Orang Muda Berkarya : Kayuh “Perahu” Perusahaan Rintisan Orang Tua Melalui Penerapan Sistem Modern

Orang Muda Berkarya : Kayuh “Perahu” Perusahaan Rintisan Orang Tua Melalui Penerapan Sistem Modern

Elvina Wiyanto – CV. Resvila

Perkembangan zaman dan teknologi informasi membuka peluang tumbuhnya model ekonomi baru. Suka tak suka, siapa pun harus segera dapat beradaptasi dan bertransformasi pada tren zaman. Di segala sektor, baik dalam bidang industri kreatif, pertanian, hingga pasar ekonomi ikut berubah mengikuti tuntutan perkembangan.

Satu-satunya cara yang tak bisa dipungkiri adalah keterlibatan kapasitas orang muda (Kaum milenial) sebagai kunci demi membuka gembok perubahan, melakukan pembenahan serta penyesuaian. Sehingga kemudain, keterlibatan itu mampu disiapkan untuk tetap bertumbuh menopang perekonomian di tengah gelombang perubahan arus zaman.
Salah satu ciri yang tampak jelas terlihat dari pengaruh serta peran orang muda ini adalah datang dari salah satu sosok dara cantik kelahiran Banyuwangi, Elvina Wiyanto. Perempuan muda yang sangat bersemangat; tak hanya mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang Istri untuk mengurus kesibukan di rumah, Elvina Wiyanto turut membuktikan diri untuk bisa berkecimpung di dunia bisnis sebagai seorang Direktur muda di sebuah perusahaan.

Saat ini, perusahaan yang dikelolanya di kenal dengan nama CV. Resvila yang beralamat di Jalan Cargo Taman II, Ubung Kaja, Denpasar, Bali. Meski di tengah situasi pandemi Covid-19 yang sudah cukup lama mewabah dan cukup melumpuhkan perekonomian dunia, perahu perusahaan yang dikelolanya ini masih tetap berdiri kokoh dengan tetap mempekerjakan cukup banyak karyawan. CV. Resvila sendiri di kenal sebagai perusahaan yang tetap eksis sebagai distributor retail khusus bahan pangan. Dengan semangat membangun, menjunjung sikap profesional dan jujur, Elvina Wiyanto sukses mempertahankan relasi dan jaringan untuk menjalankan pendistribusian ke seluruh pelosok pulau Bali.

Namun di balik kesuksesannya itu, ada cerita panjang menghiasi perjalanannya selama menata karir hingga mampu mempertahankan perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Elvina Wiyanto atau yang akrab disapa Elvina ini tergolong salah satu perempuan beruntung. Bagaimana tidak, perjalanannya demi meraih kesuksesan sangat di dukung oleh kedua orang tuanya, Agus Wiyanto dan Sudarmiyati Hadi Susilo. Pun secara ekonomi keluarga, anak sulung dari dua bersaudara ini cukup bersyukur karena hidup serba berkecukupan. Di bidang bisnis yang kini ia jalankan merupakan hasil rintisan usaha dan kerja keras dari kedua orang tuanya.

“Awal merintis perusahaan memang dari Ayah dan Ibu. Pertama yang mereka bangun dengan nama CV. Crystal yang bergerak di bidang retail dan grosir. Akhirnya berkembang, Ibu saya ingin membuka bagian distributor khusus bagian pangan di tahun 2006. Tapi bisnis itu belum terlalu serius di kelola, namum masih tetap berjalan hingga saat ini. Nah bagian distributor yang kini dinamai CV. Resvila ini lah yang saya jalankan sekarang,” jelas Elvina saat ditemui.

Selama perjalanannya, perahu perusahaan cukup sulit berkembang. Pergantian nahkoda sering terjadi. Begitu pun bagi sosok Ibu yang sibuk mengurus banyak hal, baik itu aktivitas di rumah dan fokus membantu Ayah di perusahahaan CV. Crystal Tetapi gelombang yang di terjang kala itu tidak menyurutkan niat dan mimpi besar dari kedua orang tuanya. Hingga Elvina menamatkan pendidikan, barulah perusahaan tersebut di alih kendalikan oleh nya sejak tahun 2017 silam.

