Temukan Pencerahan Dengan Pola Pikir Seimbang di Masa Pandemi

Temukan Pencerahan Dengan Pola Pikir Seimbang di Masa Pandemi

Drh. I Nyoman Ariadi – UD. Jaya Suci

Menjaga keseimbangan antara usaha dan posisi sebagai kepala desa, diakui Nyoman Ariadi sebuah tantangan yang tidak mudah. Di sisi lain ia harus terus berupaya setiap harinya menjaga kestabilan usaha yang telah diturunkan oleh orangtua, di sisi lain kewajiban yang diemban sebagai kepala desa, menuntutnya selalu ada di tengah masyarakat dalam memberikan pelayanan terbaik.

Bertempat tinggal di daerah pantai, dusun Yeh Gangga, Tabanan, Nyoman Ariadi lahir sebagai anak nelayan, sekaligus juga sebagai petani. Seiring perjalanan waktu, pekerjaan orangtua semakin berkembang ke arah yang lebih baik dengan usaha penggilingan padi dan beternak babi. Pada tahun 1980, saat ia masih kelas III SD, ia masih ingat sekali ia pernah belajar dan tidur di kandang babi, demi menunggu hewan ternak ayahnya melahirkan. Sampai kapan pun tersebut, masa – masa tersebut meski terdengar sederhana, tapi begitu terkenang di hatinya.

Baca Juga : Di Tempa Pengalaman Sukses dengan Profesionalisme dan Integritas Kerja yang Maksimal

Tak hanya memperhatikan bagaimana orangtuanya bekerja, masa kecilnya menjadi masa pembelajaran yang sangat mendasar dan penting bagi Nyoman Ariadi. Ia diajarkan untuk tidak memandang rendah sesederhana apapun pekerjaan dan menekuninya hingga usaha tak hanya berpotensi keuntungan yang didapat di sekitar desa, hingga mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Nasehat orangtuanya pun membuahkan hasil, usaha tersebut pun berjalan lancar dan berusia panjang.

Saat Nyoman Ariadi mulai dilimpahkan dalam menjalani usaha, di tahun 2013, ia dipercaya dan ditunjuk oleh masyarakat sebagai kepala desa. Diawal mendengar kabar tersebut, ia sempat ragu apakah akan menerima tawaran tersebut atau tidak. Terlebih ia yang terbiasa bekerja di lapangan bergelut dengan hewan ternak, kemudian tiba – tiba dihadapkan pada zona yang bisa dikatakan kurang nyaman untuknya, mau tidak mau ia harus beradaptasi dengan pengalaman baru tersebut.

Padahal keluarga pun kurang setuju, bila ia menerima posisi itu dan lebih mendukungnya fokus mengelola usaha saja. Karena permintaan masyarakat yang terus menerus ditujukan kepadanya untuk menjalaninya terlebih dahulu, akhirnya salah satu putranya pun memberi dukungan, sambil berucap anggap saja pengabdian kepada masyarakat ini, bentuk menanam karma baik di masa hidup, dengan tetaplah berjalan dan berkarya di jalur positif. Mendapat pesan yang demikian, Nyoman Ariadi pun akhirnya resmi dilantik.

Membangun desa yang semakin maju dan mensejahterakan masyarakatnya, sudah pasti menjadi bagian dari visi misi daripada kepala desa. Namun semua rencana-rencana yang dijalankan, tentu tidak akan berjalan maksmal, bila tidak ada kerjasama dari masyarakat itu sendiri. Pemahaman inilah ia upayakan agar masyarakat dan pemerintahan mampu berjalan berkesinambungan, karena suatu ketetapan peraturan dilakukan pasti tak jauh demi kepentingan masyarakat di lingkungan itu sendiri.

Baca Juga : Rahayu dalam Karya Maupun Beryadnya

Pembenahan – pembenahan dalam kepemimpinan Nyoman Ariadi, pun dilakukan meliputi fasilitas kantor, fasilitas umum dan infrastruktur, namun kondisi pandemi ini membuat proses pembangunan sedikit tertunda dan masyarakat diharapkan lebih bersabar, hingga pembangunan benar – benar rampung. Ia pun menggarisbawahi agar fasilitas yang telah didirikan maupun diperbaiki, tetap dijaga kondisi pemeliharaannya, demi kepentingan bersama.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, kondisi peternakan Nyoman Ariadi pun sempat terkena virus ASF sampai tiga kali. Padahal ia yang juga berprofesi sebagai dokter hewan, telah berupaya seprotektif bekerjasama dengan almamater di kampus terdahulu, namun malang tetap tak bisa dihindari. Bersyukurnya untuk penggilingan padi masih bia memutar modal agar usaha tetap berjalan, hingga perjalanan usaha tersebut yang bernama “UD. Jaya Suci” masih diakui oleh masyarakat sampai saat ini.

Kondisi pandemi yang sudah selama dua tahun lebih membayangi Indonesia, memaksa orang – orang untuk belajar sesuatu yang beda dari pekerjaan sebelumnya. Kondisi ini pun membuat seseorang mulai menemukan pencerahan dalam dirinya dan melakukan introspeksi diri, terutama tentang pelajaran hidup, bahwa tak selamanya kita tak selalu ada di atas. Butuh keseimbangan dalam diri kita, untuk selalu bersyukur atas saat kita berlebih secara materi, bahkan tetap bersyukur sesederhana apapun yang kita miliki dalam kondisi pandemi saat ini.