I Wayan Kerta – UD. Rajin Bangunan
Di area lingkungan tempat tinggalnya dan diantara sanak saudaranya, I Wayan Kerta berani mengambil langkah untuk mencoba sebuah usaha yang mungkin masih dianggap “bukan daerah kekuasaan mereka” oleh masyarakatnya. Meski sempat dianggap sebelah mata atas idenya tersebut, namun ia tetap optimis mendobrak kesempatan emas tersebut, untuk menjadikannya kesuksesan yang berwujud nyata.
Dipengaruhi daerah tempat tinggal, Susut, Kabupaten Bangli, yang sebagian besar sebagai peternak, juga berangkat dari orangtua yang merupakan pedagang, I Wayan Kerta mengawali usahanya sebagai peternak ayam petelor pada tahun 2000. Usaha tersebut pun sampai saat ini masih berjalan, hanya saja dikelola sepenuhnya oleh adik kandungnya, sedangkan dirinya memilih merambah ke usaha lain, yakni toko bahan bangunan yang bernama “UD. Rajin Bangunan” berlokasi di Jalan Kesumayudha, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.
Toko bahan bangunan yang awalnya masih dengan model bangunan sederhana di atas tanah sekitar yang masih berupa semak dan atap berupa asbes, sempat membuat para sales ragu untuk menawarkan produk mereka. Bagi Wayan Kerta, hal itu wajar adanya, namun ia tidak patah semangat untuk lebih mengembangkan usaha kedepannya, semakin lebih baik lagi.
Dengan spontannya, Wayan Kerta pun mengakui tak memiliki bekal khusus dalam dunia marketing dalam memasarkan produknya, maupun memperoleh barang. Ia hanya mengandalkan sebuah tekad yang baik yang ada dalam dirinya. Ia meyakini dimana ada tekad baik, ia pun akan dipertemukan dengan orang yang juga memiliki visi misi yang sama.
Berselang dua tahun, toko bahan bangunan yang sudah mulai meraup keuntungan, Wayan Kerta juga tertarik untuk menjual barang-barang elektrikal kebutuhan rumah. Atas persetujuan orangtua, usaha tersebut pun dijalankan, dengan tetap mengoperasikan usaha peternakan, dan toko bahan bangunan. Karena sangat disayangkan seluruh usaha yang sudah dimulai dari nol dan kerja keras, dihentikan begitu saja.
Sebuah langkah yang masih dianggap seolah keluar dari “peraturan” daerah tempat tinggal, membuat Wayan Kerta sempat diragukan akan langkah yang akan diambil. Namun ia memilih tak memikirkan hal-hal yang dapat membuatnya pesimis, ia lebih berfokus bagaimana agar ia dapat memulai usahanya dan komitmen dalam menjalankannya.
Mengambil Berbagai Pekerjaan
Berpendidikan terakhir SMP, Wayan Kerta cukup bersyukur dapat menempuh hingga ke jenjang tersebut dari orangtua yang bekerja sebagai petani dan pedagang serabutan. Seiring usia terus bertambah, ayahnya sudah tak sanggup untuk mengambil dua pekerjaan sekaligus, sehingga berhenti sebagai pedagang.
Hambatan ekonomi pun menjadi penyebab Wayan Kerta tak bisa melanjutkan sekolah. Tak hanya di pendidikan, karena kondisi tersebut, ia pun sempat minder dengan lingkungan pertemanannya yang memiliki tingkat perekonomian diatas keluarganya. Agar tak hanya sibuk dengan kesedihannya, tamat SMP, ia bersama ibunya kemudian melangkahkan kakinya untuk merantau ke Denpasar.
