Terpilih menjadi Perbekel Desa Mas, I Wayan Gede Darmayuda memang sering terjun ke masyarakat bahkan sebelum ia bertugas menjadi perbekel. Saat masih bekerja sebagai pemandu wisata tamu Jepang, ia menikmati kegiatan sosial yang juga melibatkan orientasi profesinya tersebut. Pria kelahiran 7 April 1974 ini, mengajak para tamu untuk melakukan aksi pembagian pakaian bekas yang masih layak pakai untuk warga tidak mampu di Desa Mas, Ubud. Tak hanya pakaian, material lain seperti sarana pendidikan juga ia salurkan ke sekolah, fasilitas kursi roda dan lain-lain. Alhasil, sikap empatinya mendapatkan simpati dari masyarakat Desa Mas untuk memimpin desa yang terkenal dengan seniman pematungnya tersebut.
Darmayuda dilahirkan dari ayah pensiunan veteran masa perjuangan tahun 1945, beliau juga mengabdi di desa sebagai bendesa adat selama 10 tahun lamanya dan sang ibu merupakan pedagang kecil-kecilan di pasar. Anak ke-9 dari 10 bersaudara ini, hanya menamatkan sekolah sampai SMA, meski ia sempat mampu membiayai pendidikannya secara mandiri dari pekerjaannya sebagai pematung, namun passion-nya untuk segera menjadi pemandu wisata sudah tak sabar ia lakoni.
Baca Juga : “Berangkat Dari Kelompok Tani” KSP Mertha Buana Terus Bertumbuh Untuk Kesejahteraan Petani dan Anggota
Sebagai pemandu wisata tamu Jepang, menjadi fokus pilihannya dengan bekal bahasa Jepang yang telah didapatkan dari SMA dan mengikuti kursus tambahan. Setelah mengikuti pelatihan, ia pun diterima bekerja di “Paradise Bali”, tak hanya sebagai pemandu, ia juga dipercaya menempati posisi “Judge Relations” yang bertugas memberikan solusi atas keluhan dari para tamu.
Tak hanya menambah jam terbangnya sebagai pemandu wisata, relasi Darmayuda pun berkembang dengan perkenalannya dengan wisatawan Jepang tak hanya sebatas tamu dan guide. Mereka (wisatawan Jepang) tertarik untuk bekerjasama dengan orang lokal sepertinya untuk merintis usaha. Sebut saja, usaha yang sempat dijalankan seperti kuliner hingga agent guide bernama “Daisuki Bali” bersama wanita yang kini menjadi istri dari Darmayuda. Tak hanya mengembangkan usaha, jauh sebelumnya ia pun sempat mendapat tawaran bekerja di Jepang sebagai “arbaito” (pekerjaan sampingan) di sebuah karaoke kecil, namun hanya bertahan selama tiga bulan.