Bermimpi Adalah Langkah Awal Mencapai Keberhasilan

Bermimpi Adalah Langkah Awal Mencapai Keberhasilan

Saat kita menyerah dan putus asa semua tujuan yang kita cita – citakan akan sirna dan sia – sia, semakin menjauh lalu perlahan menghilang seperti hilangnya sinar matahari saat mulai tenggelam. Ketika kita mengalami kesulitan dengan cobaan yang berat, kadang membuat kita ingin sekali untuk berhenti melangkah, merasa tak sanggup dan ingin menyerah dalam menjalani hidup, tapi berputus asa juga bukanlah pilihan yang tepat untuk meratapi kegagalan, karena itu sama sekali tak akan menyelesaikan masalah apapun.

Memang dalam hidup ini kadang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tidak jarang kita sering menyalahkan nasib dan takdir dengan alasan demi bisa menenangkan hati sesaat, namun hal itu hanyalah bersifat sementara, setelah itu kita masih saja akan merenungi kesalahan-kesalahan di masa lalu yang ujung-ujungnya takut untuk melihat ke masa depan. Seperti masa lalu I Nyoman Gede Suparta, BSc. An. mungkin ceritanya akan berbeda jika saja ia memutuskan untuk menyerah dan berputus asa. Tapi hal itu tidak pernah dilakukannya, bahkan tidak pernah terbesit olehnya untuk menyerah, berkali – kali terpaan badai cobaan menghantamnya, berkali – kali juga dirinya bangkit menepis keraguan di dalam dirinya untuk tetap berdiri dan menjalankan hidupnya. Baginya cobaan itu adalah sebuah perjalanan untuk menempa mentalnya agar bisa terus berkembang, sampai akhirnya ia bisa sukses mengembangkan sebuah klinik rawat inap bernama ‘Klinik Pratama Bunda Asih Medika’ yang terus berjalan dari waktu ke waktu hingga kini menjadi pilihan sentral masyarakat Klungkung untuk dapat mendapatkan fasilitas kesehatan. Tentu saja sebelum ia sukses saat ini, kisah I Nyoman Gede Suparta, BSc. An. bukan seperti kisah pangeran dari negeri timur yang bergelimang harta dan selalu bernasib baik.

Baca Juga : Semangat Berwirausaha Sukses Membangun Bisnis Sembako Hingga Properti

Ia terlahir dari keluarga petani dari desa kecil bernama desa Nyanglan, sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. I Nyoman Gede Suparta adalah anak ke tiga dari delapan bersaudara. Dengan keadaan ekonomi keluarganya yang sangat memprihatinkan, maka masa kanak-kanak I Nyoman Gede Suparta pun sudah terbiasa diisi dengan kegiatan-kegiatan kasar dan keras. Sepulang sekolah biasanya ia langsung membantu ayahnya bertani di sawah, sekembalinya di rumah ia pun turut serta membantu ibunya untuk mempersiapkan dagangan bubur untuk kemudian dijajakan. Semua pekerjaan itu dilakoninya, karena tak lain dan tak bukan hanya untuk dapat sedikit membantu mencukupi hajat hidup keluarganya. Meskipun begitu, tak pernah sedikit pun ia menegeluh dengan apa yang ia jalani, baginya dapat membantu meringankan beban orang tuanya saja sudah cukup dapat membuatnya bahagia.

Tak dipungkiri masa – masa kecilnya itu adalah masa terpelik kehidupan keluarganya yang sampai sekarang masih terekam di memorinya. Ia ingat untuk makan sehari – hari saja ia dan keluarganya biasanya memasak nasi sela atau nasi ubi dengan lauk 1 butir telur goreng yang dibagi delapan dengan bumbu hanya berupa garam. Kehidupan keluarganya yang sungguh susah itu, akhirnya menuntut ayahnya untuk membuat keputusan agar Nyoman dititipkan kepada adik kandungnya yang tak lain merupakan paman I Nyoman Gede Suparta sendiri, hal itu dilakukan ayahnya agar Nyoman dapat terus melanjutkan sekolah menengah pertamanya.

