Kadek Indra Satria Ariada, S.Ars – Hitankara Architect
Kadek Indra Satria Ariada lahir di Gilimanuk, 11 Desember 1994, dari orangtua yang seperti karakter orangtua Bali kebanyakan, yang menyarankan agar anaknya bekerja di kapal pesiar. Dengan sedikit melawan arus, ia tetap memilih untuk mengikuti panggilan jiwanya, yakni di bidang arsitektur.
Lulus SMP, di masa pencarian jati dirinya, ia bertemu dengan salah satu kerabat yang sukses berkecimpung di bidang kontraktor. Didukung dengan hobinya menggambar, ia pun memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan, dengan jurusan teknik gambar bangunan, tepatnya di SMKN 3 Singaraja.
Kadek Indra begitu menikmati masa-masanya menimba ilmu, namun tak menampik, setelah lulus SMK, ia juga mulai tertarik menjadi seorang polisi. Sehingga ia memiliki dua pilihan, apakah akan melanjutkan ke fakultas arsitektur atau sekolah kepolisian.
Akhirnya diputuskan, Kadek Indra tetap pada pilihannya sejak awal, di bidang arsitektur. Awal mengikuti ujian SMPTN, ia masih gagal masuk seleksi, namun hal tersebut tak mengubah niatnya sama sekali untuk berganti haluan, bahkan diakui olehnya, fakultas arsitektur adalah satu-satunya fakultas yang dicantumkan pada ujian tersebut.
Pada ujian kedua, ternyata Kadek Indra kembali gagal. Mengetahui kenyataan tersebut, ibu dari Kadek Indra pun sempat marah atas sikapnya yang seolah “ngeyel” tidak mau mencoba di fakultas lain. Namun dalam hati Kadek Indra, yang sudah memiliki passion di bidang ini, sudah mengikrarkan, bila ia tidak lulus ujian tahun itu, ia akan menunda kuliah, hingga mengikuti ujian di tahun selanjutnya, tetap di pilihan yang sama.
Akhirnya tanpa diganggu gugat orangtua dan memiliki pendirian yang kuat, Kadek Indra berhasil lulus ujian pada tes ketiga di jurusan teknik arsitektur, Universitas Udayana. Ia pun mampu menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu telah yang ditentukan, yakni 4,5 tahun, tepatnya pada Januari 2018. Tiga hari sebelum wisuda, Kadek Indra telah mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan developer properti, hal ini menyebabkan proses wisuda pun jadi terbengkalai dan mundur pelaksanannya.
Tanpa memilih-memilih pekerjaan, mengingat ia masih minim pengalaman bekerja di sebuah perusahaan, Kadek Indra sempat ditempatkan pada beberapa posisi, seperti bagian logistic, purchasing dan serabutan. Meski demikian, pengalaman tersebut ia terima dengan sebaik-baiknya, karena baginya itu merupakan sebuah proses yang harus ia jalani, yang dapat menjadi bekal untuknya, meski berbeda bidang.
Menginginkan Tantangan Lebih
Dengan kerendahan hati dan mau bersikap terbuka dengan ilmu-ilmu di bidang yang berbeda, Kadek Indra pun dianggap memiliki kinerja yang baik, hingga akhirnya ia mulai menempati posisi yang sesuai dengan ilmunya, yaitu mensuplai gambar teknis dan arsitektur. Project perdananya dari perusahaan yaitu menangani 86 villa, ia kawal dari awal dengan kegigihan dan keuletannya, hingga tuntas di tahun 2018.
Merasa cukup matang mengambil proyek di luar perusahaan, ia pun mencoba mengerjakan proyek sebuah hunian, yang seharusnya merupakan pekerjaan dari jasa kontraktor. Dan ternyata gajinya dari perusahaan selama setahun, bisa ia peroleh dengan pengerjaan proyek dalam kurun waktu dua bulan. Hal ini pun memotivasi dirinya untuk mundur dari perusahaan secara baik-baik, setelah bekerja selama dua tahun.
