I Wayan Sudiarsa – Tiga Ayu Mart
Agar bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa, tentu tidak bisa dilakukan dengan cara yang biasa-biasa saja. Butuh keberanian yang besar untuk memilih dan melakukan. Hal itu pula yang terus di pupuk oleh I Wayan Sudiarsa selama mengembangkan bisnis berupa toko modern yang di kenal dengan nama Tiga Ayu Mart. Baginya, kunci keberanian yang tengah ia terapkan adalah dari sikap disiplin serta berguru pada pengalaman di setiap situasi ataupun kondisi selama menapaki perjalanan rencana kerja. Dua hal itulah yang menjadi modal besar baginya untuk tetap berkarya hingga saat ini.
Bagi I Wayan Sudiarsa, tantangan bukanlah suatu hal yang menghambat perjuangan usaha. Justru menurutnya, ketika sebuah tantangan menghampiri, maka hal itu menjadi momentum untuk lebih menggali potensi diri sehingga dapat menemukan peluang – peluang lain yang tak kalah menguntungkan. Saat di temui di sela kesibukannya, putra daerah kelahiran Denpasar, 9 Desember 1975 ini banyak menceritakan kisah perjalanannya. Termasuk, jalan hidupnya yang juga tidak ia sangka bisa menjalankan peran sebagai pengusaha. Semua bermula dari kedekatannya dengan salah satu kawan sebayanya, alm Nyoman Kariasa, yang sejak menginjak usia belasan tahun sudah melewati banyak cerita bersama di ranah pekerjaan.

“Awalnya memang saya ini bukan pengusaha. Bahkan sampai sekarang. Tetapi karena kebetulan, teman kecil saya, alm Bapak Nyoman Kariasa, yang sejak awal merintis usaha di bidang distributor gas LPG, mengajak saya untuk bersama-sama. Saya sering ikut beliau, menemani kerja – kerja beliau,” tuturnya saat diwawancarai. Jalinan pertemanan yang baik, nyatanya kian mempererat frekuensi semangat yang sama diantara mereka. Beberapa pekerjaan, masing-masing dikerjakan dengan serius. Mulai dari proses pendistribusian dan menjejaring relasi yang lebih luas tentu menjadi sebuah prospek kerja yang sangat serius untuk dijalankan. Hingga akhirnya, sikap keterbukaan, tanggung jawab, dan disiplin menjadi bagian terpenting untuk sama – sama menjaga serta mampu meraih sebuah tujuan.
Baca Juga : Berbakti Untuk Keluarga dengan Menjadi Ibu Sekaligus Kepala Keluarga yang Mandiri
Bagi I Wayan Sudiarsa, pengalaman tersebut kian membentuk dirinya menjadi kepribadian yang pekerja keras. Terlebih selain tuntutan kebutuhan, dirinya harus bisa bertanggung jawab dengan pekerjaan tetapnya sebagai karyawan di PT. Angkasa Pura di divisi pengembangan. Kurang lebih 16 tahun lamanya, pria yang akrab disapa Sudiarsa ini mengerahkan segala potensinya untuk tetap menjalankan tugas semaksimal mungkin. Baik di tempat ia bekerja maupun ketika menjalankan usaha bersama alm Nyoman Kariasa. Tak heran, jiwa entrepreneur yang dimiliki Sudiarsa semakin tumbuh dan berkembang selama mengerjakan beragam tugas bersama kerabat sepermainannya dulu.
Baca Juga : Berbakti Untuk Keluarga dengan Menjadi Ibu Sekaligus Kepala Keluarga yang Mandiri
“Kebetulan kita kerjanya shift atau bergantian, sehingga memiliki waktu untuk ikut bersama Beliau. Jadi memang saya banyak belajar dari sana. Beliau banyak membimbing dan jiwa pekerja keras bisa saya temukan saat disana. Jadi memang dulu itu kami menaruh kejujuran, keterbukaan dan juga kedisiplinan dalam bekerja. Meski sering berdebat, tapi kami selalu mengambil banyak pertimbangan dan jalan tengah untuk setiap keputusan. Lebih dari itu, saya merasa, sosok alm Nyoman Kariasa ini seperti orang tua saya. Hal-hal baik maupun buruk bisa saya temukan dari beliau,” Aku Sudiarsa. Setelah kepergiaan kerabatnya itu dan dirasa bahwa modal yang dimiliki Sudiarsa cukup untuk mengembangkan usaha, ia pun memilih untuk serius menekuni usaha sendiri.
Suami dari Nynna Augustin Sumadi ini pun mencoba memilih membuka usaha toko modern berbentuk minimarket yang di beri nama Tiga Ayu Mart. Lebih tepatnya pada tanggal 23 Januari 2013, setahun sebelum Sudiarsa memilih untuk berhenti dari pekerjaannya di PT. Angkasa Pura. “Untuk pemilihan namanya sendiri, kebetulan dari nama ketiga anak perempuan saya. Nama awal ketiga-tiga nya adalah Ayu. Hingga saat ini, sudah ada 6 toko modern yang kami bangun. Rencananya tahun ini akan kami konsepkan untuk dijadikan dalam satu payung perusahaan,” terang Sudiarsa. Selama menjalankan beragam tugas dan tanggung jawabnya, Sudiarsa tumbuh dalam lingkaran pertemanan yang positif. Tidak hanya sekadar memberikan motivasi, namun juga ia dipertemukan dengan banyak masukan baik untuk membangun usaha.