Alasan utama ayahnya menitipkan Nyoman pada pamannya adalah karena paman Nyoman adalah seorang polisi dengan keadaan ekonomi yang mapan. Namun namanya menumpang tinggal, meskipun itu adalah keluarga sendiri, tetap saja ada dasar – dasar etika yang harus Nyoman perankan dalam kesehariannya. Disanalah mental kehidupan I Nyoman Gede Suparta ditempa, karena pada kenyataannya keseharian Nyoman di sana lebih banyak membantu urusan bersih-bersih rumah dan menyiapkan kebutuhan keluarga layaknya asisten rumah tangga. Ia ingat betul setiap harinya ia harus berjalan, mengambil dan memikul air bersih untuk kebutuhan mandi satu keluarga yang jarak tempuhnya tak kurang dari satu kilo. Dan hal tersebut ia lakoni tanpa pamrih, baginya bisa dapat melanjutkan sekolah adalah sebuah berkah, dan malah keadaan seperti itulah yang menguatkan mentalnya untuk terus berpikir positif, dan kondisi inilah yang kemudian menjadi cambukan baginya untuk berjanji kepada diri sendiri agar di kemudian hari ia harus dapat menjadi orang yang sukses.

Kendati harus bekerja keras menjadi asisten rumah tangga, namun cita-cita dalam sanubarinya untuk menjadi orang yang sukses tak pernah mengabur. Ia pun sangat fokus, tak kenal lelah untuk mencuri waktu dan belajar dimanapun dan kapanpun ia memiliki waktu lenggang. Hal itu terbukti dengan nilai akademisnya yang selalu memukau. Akhirnya usaha memang tak pernah menghianati hasil, setelah menamatkan SMA, tak pernah terbayangkan oleh I Nyoman Gede Suparta ketika ia mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi di Akadtemi Anestesiologi yang tergabung dengan Universitas Indonesia dan RSCM Jakarta dengan fokus profesi sebagai ahli bius / anestesi atau penataan anestesi.

Baginya hal ini seperti mimpi yang menjadi kenyatan, perlahan ia mulai menemukan secercah harapan untuk masa depannya. Dalam hidup, semua orang pasti memiliki cita – cita dan impian yang ingin diraih. Tanpa sebuah mimpi dan tujuan, maka seseorang tak akan semangat dalam menjalani kehidupan, Bahkan bagi I Nyoman Gede Suparta impian itu ibarat nyawa yang harus dipertaruhkan demi berhasil menggapai cita-citanya. Meski di keadaan lain ada-ada saja saudaranya yang berselisih dengan pilihannya untuk melanjutkan studinya di Jakarta. Namun Nyoman tak begitu peduli dan tetap bulat dengan pilihannya. Karena ia yakin tindakan adalah kunci dasar dari semua kesuksesan dan kesempatan ini tidak akan datang dua kali.

Baca Juga : Temukan Pencerahan Dengan Pola Pikir Seimbang di Masa Pandemi

Akhirnya berbekal tekad dan keberanian, ia pun berangkat ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta I Nyoman Gede Suparta pun tak ingin membuang waktu dan memfokuskan dirinya dengan giat belajar. Hidup dan kuliah di ibu kota rupanya tak seindah kedengarannya. Dengan uang beasiswa yang pas – pasan, ia pun harus rela tidur di kost – kost an termurah di dekat kampusnya, dengan tidur beralas tikar. Setiap hari I Nyoman Gede Suparta menyisihkan sebagian uangnya, ia mengutamakan uangnya untuk membeli sebuah koran harian dibandingkan makanan. Tujuannya tak lain untuk memantau lowongan pekerjaan yang biasanya tertera di kolom halaman belakang koran. Harapannya ia bisa dapat bekerja sambari kuliah, dan setidaknya dari hasil kerjanya itu ia dapat sedikit menambah basic finansial agar dapat menunjang kebutuhan pokoknya selama masa kuliahnya.

Berbagai lowongan pekerjaan satu persatu ia lamar, namun berkali-kali juga ia mendapatkan penolakan, lantaran sang pemilik perusahaan tidak ingin menerima pegawai yang masih dalam status kuliah. Ditolak berkali – kali oleh berbagai perusahaan tak mengendurkan semangatnya untuk mencari pekerjaan lain, dalam pikiran I Nyoman Gede Suparta, ia hanya tidak ingin waktu senggangnya terbuang pecuma dan tidak menghasilkan apapun, ia hanya ingin mendapat pekerjaan agar setidaknya dapat menambah sedikit keuangannya sembari kuliah.

