Murhayati – Habby Jewelry
Peninggalan hidup yang sangat berarti adalah ketika kesan baik tak hanya menjadi jargon perubahan yang di kenang banyak orang, akan tetapi begitu nyata mempengaruhi kehidupan seseorang untuk berubah dan selalu berbenah demi keberlangsungan hidup. Namun untuk menjadiaktor baik dalam menapaki setiap liku kehidupan, tak semudah membalikan telapak tangan. Semua mesti dilalui dengan iman dan nurani yang siap menantang arus gelombang rintangan dengan berpegang pada keyakinan.
Kenangan inilah yang kini di simpan dan dirasakan oleh keluarga dari sosok Almarhum Riyanto, pengusaha hebat yang sukses meninggalkan teladan baik lewat karya-karyanya semasa hidup. Kaya akan kebijaksanaan kian menghantar namanya menjadi seorang Bapak yang teladan dalam banyak hal yang bisa menjadi pesona atau pesolek bagi kehidupan banyak orang. Seperti sebuah ibarat tentang keteladanan dalam hal kebaikan yang tak pernah akan mati sekalipun di tinggal pergi. Selama-lamanya akan dijaga memakai karangan, karena dirinya telah menang dalam gelanggang pertandingan untuk kehidupan banyak orang.

Almarhum Riyanto pun memberi bekas kenangan dalam ingatan Murhayati, seorang istri yang kini hidup berjuang menjadi aktor pengganti menahkodai perahu usaha miliknya yang di kenal dengan nama Habby Jewelry. Usaha tersebut telah diketahui banyak orang sebagai outlet atau toko perhiasan emas, berlian dan batu permata yang beralamat di Jln. Kamboja Pasar Kreneng LT II no 35 Denpasar. Tak hanya itu, keberadaan Habby Jewerly turut melayani konsumen di wilayah Nusa Dua dan Jln. Gunung Semeru Ruko Blok A no 35 Tabanan.
Semua itu kian berarti ketika Riyanto menitipkan kerja keras serta keringat perjuangannya saat harus meninggalkan Istri, anak beserta orang-orang terdekat karena menderita sakit jantung beberapa tahun lalu. Bagi sang Istri dan kedua orang anaknya, bahwa apa yang telah mereka nikmati kini tak sekedar prestasi atau pencapaian kesuksesan, akan tetapi ada jiwa perjuangan serta teladan baik yang beliau titipkan untuk masa depan.
Saat ditemui, Murhayati banyak menceritakan tentang kisah perjalanan serta perjuangannya selama mendampingi Suami tercinta. Berawal dari profesi sebagai karyawan toko emas, suaminya banyak menempa banyak pelajaran. Bertahun-tahun dilaluinya dengan kesungguhan dan semangat bekerja untuk lebih banyak mengenal profesi yang digeluti.

Dalam perjalan waktu, Riyanto akhirnya lihai menjadi seorang pengerajin emas yang tak hanya mampu menerima pesanan pembuatan emas, namun juga hebat di bagian perbaikan (service) serta mendesain berbagai macam model perhiasan. Dengan tekad serta mimpi yang besar, akhirnya mereka berdua pun berniat untuk membuka usaha sendiri. Lagi-lagi pilihan tersebut menjadi sebuah tantangan yang besar. Sebab, pasangan suami-istri ini memulainya dengan modal yang minim.
Mulai dari meminjamkan modal di bank hingga menjual sepeda motor buntut yang hanya laku terjual dengan harga satu juta rupiah, Riyanto dan Murhayati begitu yakin untuk terus menjalankan usaha tersebut. Awalnya, usaha yang di bangun berlokasi di tengah-tengah area pasar Kreneng-Denpasar dengan luas bangunan tak seberapa.
Namun, Murhayati mengaku, jika usaha menerima service emas dan perhiasan lainnya saat itu tidak pernah sepi dari kunjungan konsumen. Resep-nya hanya satu bahwa setiap apa yang dikerjakan haruslah bersikap jujur. Selain itu, menjaga kualitas dan kepercayaan kepada setiap konsumen merupakan modal lain yang menjadi bagian penopang dari setiap usaha yang dikerjakan oleh suaminya.
“Jadi memang pada akhirnya usaha yang kami rintis sejak tahun 1996 ini di kenal dari mulut ke mulut. Karena memang saat beliau (Almarhum suami, red) mengerjakan setiap pesanan betul-betul totalitas dan menjaga kualitas. Sehingga, karena pelayanan kami sangat baik mungkin ya, orang-orang pun datang mencari tempat kami, walau saat itu berada di tengah-tengah pasar. Kemudian juga, kami tidak pernah bohong kepada setiap pelanggan,” jelas Murhayati sambil mengenang.
Berlahan namun pasti, orderan yang cukup banyak semakin menghidupi kebutuhan hidup dan perekonomian keluarga. Murhayati pun tak berdiam diri. Ia turut membantu suami dengan mengambil peran sebagai pengantar pesanan. Dari rumah ke rumah pelanggan, perempuan asal Solo ini berkeliling hingga malam untuk mengantar pesanan perhiasan yang telah dikerjakan oleh Riyanto.
Pekerjaan tersebut terus ia lakukan selama 1 tahun lebih. Tak disangka, usaha mereka pun semakin berkembang dengan banyaknya pesanan dan keputusan untuk mencari karyawan harus disegerakan demi meringankan pekerjaan Murhayati yang saat itu juga mengais rejeki dengan berjualan. Hingga sampai saat ini, tutur Murhayati, bahwa mereka tidak menyangka usaha yang dirintis oleh sang suami berkembang hingga membuka sejumlah cabang di area Nusa Dua dan Ubud, Bali.
Bahkan hebatnya lagi, Riyanto dan Murhayati mampu mempekerjai puluhan karyawan dan pengerajin untuk ikut terlibat membangu usaha yang kini dinamai Habby Jewelry ini. “Almarhum Bapak Riyanto sudah mengabdi kurang lebih 30an tahun lebih bergelut dengan bidang usahanya ini. Sehingga ketika ditanya terkait apa yang menjadi tekadnya untuk membuka usaha lebih besar lagi, ya itu tadi, karena beliau ingin berkembang dengan skill atau kemampuan yang ia miliki,” aku ibu dua anak ini.
Selain itu, Murhayati tidak menapik jika keputusan untuk bisa berjuang dan berusaha di atas kaki sendiri merupakan cita-citanya yang diimbangi dengan semangat kerja keras. Terlahir sebagai satu-satunya anak laki-laki dari 7 bersaudara, dikatakannya, kian membentuk jiwa mandiri sejak dari dalam lingkungan keluarga. Karakter Riyanto yang tekun dan jujur telah mendarah daging dan menjadi prinsip hidup selama menapaki perjalanan di tengah lingkungan sosial.

