kesibukannya. Tampak tak direncanakan, menempa karir di sana selama kurang lebih satu tahun, ternyata tak hanya sekadar kebutuhan hidup yang bisa terpenuhi, namun juga relasi sosial yang baik dengan setiap nasabahnya.
Suparda pun dipertemukan dengan salah satu nasabah yang memiliki usaha konveksi. Namanya adalah Wayan Sumitra. Sejak saat itu lah, niat serta ketertarikannya untuk coba pelan-pelan menggeluti bisnis konveksi meski dimulai dengan kemitraan yang tujuannya untuk memasarkan produk kaos hasil sablonan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, karena di rasa ada peluang yang menurutnya sangat menjanjikan, Suparda akhirnya berani untuk keluar dari zona nyaman untuk meninggalkan pekerjaan di bidang perbankan.
“Awalnya yang mengajak untuk total terjun di bisnis konveksi ini dari salah satu teman baik. Namanya Bapak Wayan Sumitra yang kebetulan memiliki bisnis konveksi di wilayah Kediri, Tabanan. Saya mengenal bilau awalnya sebagai nasabah saya. Tetapi saat itu saya memiliki orderan kaos dan akhirnya kami bermitra untuk coba memasarkan kaos tersebut. Hingga akhirnya, saya dimotivasi oleh beliau. Jujur, untuk mendirikan usaha, saya turut di dorong oleh orang-orang baik ini dan kesempatan yang mesti saya jalankan karena memang melihat disana ada peluang,” aku Suparda bersemangat.
Suami dari Ni Ketut Wiranti ini pun menambahkan bahwa dirinya sangat optimis dengan bisnis konveksi meski secara teknis dirinya belum terlalu memahami konsep manajemen dan sistem kerjanya. Akan tetapi, keyakinan yang besar kian di pupuk oleh jiwa kerja keras dan ketekunannya untuk serius melakukan. “Kita memiliki sedikit ilmu marketing dan menguasai di beberapa segmen pasar. Jadi karena itu kita coba memulai belajar untuk mandiri,” pungkasnya.
Hal lain yang tidak ia elakan adalah karakter yang membentuk dirinya sebagai salah satu orang yang pekerja keras dan mandiri. Suparda mengaku jika karakter yang terbentuk berkat didikan kedua orang tuanya sejak kecil. Pria yang lahir di Badung, 28 Februari 1966 ini merupakan salah satu anak yang tumbuh dan hidup di tengah lingkungan keluarga sederhana dan hidup sangat berkecukupan. Almarhum Ayah dan Ibunya, I Made Tambring dan Ni Made Rubik merupakan seorang petani. Dari situasi itu lah, menjadi seorang anak laki-laki yang juga turut dan kerap ikut membantu kedua orang tua bertani, menjadikan dirinya serta membentuk kepribadian yang pekerja keras dan mandiri.
Tidak hanya itu, kedekatan Suparda dengan sosok Ibu menjadi lembaran kisah yang tak bisa larut di telan zaman. Sosok Ibu baginya adalah berkat yang dititipkan untuk mengisi ruang dalam hidupnya. Sebagai sumber motivasi sekaligus sandaran yang kokoh ketika langkah kakinya lelah menapaki anak-anak tangga kehidupan. Modal hidup itulah yang sampai saat ini turut menjadi kunci kesuksesannya.
“Basic orang tua adalah petani yang memiliki lahan. Sehingga saya diajarkan untuk mandiri. Dan jujur saya sangat dekat dengan sosok Ibu. Ibu saya itu yang menuntun anak-anaknya untuk bisa hidup mandiri. Bagaimana menghadapi tantangan hidup yang keras. Tentu caranya adalah kerja keras. Dan tempaan-tempaan itu yang saya bawa hingga saat ini. Seiring perjalanan waktu juga, saya di tempa dengan pengalaman di lingkungan kerja dan bisnis. Saya meyakini bahwa kesempatan baik ini adalah berkat campur tangan Tuhan dan wujud nyata dari doa-doa orang tua dalam diam mereka. Tentu Tuhan pasti akan memberkati ketika kita berkerja keras. Terpenting itu saja, wajib bekerja keras,” ungkap Suparda.
Hal tersebut serasi berjalan dengan bisnis konveksi Sandang Jaya yang sampai saat ini masih berjalan. Meski di tengah situasi pandemi, usaha Suparda masih tetap eksis dan tentu masih memenuhi permintaan pasar. Dengan tetap dibantu oleh 12 karyawan profesional yang terbagi-bagi mengisi di ruang produksi, mulai dari tukang jahit, tukang potong, sablon dan lain sebagainya, semakin menghantarkan hasil produk yang layak dan berkualitas. Tak hanya itu, mitra atau relasi bisnis pun turut menjadi bagian yang sangat penting selama menjalankan roda usaha.
Tak heran, jika bisnis konveksi milik Suparda mampu memenuhi kebutuhan khusus dan permintaan pasar dari sejumlah sekolah yang ada di Bali. Seperti diantaranya sekolah yang ada di daerah Badung, Tabanan, Gianyar, dan lain sebagainya. Jika di totalkan, kurang lebih ada 50-60 sekolah dari tingkat SD sampai SMA menjadi pasarnya.
“Kita kerja sama dengan beberapa sekolah, tentu dengan menjaga kepercayaan dan kualitas ya. Sehingga kalau kualitas kita bagus, kedepannya kita tetap bisa di percaya. Jadi memang perjuangan kita adalah itu. Sehingga memang benar-benar bekerja dengan kualitas yang baik. Dan ketika ditanya integritas apa yang di tanamkan sehingga bisa di percaya? Yang pasti kita menjaga mutu kualitas produk dan pelayanan.
Melayani serta memberi alternatif pilihan yang tepat waktu. Sehingga pihak sekolah pun tidak merasa kesulitan jika ada pengadaan baju sekolah. Sehingga sejauh ini, ruang lingkup market kita memang lebih di utamakan ke pihak sekolah dan juga tidak ketinggalan beberapa prodak yang bersifat umum untuk masyarakat luas turut kami kerjakan,” tutup ayah 4 anak ini.