Dengan bermodal pengalaman besik pendidikan yang ia tempuh di luar negeri, Elvina pun mulai berbenah menata kembali perusahaan rintisan kedua orang tuanya. “Perusahaan ini memang sudah cukup lama berjalan. Saat itu saya masih mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Singapura dengan basic jurusan Acounting & Finnance. Dan setelah menamatkan sekolah, saya pun mulai di percaya untuk masuk ke ruang bisnis orang tua untuk melanjutkan usaha dan cita-cita mereka.

Begitu juga dengan adik saya yang sekarang di percaya memimpin perusahaan CV. Crystal,” jelas Elvina. Meski demikian, Elvina tidak serta merta langsung mendapat mandat sebagai pimpinan perusahaan. ia mengaku jika dirinya harus terlebih dahulu belajar dengan situasi kerja serta beradaptasi dengan sistem kerja yang sudah diterapkan sejak lama. Seperti istilah yang mengungkapkan practice makes perfect atau yang berarti ‘ala bisa karena biasa’ , sangat relevan dengan pengalaman Elvina semenjak pertama kali ikut bergabung bersama perusahaan Ayah-Ibunya.

“Jadi sebenarnya system dan tata cara kerja di luar negeri dan di Indonesia sendiri memang sangat jauh berbeda ya. Sehingga ketika saya balik ke Indonesia, saya tidak langsung menjadi direktur di perusahaan ini. Tetapi saya mesti belajar dan menyesuaikan sistem kerja kurang lebih selama satu tahun. Pastinya saya harus melakukan survei dulu lingkungan, jaringan relasi, dan juga termasuk orang-orang yang sudah lama bekerja serta mereka yang telah menjadi relasi atau rekan bisnis,” ujar Elvina.

Perempuan kelahiran 12 Desember 1992 ini mengaku, jika pembenahan yang mesti dilakukan adalah sistem manajemen. Seperti meninjau kembali proses bisnis perusahaan, struktur organisasi perusahaan, sarana dan prasarana di lapangan, keefektifan sistem yang sudah berjalan di dalam perusahaan dan kembali membina komitmen dari pimpinan perusahaan.

Langkah itu juga sebagai pilihan yang didapatinya selama menempa pengalaman saat bekerja di perusahaan Asuransi/finnance saat di Singapura. Ia pun tidak memungkiri, bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sistem kerja yang ia jalankan selama di Singapura dan saat bekerja di Indonesia.

“Pembenahan ini sebenarnya agar bisa fokus dan efektif saat bekerja. Misalnya dari awal kita masih menggunakan sistem manual. Semuanya di tulis, baik itu ketika ada yang memesan atau ketika mengirim barang. Ya dengan begitu, tentu ada banyak terjadi kekeliruan dan juga kecolongan. Dari sisi keuangan misalnya, kita sulit menghitung untung rugi perusahaan. Jadi ketika melakukan pembenahan, beberapa tahun terakhir sudah mulai ada ritme tim yang terbentuk,” jelasnya. Tak hanya itu, berkat ketekunannya untuk belajar dari banyak situasi serta selalu ingin belajar dari sejumlah karyawan senior terkait sistem kerja, Elvina pun mampu mengontrol manajemen yang efektif dari segala bidang kerja di perusahaan tersebut.

“Kalau saya bandingkan dengan yang dulu, memang sangat berbeda ya. Karena bagaimana pun sebelum saya tamat kuliah dulu, saya memang sudah ikut berkecipung di bisnis orang tua dan sangat merasakan perbedaannya. Sekarang ini perkembangannya lumayan pesat. Terutama pada bagian manajement kerja yang setidaknya sudah bisa membaca dan mengontrol segala sesuatu urusan. Baik itu dari sisi pemasukan, biaya yang keluar, stok pengadaan barang, hingga keuangan secara keseluruhannya sudah teratur. Jadi memang selama bekerja saya lebih banyak belajar juga dari karyawan-karyawan yang ada. Karena tentu di usia saya yang masih muda ini, saya butuh banyak belajar juga,” aku Elvina dengan sedikit tersenyum.