Ada sebuah ketertarikan dari Kadek Indra untuk mencoba mempelajari desain interior. Ia kemudian mencoba melamar di sebuah perusahaan retail, dan dari sekian pelamar, hanya ia satu-satunya yang diterima pada posisi project coordinator atau penanggung jawab berjalnnya proyek dari awal hingga akhir.
Dengan posisinya yang mencangkup jobdesk, yaitu mengurus desain, budget dan supervisi, Kadek Indra sudah mencapai level manager, sebelum usianya 30 tahun. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri tentunya, karena rata-rata orang-orang pada umumnya, mencapai level tersebut setelah usia mereka di atas 30 tahun. Diakui oleh Kadek Indra, tak mudah ia memegang posisi tersebut, ia bahkan pernah mengorbankan kesehatannya sendiri, demi mempertanggungjawabkan pekerjaannya dan saking menikmati passionnya di dunia arsitektur.
Menciptakan Kingdom Sendiri
Meski gaji yang diperoleh sudah diatas rata-rata, masih ada rasa ketidakpuasan dari Kadek Indra dalam mengembangkan kreatifitasnya. Sebelum membangun usaha sendiri dan masih terikat dengan perusahaan orang, ia menemukan sebuah nama yang authentic, dan jarang dijumpai pada perusahaan lain, yaitu “Hitankara”, yang berasal dari bait kelima mantram Tri Sandhya, yang berarti membuat kebahagiaan bagi semua mahluk. Dengan pengalaman kurang lebih tiga tahunan mempelajari sistem manajemen perusahaan, ia mengcopy ilmu tersebut, dan mengaplikasikannya di perusahaan yang berlokasi di Sidakarya-Denpasar ini. Ia kemudian mulai merekrut accounting, marketing dan tiga orang arsitek, dan secara konsitensi menjalani kesempatan yang ada di depan mata dengan sebaik-baiknya.
Sejak November 2020, Kadek Indra masih melakukan meeting diluar ruangan bersama para timnya. Dari hasil proyek pertama Hitankara Architect, kemudian dimanage oleh accounting untuk mengelola pembangunan studio yang tengah berlangsung di Sidakarya.
Masa Kecil di Lingkungan Hutan
Bukan anak kota, sekalipun anak desa, Kadek Indra menggambarkan bagaimana masa kecilnya, persis hidup seperti di hutan. Kondisi ini dikarenakan, ayahnya yang bekerja sebagai polisi hutan di Taman Nasional Bali Barat. Meski tinggal di lingkungan hutan, bukan berarti orangtua mengabaikan pendidikan untuk sang anak, terutama pendidikan moral dalam keluarga. Salah satu didikan yang diterima Kadek Indra adalah “memerdekakan” keinginan kuatnya yang ingin diwujudkan dan berani mempertanggungjawabkan apapun keputusan yang diambil.
Didikan tersebut pun sudah tertanam sejak usia belia, di mana ia harus hidup mandiri jauh dari orangtua, untuk melanjutkan ke SMA di Singaraja. Meski sudah merasakan kerasnya hidup sejak kecil, namun karena jarak yang membatasi ia bertemu dengan orangtua, tanpa malu-malu ia mengungkapkan, ia masih suka bermanja-manja dengan orangtua hingga di sela-sela keproduktifan merintis Hitankara Arcitect, Kadek Indra menyempatkan diri untuk menghubungi orangtua atau pulang ke Singaraja. Ia selalu mengabarkan perkembangan usahanya, sekaligus meminta restu orangtua, agar dimudahkan dan dilancarkan. Tentu diimbangi dengan fokus kerja yang maksimal dan doa kepada Sang Pencipta, ia meyakini, sebagai hambanya, sekecil apapun usaha kita, Tuhan akan selalu menyertai mereka yang tak pernah menyerah untuk terus percaya.