Apapun yang tumbuh di atas permukaan, tentu selalu bersumber dari akar yang kokoh. Umumnya, kebanyakan orang selalu fokus pada hasil yang tampak. Melihat pada daun dan buah. Namun, seringkali kerap mengabaikan akar yang sebetulnya memegang peran penting dalam proses pertumbuhan. Sebelum adanya daun dan buah, justru akar yang menghidupi. Akarlah yang membantu tanaman untuk tumbuh besar dan memenuhi nutrisinya dengan baik. Peran akar ini yang sekiranya menjadi filosofi hidup dan bahkan melatarbelakangi semangat Putu Mustika dalam menjalankan rutinitas kerja setiap hari.
Petani adalah pilar utama dalam rantai pasokan pangan. Mereka merupakan individu atau kelompok yang bertanggung jawab atas proses tumbuhnya tanaman pangan. Petani juga mengurus seluruh siklus produksi, mulai dari penanaman benih hingga panen, pengelolaan ternak dan pengolahan bahan makanan.
Peran mereka adalah ujung tombak dalam menghasilkan bahan makanan yang diperlukan oleh masyarakat. Menyadari betapa pentingnya hal itu, Putu Mustika akhirnya memilih langkah untuk memulai sesuatu yang baik demi memenuhi kebutuhan hidup kalangan petani. Setidaknya, upaya itu sedikit mampu menopang keberlanjutan hidup petani dari segi kebutuhan finansial.
Putu Mustika atau yang akrab disapa Putu, begitu sadar dengan konsep kemandirian ekonomi di tengah era globalisasi. Hal itu tentu memiliki implikasi besar terhadap keberlanjutan pertanian yang digeluti demi menjaga keseimbangan antara produksi pangan, kebutuhan produksi, usaha maupun persiapan generasi mendatang.
Baca Juga : Entrepreneur Muda yang Berperan Mempromosikan Gaya Hidup Sehat Melalui Klinik “Fisioterapi Astina”
Praktik – praktik pertanian berkelanjutan, khusus menggerakkan bidang ekonomi, menjadi landasan dalam mencapai keberlanjutan. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada para petani untuk berinvestasi dalam berbagai bidang usaha, sehingga menciptakan perekonomian yang beragam dan berdaya saing. Bersamaan dengan kesadaran itu pula, Putu akhirnya berupaya mengorganisir sejumlah petani yang berada di lingkup tempat tinggalnya lalu membentuk sebuah lembaga Koperasi Serba Usaha, atau yang biasa disingkat KSU.
KSU adalah sebuah badan usaha yang dimiliki dan dioperasikan secara bersama oleh para anggotanya. Dalam koperasi ini, anggota memiliki peran aktif dalam mengelola dan menjalankan usaha secara kolektif. Hadirnya KSU sendiri bagi Putu tentu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota yang kebanyakan berprofesi sebagai petani melalui pembagian keuntungan secara adil dan pengembangan usaha yang berkelanjutan.
Upaya itu pun mendapat respon yang baik dan kini dikenal dengan nama KSU Dana Asti yang beralamat di Jl. Selat Anturan, Anturan, Singaraja. “Koperasi ini mulai berkembang dari tahun 2012 silam. Rancangan dalam menyusun konsep pun kami kemas dengan baik agar perkembangan manajemen untuk membuat inventasi berjalan dengan baik. Hingga kemudian di tahun 2016 kami menikmati hasil kerja itu,” jelas Putu.
Pria kelahiran Selat, Singaraja ini mengaku, bahwa inisiatif tersebut menjadi langkah penting demi menjawab ragam persoalan di tengah lingkup dunia pertanian. Tentu dengan menaruh harap agar apa yang diupayakan para petani mampu mendorong pemberdayaan ekonomi anggotanya. Dengan memiliki dan mengelola usaha secara bersama-sama, anggota dapat mengembangkan keterampilan, meningkatkan penghasilan dan memperoleh kontrol atas kehidupan ekonomi mereka.