Kegigihannya mencari kerja di sana-sini pun akhirnya membuahkan hasil, ia pun diterima bekerja sebagai sales marketing door to door, yang produk-produknya adalah perlengkapan dapur. I Nyoman Gede Suparta pun mulai memasarkan produk – produk dagangannya itu ke dosen – dosen kampusnya. Berkat keuletan dan kecakapannya dalam berkomunikasi, maka strategi untuk memasarkan barang dagangannya di kampus terbilang cukup berhasil. Karena customer – nya sendiri merupakan dosen – dosen kuliahnya, maka dagangannya pun mendapat atensi dan laku keras, hal itu bukan karena dosennya menyukai produk dagangannya, semua itu murni untuk men-support I Nyoman Gede Suparta sebagai mahasiswa rantau. Kendati harus kuliah sambil menjajakan barang dagangannya di lingkungan kampus, tak pernah sedikit pun I Nyoman Gede Suparta merasa malu dan gengsi. Baginya selagi itu pekerjaan yang halal dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia sudah cukup bersyukur.

Seiring berjalannya waktu, ketekunannya dalam belajar pun mulai membuahkan hasil. Dengan nilai akademisnya yang selalu memuaskan, akhirnya I Nyoman Gede Suparta direkomendasikan untuk berkesempatan menjadi seorang tenaga pengajar sampingan atau yang biasa disebut asisten dosen. Dari sinilah ritme kehidupan Nyoman mulai membaik, dan perlahan namun pasti, ia dapat menyelesaikan studi Anestesiologinya di Jakarta.

Satu mimpinya telah terwujud, saatnya mewujudkan impian lainnya. Sebagai anak laki – laki keluarga yang ingin melaksanakan dharmanya kepada orangtua, Nyoman yang kini statusnya sebagai anestesi / ahli bius / penata anestesi pun akhirnya memutuskan kembali ke Bali dan memiliki impian untuk membangun suatu klinik praktek di kampung halamannya dengan layanan kesehatan satu atap yang komprehensif dan terintegrasi. Saat memulai kliniknya, salah satu hal yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah adanya ikatan dokter dan pasien dalam menjalani komunikasi yang baik. Jika tidak, tentu hal tersebut bisa menjadi kendala analisis dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk mencari penyebab terjadinya keluhan pasien. Kemampuan komunikasi inilah yang di pakai I Nyoman Gede Suparta sebagai pelayan masyarakat agar dapat membangun kedekatan emosional dengan para pasiennya. Sehingga seiring berjalannya waktu, ‘Klinik Pratama Bunda Asih Medika’ ditangannya mampu memberikan layanan kesehatan berkualitas dengan biaya terjangkau.

Dengan bekerjasama dengan program BPJS pemerintah dan menggunakan sistem member pada pasiennya, terbukti memuat kinerja kliniknya menjadi lebih efektif, sehingga menjadi pilihan masyarakat. Klinik Pratama Bunda Asih Medika beralamat di Jalan Kecubung No.3, Semarapura Kelod, Klungkung. Sebuah klinik yang beroperasi selama 24 jam dengan fasilitas pelayanan medis yang baik dan modern. Sekarang I Nyoman Gede Suparta telah menyelesaikan beberapa mimpinya, dan berhasil membuktikan bahwa siapapun dapat menjadi orang yang sukses dan bisa menggapai mimpinya asalkan gigih dan mau berusaha. Dari perjalanan penuh keajaiban I Nyoman Gede Suparta kita belajar bahwa yang terpenting bukanlah mengejar mimpi, tetapi mempelajari mimpi agar kita tahu apa yang harus dilakukan untuk meraih impian itu. Dan tidak ada yang praktis di dunia ini, semua butuh proses. Bahkan untuk mimpi indah sekalipun kita harus tidur dulu, dan yang terpenting adalah ‘Bangun!.

One thought on “Bermimpi Adalah Langkah Awal Mencapai Keberhasilan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *