I Nyoman Trisna Putra – UD. Sri Rejeki Kapal
“Tidak ada hidup yang bersih dari hambatan. Mengatasi hambatan itulah yang membuat kita disebut berhasil,”. Sepenggal kalimat motivasi yang sedikit banyaknya mampu menggambarkan suksesnya perjalanan panjang yang telah dilakukan oleh mendiang. I Made Jono. Sosok penting ini merupakan aktor utama di balik kibarnya bendera usaha UD. Sri Rejeki Kapal, Jalan Raya Kapal No 85, Br. Celuk Kapal, Mengwi, Badung-Bali.
Dalam ranah bisnis, UD. Sri Rejeki Kapal termasuk perusahaan yang cukup di perhitungkan. Baik dari segi pelayanan dan produk yang berkualitas maupun ketersediaan bahan bangunan pura yang memadai demi memudahkan konsumen membeli sekaligus memilih model atau desain yang sesuai keinginan. Bagaimana tidak, perusahaan bahan bangunan pura yang juga memiliki outlet cabang di Jalan Raya Abianbase-Dalung, Jalan Raya Denkayu-Marga, dan Jalan Raya Anggungan-Lukluk ini menyediakan beragam jenis bahan bangunan yang lengkap khas kearivan lokal desain ala Bali. Seperti diantaranya sanggah kayu dan beton, balai Bali, balai katil, pintu bali, piyasan, jempana, paving, buis, batako, penempel kolong, ring-ring, tali ijuk, ijuk, kapu-kapu dari kayu, kincut, dan lain sebagainya.
Namun di balik suksesnya usaha yang dirintis oleh I Made Jono ini, ada banyak pengalaman atau bahkan tempaan hidup yang menjadi motivasinya. Selain semangat kerja keras, Alm. I Made Jono pun harus berkawan dengan kegigihan. Dan hingga kepergiaannya meninggalkan Istri, anak dan sanak-saudaranya, cerita bahkan memori hidup yang masih di kenang kian menyiratkan banyak pesan dan pelajaran baik untuk diteruskan. Hal itu pula yang terus di pertahankan I Nyoman Trisna Putra, anak sulung dari I Made Jono, untuk melanjutkan bisnis. Bersama sang Ibu yang masih hidup, Ni Made Sujani, I Nyoman Trisna Putra banyak mengisahkan tentang sosok dan perjuangan sang legenda keluarga tersebut. Inspirasi dari semangat perjalanan hidup sang Ayah lah yang terus memacu I Nyoman Trisna Putra tetap menjalankan bisnis tersebut.
Meski di tengah pandemic yang sedang melanda, yang seolah meyisihkan orang-orang yang masih bertahan dengan peliknya dunia, terus ia kayuh dengan semangat kerja keras untuk mempertahankan ‘keringat’ mendiang ayahnya. Bagi pria yang akrab disapa Putra, sosok Ayah merupakan sumber energi untuk bisa memulai sekaligus menata arah langkah yang lebih baik. Meski terlahir di tengah keluarga yang perekonomian serba berkecukupan, Putra dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Sebagaimana kita ketahui, Orang tua dan anak adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga, dengan mengerahkan segala cara yang bijak, pasangan suami istri, I Made Jono dan Ni Made Sujani, mampu membentuk kepribadian putra untuk bisa bertanggung jawab.
“Kedua-duanya adalah sosok yang sangat hebat buat saya. Karena sejak awal, mereka sangat berjuang untuk bisa hidup. Bahkan tidak dari apa-apa. Dan perjuangan itu bukanlah hal yang kecil bagi saya. Lebih dari itu, saya juga di didik dari teladan mereka, seperti bagaimana saya harus bangun lebih dulu sebelum matahari terbit. Dan itu selalu diingatkan oleh almarhum Ayah,” ungkap Putra sambil mengenang.
Dalam perjalanannya pula, Putra tidak menapik bahwa apa yang telah di lakukan dan bahkan kini dititipkan merupakan pencapaian abadi dari sosok Ayah. Semua itu adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai orang tua sekaligus sebagai sosok laki-laki tangguh demi menghidupi keluarga. Bahkan tak hanya materi, namun juga kepribadiaan Ayah turut menjadi sumber inspirasi.
“Pastinya yang saya ingat dari sosok ayah adalah semangat kerja keras dan kesederhanaannya. Beliau tidak pernah memilih dan tidak mau membeda-bedakan. Kalau makan harus sama-sama dan lain sebagainya. Yang terpenting bagi Bapak, Ketika pekerjaan selesai dan bisa memuaskan pelanggannya, saya merasa disitulah letak kesuksesannya,” imbuh Putra.
Cara orangtua mendidik menjadi penentu perilaku anak di masa depan. Memang tidak ada cara sederhana untuk mendidik anak agar bisa tumbuh menjadi seperti yang diinginkan. Butuh usaha keras orangtua serta kesabaran mereka untuk bisa membuat anak lebih positif perilaku serta pencapaiannya saat dewasa nanti. Dan hal itu tampak mengarah pada apa yang kini bisa dirasakan oleh Putra. Menurutnya, tanggung jawab Ayah kepada anak-anak sangat begitu terasa besar pengaruhnya. Terlebih khusus di bidang pendidikan, mendiang Ayah sangat memperhatikan masa depannya. Sehingga, setelah menamatkan SMA, Putra melanjutkan cita-citanya untuk menjadi seorang dokter. Tidak tanggung-tanggung, ia pun disekolahkan ke Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan bahkan tanggungan biaya disanggupi oleh kedua orang tua. Meski dari segi finansial didukung oleh orang tua, namun bagi Putra hal tersebut menjadi tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan pendidikan.