“Saya sebernarnya berprofesi sebagai petani, kebetulan berkumpul dengan teman-teman untuk mendiksusikan usaha sampingan. Dan kalau saya ceritakan kembali, bahwa koperasi kami dibentuk secara badan hukum tahun 2003 yang sebelumnya koperasi ini bernama Horizon. Dalam perjalanan itu kami berkumpul kembali pada tahun 2012 di bulan Maret untuk mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan menjadi kebutuhan dari koperasi ini,” ungkap Putu yang sampai saat ini masih dipercaya sebagai Ketua Pengurus KSU Dana Asti.
Tentu usaha itu menjadi hal yang sangat baru bagi pria kelahiran 1975 tersebut. Meski demikian, semua keraguan itu di tepis oleh semangat yang lebih besar dari para anggota untuk mulai mengembangkan koperasi tersebut dengan belajar secara bersama-sama.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
“Setelah memahami tentang koperasi khususnya Dana Asti dan anggaran dasar yang baik, maka kami membuat usaha simpan pinjam sesuai dengan marwah koperasi itu sendiri. Pastinya, dukungan dari teman-teman adalah kekuatan untuk membangun koperasi ini, selain sebagai petani mereka juga mau ada usaha sampingan seperti simpan pinjam. Meskipun tidak membuat kita kaya tapi kita bisa bertahan hidup dari usaha koperasi,” aku Pria yang telah mengenyam pendidikan terakhir Sarjana Ekonomi di Universitas Panji Sakti ini.
Hingga kini, perkembangan KSU Dana Asti kian berkembang signifikan. Baik dari segi keanggotaan maupun aset yang kini bertambah senilai miliyaran juta rupiah. Bahkan, Ayah dari dua anak ini mengaku melebihi dari modal awal saat mendirikan lembaga tersebut.
“Kalau aset sekarang sudah mencapai 4 Milyar lebih dari modal awal pembangunan kurang dari 1 milyar. Dan kalau dilihat dari sisi permodalan atau disebut dengan istilah ekuitas maka KSU Dana Asti ini cukup sehat dalam perkembangannya,” jelasnya.
Kedepannya ia berharap, KSU Dana Asti bisa menjembatani para anggota untuk sejahtera dan mampu mengkader pengurus untuk terus menahkodai lembaga tersebut untuk terus lebih baik. “Karena pengamatan saya, bahwa ada banyak sekali yang menggunakan koperasi hanya sebagai badan hukum bukan koperasi yang sesungguhnya,” aku Putu.
Lebih jauh, Putu mengaku bahwa ilmu hidup yang kini melekat pada dirinya tentu bersumber dari pengalaman pelik serta lika-liku hidup yang panjang. Bahkan pilu masa kecil yang hanya hidup dan tumbuh di tengah keluarga yang miskin dan sederhana bersama ayah dan neneknya, semakin membentuk karakter Putu untuk tahu hidup mandiri serta bekerja keras.
Baginya, dalam menjalani setiap usaha penting untuk menikmati setiap proses dan belajar darinya. “ Jadi bagi saya, bukan hasilnya yang ingin kita capai. Tetapi bagaimana berproses seperti tanaman,” tutup Putu.
Sementara itu, I Made Sukertiasa selaku bendahara dan anggota koperasi tidak menampik bahwa filosofi hidup dari ketua pengurus KSU Dana Asti seturut dengan apa yang telah dilakukan. Bahkan selama mengelola manajemen lembaga kerakyatan itu, Putu tidak hanya sibuk mengurus sistem teknis yang mesti dijalani dalam koperasi, akan tetapi selalu setia menjadi rekan sekaligus keluarga untuk memberi perhatian kepada anggota koperasi. Dalam artian, kedekatan serta kekeluargaan turut menjadi fondasi yang kuat untuk membangun lembaga KSU Dana Asti.
“Menurut saya, selama saya di koperasi dan berdampingan bersama ketua dari tahun ketahun ada perubahan dan selalu memberikan arahan kepada bawahannya. Saya kenal pak Putu dari kecil dan beliau orang yang humoris, tegas dalam pekerjaan, dan mau menegur jika salah. Sehingga harapan saya ke depan, agar KSU ini bisa terus berlanjut dan selalu ada kaderisasi untuk kehidupan anak cucu,” imbuh Made Sukertiasa.