Baca Juga : Membangun dan Membina Hubungan Kemanusiaan dalam Karya di Dunia Kesehatan dan Pendidikan
“Saya bersyukur bahwa saya menemukan teman – teman yang memiliki semangat dan nyali yang besar untuk berani melakukan sesuatu hal yang lebih besar. Sehingga hal itu pula yang mempengaruhi pola pikir saya. Apalagi, setiap kawan yang saya kenal, memang memiliki kemampuan di bidangnya. Mereka banyak memberi pandangan lain dan pertimbangan yang baik untuk setiap rencana usaha saya,” akunya. Lebih lanjut, Sudiarsa tidak mengelak, jika tempaan lain yang juga turut mempengaruhi karakter dan kepribadiannya yang ulet serta tekun dalam setiap pekerjaan adalah didikan orang tua. Sudiarsa merasa bersyukur bisa terlahir di tengah keluarga yang harmonis. Meski hidup serba berkecukupan, dari besik pekerjaan kedua orang tua, I Made Kris (almarhum) dan Ni Wayan Jero, sebagai petani, Sudiarsa mampu menemukan arti hidup mandiri yang sesungguhnya. Tidak bergantung dari penghasilan orang tua, ia pun mampu membuktikan sebagai anak sulung yang mandiri di desa tempat tinggalnya, di Padang Sambian.
Tidak ketinggalan, nilai moral tentang kejujuran mampu ia temukan dari didikan kesederhanaan kedua orang tuanya itu. “Orang tua saya bekerja sebagai petani dan juga sebagai tukang bangunan. Ibu saya sebagai Ibu rumah tangga. Kami 3 bersaudara. Adik saya dua orang perempuan. Jujur saja, saya sangat dekat dengan sosok Ibu. Dari beliau saya banyak belajar tentang arti kehidupan. Ibu saya serba bisa dan memang pekerja keras. Hal itu tentu menjadi cerminan yang baik untuk kami anak-anaknya. Dan pesan yang sering beliau utarakan harus banyak teman. Bersahabat dengan siapa pun dan nilai kejujuran harus diterapkan dalam lingkungan pergaulan,” ujar pria yang hanya menamatkan pendidikan SMA ini. Pengalaman lain yang turut ia bagikan selama merintis usaha adalah dari pengalaman-pengalaman pahit. Salah satunya ketika di tahun 2006 ayah Sudiarsa meninggal. Saat itu, ia betul – betul merasa jatuh dan kehilangan sosok yang ia anggap sebagai teman diskusi.
Namun bagi Ayah 3 anak ini, semua itu merupakan lembaran – lembaran pengalaman yang sangat berarti untuk dijadikan motivasi. Untuk bisa menjadi tulang punggung keluarga dan tentu harus mampu memenuhi kebutuhan hidup lainnya. “Pernah mengalami masa-masa sulit dan yang sangat terasa itu adalah ketika di tinggal pergi Ayah ya. Kebetulan juga saat itu memang sedang mengalami kesulitan lain di bidang pekerjaan. Saya benar – benar merasakan kehilangan sosok yang baik, teman diskusi, dan teman berbagi. Namun sejak saat itu saya percaya bahwa menjalani hidup harus mengalir saja. Di sisi lain, saya mengilhami bahwa dari setiap peristiwa atau pun kejadian sedih lainnya saya jadikan sebagai motivasi hidup. Perihal menjalankan usaha dan mengerjakannya tentu dengan sungguh – sungguh dan selalu disiplin. Itu saja kuncinya,” tegas Sudiarsa.
Tentu sebuah perjalanan hidup yang belum tentu bisa dilakoni oleh orang lain. Tetapi hal yang menjadi kuat dalam ingatan Sudiarsa adalah bagaimana ia sangat meyakini jika apa yang telah ia nikmati hari ini berkat campur tangan Tuhan. “Saya meyakini saya bisa sampai sekarang ini bahwa ada campur tangan Tuhan. Sebab sejak awal saya tidak pernah memikirkan usaha tersebut. Kami masih bisa bertahan dan karyawan pun masih bisa kami kerjakan dalam situasi pandemi. Sehingga pesan saya sih, lakukan saja dan melangkah lah dulu. Ketika melangkah terjadi kesalahan berarti kita sudah mulai belajar dari proses itu. Tidak ada yang langsung jadi. Kalau pun kita kalah, ya kita kalah dengan perjuangan sendiri dan kembali berusaha. Berani untuk bangkit kembali dan jangan lupa untuk bersyukur,” tutup Sudiarsa.
2 thoughts on “Disiplin dan Berguru Pada Pengalaman”