Di metropolitannya Pulau Dewata, Wayan Kerta mengambil pekerjaan apapun yang baginya bisa ia lakukan. Ia pernah bekerja sopir pribadi, sopir angkot, tukang kebun dan berjualan sayur di Pasar Kumbasari selama dua tahun bersama Sang Ibu. Sayur tersebut ia dapatkan dari kebun milik seseorang yang ia petik sejak pagi, hingga berjualan pada malam hari. Tak berhenti pengalamannya sampai disana sebagai perantauan, Wayan Kerta juga mencoba pekerjaan kasar, dengan belajar mencetak batako.
Setelah memasuki bahtera rumah tangga di usia muda yakni 22 tahun, Wayan Kerta memutuskan untuk mulai serius membangun sebuah usaha. Meski hanya lulusan SMP, ia tak mau ambil pusing dengan resiko yang akan ia terima kedepannya, mungkin karena sejak kecil sudah berkawan dengan kerasnya kehidupan, ia seolah sudah masa bodoh akan urusan tersebut.
Keputusan untuk berwirasuaha sebaga beternak ayam petelor di kediamanannya dengan modal dari hasil mengumpulkan uang bersama adik-adiknya pun terwujud. Uang pun terkumpul sebesar 25 juta, astungkara dengan pengelolaan yang kompak dilakukan oleh keluarga, usaha peternakan ayam ini pun masih berjalan sampai saat ini.
Bertahan Meski Di Tengah Pandemi
Meski dunia masih diselimuti dengan pandemi, Wayan Kerta mengungkapkan sejauh ini di daerah Bangli yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani masih berjalan stabil. Khususnya dalam usahanya, pun prosesnya masih berjalan sebagaimana mestinya, terutama pada usaha toko bahan bangunan. Hal ini patut ia syukuri, karena nasibnya lebih baik dibandingkan dengan bisnis rekan-rekannya yang berkecimpung di dunia pariwisata.
Berbeda cerita dengan usaha peternakan, Wayan Kerta sempat mengalami keterpurukan pada usahanya tersebut karena krisis moneter. Namun ia dan keluarga akhirnya bisa melaluinya dengan penuh keyakinan dan tak berhenti untuk bekerja keras.
Membangun usaha dengan bekerjasama antar anggota keluarga sendiri, disisi lain bisa ikut saling memberikan dukungan dalam hal finansial, sisi lain banyak mengatakan profesional kerja adalah nomor kesekian. Wayan Kerta tak menampik hal-hal terebut bisa terjadi dalam lingkungan usahanya, namun ia berupaya tetap berlaku seadil-adilnya dan terbuka dalam proses sekecil apapun.
Setiap tahunnya, pria kelahiran tahun 1973 dan keluarga mengadakan rapat evaluasi maupun sesuatu yang harus dilakukan pembicararaan bersama-sama untuk mengambil suatu keputusan. Atau acara sebagai hiburan untuk keluarga atas kerja keras yang telah dituangkan dalam usaha ini. Untuk orangtua yang tidak terlibat langsung, doa dan dukungan menjadi landasan utama yang bersifat mutlak bagi wirausaha sepertinya. Tanpa bekal kerohanian dalam menjalani hari-harinya, ia meyakini hidup ini tidak akan berjalan seimbang.
Sebagai wirausaha yang telah memulai usaha di usia muda, Wayan Kerta mencoba berbagi pengalamannya melalui pesan-pesan yang mungkin mampu memberikan manfaat bagi generasi muda. Mulailah dengan mengambil langkah nyata, komitmen dalam menjalaninya, jujur dan jangan lupa akan pentingnya doa sebagai pengiring usaha yang kita jalankan.
Terlebih di tengah pandemi, bagi Wayan Kerta, kita harus banyak bersyukur dan berserah kepada Sang Pencipta. Berharap semoga seiring dengan penantian seluruh individu di dunia ini, kondisi akan segera pulih, tentunya dengan dukungan dari masyarakat agar tidak redup untuk tetap mengikuti protokol kesehatan, demi menjemput protokol kesuksesan di era new normal yang terbuka bagi siapa pun.