Turmudi – Tidy Exclusive Tailor
Ada kisahnya, Turmudi pria asal Madiun memilih mendesain pakaian di jalur karirnya. Saat itu di tahun 1990, bertepat di Jalan Legian, peluang usaha yang memiliki keuntungan yang besar dan kecil resiko adalah pakaian, terutama yang berbahan dasar kulit. Namun di tahun 1991 adanya peristiwa perang teluk Iran dan Irak, membawa perubahan pada pesatnya persaingan antara pemilik usaha, tak terkecuali bisnis pakaian.

Di pasaran yang masih bagus, Turmudi pun menekuni bidang ini bersama istri. Dengan pengalaman yang semakin mumpuni, mereka pindah ke Jalan Kartika Plaza pada tahun 1995 – 2007, hingga menemukan lokasi yang ideal di daerah Tuban dan menempatinya sampai saat ini. Di tahun yang sama pula, Turmudi mulai bisa menyerahkan ilmu menjahitnya kepada istri, sedangkan ia fokus dalam hal mendesain pakaian sesuai dengan pesanan.
Turmudi sendiri dalam mengelola usaha tailornya yang berlokasi di Tuban, Kuta, lebih percaya diri dalam hal mendesain dan memilih material kain yang akan digunakan, spesialnya pada pemesanan gaun pengantin, sedangkan untuk proses menjahit, ia lebih mempercayakan kepada para karyawan yang handal di bidang tersebut.
Tidy Exclusive Tailor yang berpengalaman menerima customer wisatawan mancanegara, tak mampu menutupi usahanya yang juga berdampak pandemi. Turmudi pun mencari akal mengisi kekosongan waktunya dengan membuka sebuah coffee shop sederhana. Namun lagi-lagi karena PPKM, kedainya hanya bisa menerima orderan via online dan tentu mengurangi pendapatan usahanya tersebut.
Selain mendesain pakaian, pria kelahiran tahun 1966 ini, berkeinginan kuat bersama rekan-rekannya untuk mulai terlibat dalam kegiatan sosial, dengan mendirikan sarana pendidikan, bernama Sekolah Mutiara yang berlokasi di Jimbaran pada tahun 2016. Seiring berjalannya waktu, disadari oleh Turmudi, ternyata niat baik saja tidak cukup, sekolah tersebut harus benar – benar memberikan prosedur pelayanan dan fasilitasnya yang terbaik. Secara perlahan sekolah tersebut yang hanya terdiri atas TK hingga SMP, kemudian memperluas areanya dengan tempat parkir, fasilitas olahraga dan penambahan layanan pendidikan untuk SMA.
Merantau dan Temukan Peluang Usaha di Bali
Memiliki delapan orang saudara dan dilahirkan di tengah keluarga sebagai mandor petani tebu, Turmudi mau tak mau harus ikut membantu pekerjaan ayahnya tersebut, demi bisa membayar uang sekolah. Ia pun meningkatkan skill-nya dalam bahasa Inggris selama tiga bulan. Setelah menyelesaikan kursusnya, ia berangkat ke Yogyakarta, menantang ilmu yang dimiliki dengan berkomunikasi langsung dengan turis di sebuah obyek wisata.
Dari modal bahasa asing yang mumpuni, Turmudi melancarkan rencananya untuk merantau ke Bali. Namun meski telah memiliki ilmu tersebut, tetap saja ia membutuhkan perjuangan untuk melanjutkan nasibnya di Bali.
Di hari pertama, Turmudi dilanda kegalauan, apa yang akan ia makan hari itu dan di mana ia akan tidur. Padahal kesepakatan sebelumnya oleh seorang teman, ia akan diajak tinggal bersamanya. Namun nyatanya, temannya tersebut juga numpang di suatu rumah yang juga bukan tempat tinggalnya.
Meski Turmudi mendapat izin untuk tinggal di tempat yang tersebut, ia berupaya segera mendapat tinggal dengan mencari pekerjaan. Ia kemudian menemukan peluang tersebut dan bekerja di Legian pada penjual pakaian serta kelengkapannya seperti ikat pinggang dan kacamata. Tak hanya alasan demi mendapatkan uang, ia pun memanfaatkan pengalaman ini untuk lebih banyak berkomunikasi dengan turis, melalui customer dari pedagang pakaian yang sebagian besar adalah turis.
Sambil menyusuri Jalan Legian, Turmudi bertekad harus memperbaiki nasibnya secara perlahan, salah satunya dengan cara menambah relasi untuk terus survive dan membuka pintu rezekinya. Meski harus menjalani proses yang tidak mudah. Namun ia banyak belajar bahwa Tuhan sebagai Sang Pencipta kita, lebih tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
Darisanalah terjadi kontra, sebagai manusia yang menginginkan sesuatu dalam hidup, berbeda dengan kehendak Tuhan pada takdir yang harus kita jalankan. Maka penting daripada kita sebagai manusia, menemukan jati diri kita terlebih dahulu dan banyak berkomunikasi dengan diri sendiri, tentang apa kelemahan dan kelebihan kita. Bila kita sudah menemukan jawabannya dan memahami diri kita sendiri, rasa mencintai diri sendiri dan kebahagiaan pun muncul. Setelah itu berserahlah kepada Tuhan, atas segala rencana kita, yakinlah tak ada yang lebih baik daripada berjalan di jalan Tuhan, apapun kondisinya.
One thought on “Berupaya Pada Proses dan Berserah Akan Hasilnya Kepada Sang Pencipta”