“Berangkat Dari Kelompok Tani” KSP Mertha Buana Terus Bertumbuh Untuk Kesejahteraan Petani dan Anggota

“Berangkat Dari Kelompok Tani” KSP Mertha Buana Terus Bertumbuh Untuk Kesejahteraan Petani dan Anggota

Sebelum terjun ke dunia koperasi dan menjadi ketua sekaligus manajer di KSP Mertha Buana, sosok putra daerah yang bernama I Dewa Gede Adi Putra ternyata pernah mengalami perjalanan hidup lebih keras dibanding teman sebayanya di waktu sekolah. Dirinya mengaku sempat menjadi sopir truk ketika masih duduk di bangku SMA, penghasilan dari pekerjaannya itu pun hampir menyamai pekerjaan yang membutuhkan latar pendidikan khusus, membuatnya sempat berfikir untuk berhenti bersekolah dan fokus untuk bekerja, namun atas desakan dari kakak sepupunya untuk tetap menyelesaikan pendidikannya, mau tak mau dirinya harus mengikuti saran tersebut.

Selain yang paling mendukungnya untuk melanjutkan sekolah, kakak sepupunya pula yang memperkenalkan Dewa Gede Adi Putra untuk mulai mengenal bidang pekerjaan tersebut, yang di mana kakak sepupunya saat itu adalah pemilik dari truk yang dinaiki Dewa Gede Adi Putra. Sebelumnya pria asal Kintamani ini, juga pernah sebagai buruh kerajinan tangan, semenjak saat itu niatannya untuk bekerja semakin tinggi, apalagi melihat kondisi ayah yang hanya bekerja sebagai tukang bangunan dan ibu sebagai ibu rumah tangga, nyatanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka setelah tamat SMA, tanpa pikir panjang, ia langsung bekerja sebagai buruh tani jeruk di Desa Katung, jadi sopir truk untuk mengangkut material dan kemudian menjadi sopir cadangan dikarenakan unit truk dijual oleh pemiliknya.

Baca Juga : Kegigihan Menempuh Perjalanan Jauh yang Terjal dan Berliku Berbekal Sepotong Doa Dapat Wujudkan Hidup yang Lebih Bermanfaat

Pekerjaan demi pekerjaan silih berganti dari tahun 2006 hingga pada tahun 2011, concern Dewa Gede Adi Putra mulai terpaku pada kesejahteraan klaster buruh tani jeruk dengan membentuk sebuah kelompok tani. Dalam perjalanan kelompok tani tersebut kemudian bertransformasi menjadi badan usaha koperasi yang berjumlahkan 24 orang petani. Lambat laun kemudian bertambah menjadi 48 orang, terdiri atas 24 laki-laki dan 24 perempuan, dari himpunan petani tersebut terkumpulkan modal awal Rp. 24 juta dengan langsung berbadan hukum pada tahun 2011 dengan nama KSP Mertha Buana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *