Sekali lagi, terpilihnya sosok ketua koperasi adalah berdasarkan desakan dari anggota atau pun warga setempat, dan kembali sang calon ketua, tak terbayangkan sama sekali akan memimpin sebuah lembaga keuangan. Seperti kejadian dari I Ketut Wirnata, yang menambah deretan kisah yang hampir mirip dengan para ketua lainnya. Ditambah ia merupakan bagian dari pendiri Koperasi Amertha Dana, sehingga mau tidak mau, saat pendiri lainnya menunjuk dirinya untuk menempati posisi tersebut, ia pun bersikap fleksibel dengan menerima kepercayaan tersebut.
Awalnya Koperasi Amertha Dana tak dibuka secara komunal/umum seperti sekarang, koperasi yang berlokasi di Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem ini dirintis berdasarkan gagasan keluarga dan dioperasikan hanya untuk komunitas keluarga saja. Dengan anggota awal 99 orang, koperasi ini pun sudah berbadan hukum pada tahun 2001 dan diawasi oleh Winarta, sebelum digadang-gadang sebagai ketua pengurus koperasi.
Baca Juga : Siap Hadir 24 Jam! Layani Perawatan Intensif Hingga Aneka Kebutuhan Hewan Peliharaan
Setelah terpilih menjadi ketua pada empat tahun lalu, Wirnata mendapat amanah dari salah satu penglingsir atau orang yang dituakan dalam garis keturunan pura keluarga, untuk menjaga koperasi tetap relevan dengan para anggota khususnya. Manajemen koperasi juga harus tetap bekerja sesuai dengan norma-norma hukum dan berlaku bijak untuk mencapai tujuan sejati koperasi itu sendiri. Mendengar hal tersebut, pria kelahiran Bugbug, 23 Maret 1976 tersebut, menjadikan sebagai motivasi untuk menumbuhkan Koperasi Amertha Dana menjadi lembaga keuangan yang positif, kendati tak selalu berjalan mulus.
Seperti saat kondisi pandemi Covid-19, kas Koperasi Amertha Dana sempat dibawah angka Rp 100 juta. Hal ini tentu sangat riskan, mengingat berdasarkan kententuan koperasi, posisi aman minimal ada di angka Rp 2 miliar. Berjalannya waktu, meski masih dalam kondisi pandemi, koperasi berangsur-angsur berdamai dengan keadaan dan akhirnya menemukan titik terang dalam hadapi tantangan tersebut, Wirnata bersinergi dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya di desa Bugbug sebagai indikator untuk saling menunjang sumber daya dalam melayani anggota.