“Pastinya ada banyak kenangan yang sampai saat ini saya rasakan. Dari sosoknya yang memang sangat baik, jujur, pekerja keras, dan tekun hingga kepada setiap karyawan sekalipun dia selalu menerapkan kerja yang jujur kepada banyak orang. Ya itu tadi, orang yang berteladan dalam kebaikan tentu akan selalu dikenang dan dirindukan ya.
Sehingga saya merasa bahwa apa yang ia tinggalkan lewat perjalanan hidup kami merupakan sesuatu yang lebih berharga untuk terus dipelajari sebagai perenungan sekaligus berbenah,” jelasnya. Perempuan paruh baya kelahiran 23 November 1971 ini juga tidak memungkiri jika sosok sang suami turut meninggalkan teladan baik tentang keyakinan berserta ajaran-ajaran baik di tengah lingkungan keluarga. Bersamanya, buah hati mereka begitu di didik dengan penuh cinta, ketulusan dan kasih sayang.
Beragam pengalaman hidup; baik itu tantangan atau kesulitan yang dihadapi menjadi tempaan yang sangat berarti. Tidak adanya rasa amarah yang ia tumpahkan di tengah lingkungan keluarga. Murhayati mengatakan, jika sang suami selalu mengajarkan tentang rasa syukur dari setiap apa yang dirasakan. Baginya, keteladanan iman yang diperlihatkan oleh suami begitu membekas dalam lingkup keluarga kecilnya dan bahkan tidak terkubur bersama dengan kematiannya. ‘Sejak awal kita sudah merasakan bahwa hanya doa sebagai sandaran ya. Jadi semenjak awal membangun usaha, kita menjual motor meski hanya laku terjual satu juta rupiah sebagai modalnya, hingga tempat usaha pun berpindah-pindah, saya yakini itu adalah cara Tuhan memberi jalan.
Bahkan, semua yang kami lalui dan kami lewati saya yakini berkat teladan beliau dan campur tangan Tuhan. Mengingat beliau juga sangat tekun dengan ibadah, sehingga Ia yakin dan percaya bahwa rejeki setiap orang itu sudah diberikan. Hanya tinggal kita yang mesti mengimbanginya dengan berjuang, bekerja keras dan tentu selalu bersyukur,” tegasnya.
Sementara itu, Yahya, anak sulung dari pasangan Almarhum Riyanto dan Murhayati ini menyimpan harapan besar dari apa yang telah diperjuangkan oleh kedua orang tua. Kedepannya, tutur Yahya, hal utama yang wajib menjadi tanggung jawab adalah tentu harus bisa menjadi seorang anak yang mampu membahagiakan orang tua. Terlebih khusus kepada sosok Ibu yang hingga saat ini masih membimbing setiap arah langkah hidupnya.

Selain itu, mahasiswa STIKOM Bali ini juga mengatakan, niat besarnya untuk tetap menjaga serta mengembangkan usaha tersebut. “Memang tantangan terbesar adalah ketika mempertahankannya. Namun saya yakin, bahwa usaha dari kedua orang tua ini tidak sekedar usaha, namun ada jiwa atau roh semangat kerja keras yang tumbuh di dalamnya,” ujar Yahya dengan sedikit tersenyum.
Ketika ditanyakan terkait apa yang ingin disampaikan kepada setiap anak-anak muda yang hanya melihat sebuah kesuksesan dari kacamata keberhasilannya saja, tanpa harus menelusuri proses perjuangan bahkan harus berkawan dengan kegigihan, Murhayati hanya ingin mengatakan pesan bahwa dalam setiap langkah wajib untuk selalu berbuat baik serta bersikap jujur.
Pun tidak lupa agar semua itu harus di imbangi dengan bersyukur lewat setiap ibadah. Sehingga apa yang diperjuangkan akan selalu menemukan jalan. “Tetap optimis, berbuat baik dan beribadah. Jangan putus asa. Meskipun situasinya sulit, harus tetap berjuang“ tutup Murhayati.