“Awalnya ingin menjadi dokter terbentuk dengan sendirinya saat saya menginjak SMA. Kebetulan semua saudara mengambil pendidikan ekonomi dan tentu saya di arahkan juga untuk ikut kesana. Tetapi kebetulan teman seangkatan juga kebanyakan tertarik untuk sekolah kedokteran dari jurusan IPA, disitulah saya juga ikut tertarik. Banyak perjuangan hingga menjadi dokter. Pertama tentu harus tinggal jauh dari orang tua. Kedua dari segi finansial juga saya ini beda. Teman-teman lain yang menempuh sekolah kedokteran kan hampir banyaknya latar belakang orang tua seorang dokter. Sedangkan saya dari anak wiraswasta yang tentunya berpenghasilan tidak tetap. Yang pastinya mereka harus berjuang keras untuk bisa memenuhi biaya pendidikan saya,” jelas Putra.
Saat ditanya terkait apa yang ingin dilakukan untuk kedua orang tua, terlebih khusus kepada sosok Ibu yang sampai saat ini masih hidup, Putra dengan yakin menjawab dengan tidak memberikan harapan yang banyak. Hanya satu tekadnya yaitu ingin terus memberikan kasih sayang dan perhatian. Menurut pria kelahiran Badung, 21 Oktober 1985 ini, wujud kasih sayang dan perhatian adalah kado istimewa yang tidak bisa terulang.
“Mungkin kita bisa mencari pendapatan atau finansial yang lebih, tetapi kasih sayang dan perhatian, pun kedekatan kita terhadap orang tua tak bisa terulang. Mengingat dari sejak kita lahir hingga tumbuh sampai saat ini pun berkat kasih sayang mereka. Oleh karena itu, wajibnya kita yang dengan kesadaran untuk menggali rasa dari setiap tetes keringat serta proses perjuangan mereka untuk bisa memupuk rasa cinta kita kepada orang tua,” aku suami dari Ayu Made Wid Karunia Devi tersebut.
Dari setiap perjalanan yang kini ia lalui, Putra pun meyakini bahwa apa yang ia rasakan adalah berkat semangat kerja keras dan perjuangan kedua orang tuanya. Meski tertatih, Putra mampu mengayuh perahu dengan memetik buah pelajaran dari kedua orang tuanya. Semangat untuk hidup mandiri tengah ia lakukan. Hingga saat ini, Putra bisa mengandalkan profesinya sebagai dokter profesional dengan membuka apotik yang lengkap dengan tempat prakter pribadi. Pada dasarnmya saya berpikir kenapa harus mendirikan apotek, karena memang saya ingin memberikan pelayanan yang terjangkau bagi masyarakat dengan kebutuhan obat dan pelayanan kesehatan berkualitas.
Terus di samping itu juga, saya bisa mengatur waktu untuk membangun sekaligus mengembangkan bisnis keluarga ini. Kita harus percaya bahwa jika ingin sukses tentu merasakan kesusahan terlebih dahulu. Yang jelas semua itu butuh proses, perjuangan dalam setiap lika-liku atau tantangan yang ada. Karena setiap usaha dan rejeki itu ditentukan dari semangat diri sendiri, bukan dari orang lain,” tutup Putra.
Sementara itu sosok Ibu, Ni Made Sujani, yang sempat diwawancarai ini juga menjelaskan jika dirinya tidak berharap banyak dengan apa yang akan diberikan oleh anak-anak untuknya. Dengan kesederhanaan, Ni Made Sujani hanya berharp agar anak-anaknya tetap tumbuh dalam keluarga yang rukun dan masih tetap menjaga semangat serta bauh jerih payah pengorbanan kedua orang tua. Terlebih khusus perjuangan yang diberikan oleh alm. Ayah.
“Mulai merintis sama Bapak dari tidak ada apa-apa. Jadi sambil mengurus anak-anak. Awalnya memang kita bekerja hanya betul-betul untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sementara profesi suami sebagai kuli bangunan yang setiap harinya keliling menggarap proyek di beberapa tempat, jadi kami membangun bisnis ini pun bermodal 100 ribu rupiah. Sehingga pengalaman, kisah dan semangat dari alm. Bapak diharapkan mampu menjadi sumber teladan anak-anak. Karena jujur, beliau adalah sosok pekerja keras,” jelas Ni Made Sujani. Lebih jauh, Ibu tiga anak ini juga tidak memungkiri bahwa sosok suami sangat bertanggung jawab terhadap keluarga. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan secara finansial, namum beliau memiliki karakter yang sangat mencintai keluarga dan mampu meyakini kami semua bahwa apa yang di raih adalah sebuah bentuk campur tangan Tuhan.
“Dari awal semuanya selalu sama-sama kami lakukan bersama. Bahkan samapi sekarang putra sulung kami seorang dokter dan karena memang itu cita-cita dia kami harus mendukung. Dan tidak hanya itu, kami meyakini bahwa ada campur tangan Tuhan disini. Bahkan hanya berdoa lah yang kerap menjadi sandaran saya dan alm. Bapak, kemudian kami imbangi dengan semangat kerja keras. Pastinya, harapan untuk anak-anak, saya berpesan agar tetap bekerja keras memperjuangkan nasib dan hidup selanjutnya,” pungkas Ni Made Sujani.