Ketika ditanya terkait dorongannya sehingga ingin serius bergeliat di bidang usaha keluarga di usia yang masih sangat muda, Elvina mengaku bahwa ada tanggung jawab besar yang mesti dijalankan. Ia berpikir jika kesempatan baik yang sudah dipercayakan oleh kedua orang tua tentu tak sama seperti kebanyakan anak lainnya. Dan dirinya tidak menapik bahwa membalas rasa syukur kepada kesempatan baik itu adalah tentu dengan memperlihatkan totalitas dan keseriusan untuk terus bekerja menjaga usaha rintisan orang tua.

Bagi Elvina, perusahaan yang telah di bangun oleh kedua orang tuanya sejak awal termasuk cita-cita serta doa mulia yang akan dititipkan kepada anak-anaknya. Sehingga wajibnya pula, Elvina bersama adiknya memanfaatkan kesempatan dengan bekerja sungguh-sungguh.

Alasan lain yang turut mempengaruhi keseriusan ini adalah keinginan serta niatnya untuk membalas budi baik orang tua kepadanya. Istri dari Putu Suryadi Marben, seorang kontraktor asal Bali tersebut mengatakan jika kesuksesan yang ia rasakan saat ini tentu berkat kerja keras dan keringat usaha orang tua.

“Melihat latar belakang pendidikan orang tua yang juga tentu tidak seperti kami anak-anaknya namun dengan gigih bekerja keras untuk mengembangkan dan memperjuangkan perusahaan ini. Bahkan bisa kuliah pun dari hasil kerja keras orang tua. Ya, istilahnya untuk meneruskan perjuangan mereka dan membalas pengorbanan mereka, sekaligus tanggung jawab juga, saya harus bisa untuk mempertahankan ini semua.

Apalagi dari cerita yang saya tahu, jika Dulu Bapak Ibu juga mulai dari nol membuka usaha ini. Karena awalnya, dengan bermodal lahan tanah di Denpasar. Berani memulai usaha di bahan sembako awalnya karena ayah saya dulu di PHK. Untuk membuka usaha pun Ayah saya berani memulainya dengan mengutang dulu. Jadi ya memang betul-betul ada kegigihan dan perjuangan keras dari mereka,” ungkap Elvina.

Meski ia mengaku bahwa di usianya yang masih muda untuk mempertahankan tentu jauh lebih sulit, tetapi dirinya meyakini bahwa hingga saat ini ia merasakan bahwa ada campur tangan Tuhan yang membantu lewat semangat kedua orang tuanya. Ia mengaku, bahwa sejak kecil dirinya mendapatkan pola asuh yang yang sarat dengan nilai kedisiplinan. Kedekatannya dengan sosok ibu kian menuntun perilaku serta sifatnya sebagai seorang perempuan yang siap bekerja keras. Serta tak lupa, Karakter yang tegas didapatinya dari sosok Ayah.

“Meskipun orang tua mampu dari sisi finansial, namun mereka selalu menanamkan ke diri kita bahwa apa yang kita miliki saat ini sifatnya hanyalah sementara. Sehingga jika kita tidak bekerja keras, maka bisa saja kita akan kehilangan segalanya. Ayah dan Ibu memang memiliki karakter yang bisa saling melengkapi saat mendidik kami.

Biasanya kita lebih dekat dengan Ibu. Ya, meskipun banyak bicara, tapi sosok Ibu selalu memacu kami untuk terus semangat bekerja. Lalu Ibu juga selalu menunjukan hidup mandiri. Apalagi sesama perempuan harus bisa berdiri sendiri tanpa harus bersandar pada laki-laki. Sementara karakter ayah memang sangat tegas mendidik kami. Jadi memang, saya bersyukur dengan semua ini,” imbuh Elvina.

Tak disangka, didikan itu akhirnya mampu membekas di setiap tapakan kaki Elvina demi menapaki jejak bisnis. Selain kesibukannya mengurus perusahaan CV. Resvila, ia juga kini tengah melebarkan sayap di bidang lain. Usaha berupa outlet bahan kue yang di kenal dengan nama Samudra Pangan Sejahtera itu ia rintis bersama adik iparnya sendri yang terletak di Kota Singaraja.

“Kunci dari membuka bisnis bagi saya adalah harus professional dan menghormati keputusan dari awal. Sehingga meskipun di kelola bersama keluarga sekalipun kami tetap bersikap profesioal selama membangun usaha tersebut. Juga jangan lupa fokus pada sistem yang di bentuk,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *