Pensiun Abdi Negara Merintis Usaha Berlandaskan Interaksi Kepercayaan dan Kejujuran

Pensiun Abdi Negara Merintis Usaha Berlandaskan Interaksi Kepercayaan dan Kejujuran

Dari abdi negara sebagai TNI, I Wayan Suartha tak merasa tinggi hati untuk memulai sesuatu dari nol dalam wujud berwirausaha. Setelah beberapa kali dipindah tugaskan, dari tahun 1980 awal dinas di Lombok, tahun 1990 pindah dinas ke Timor Timur, tahun 1995 kembali bertugas di Lombok, barulah tahun 2000 ia tinggal dan bertugas di Bali. Mental keluarga yang ditinggalkan tidak perlu ditanyakan lagi, bersyukur sejak awal kesepakatan, resiko pekerjaan sudah diterangkan secara terbuka dan Wayan Suartha wajib menjalankannya sepenuh hati.

Wayan Suartha sebelumnya berniat hanya menamatkan diri dari SMK, kemudian ia sempat berkeinginan untuk melanjutkan sebagai pegawai bank. Karena tak kesampaian, ia kemudian mengalihkan pikirannya dengan mengikuti pendidikan TNI, terlebih orangtua memang berlatar belakang profesi ini. Jadilah dari 11 orang saudaranya, hanya ia yang menjadi pewaris sebagai pengabdi negara.

Wayan Suartha kemudian melanjutkan pendidikan calon prajurit karier TNI AD di Kodam V Brawijaya, Jember. Setelah lulus, ia ditempatkan di wilayah Lombok (Kipan C Yonif 742/SWY) selama 10 tahun dan kembali mengikuti pendidikan kejuruan bintara TNI AD. Selepas pendidikannya, ia dipindahtugaskan ke Yonif 745/SYB yang berkedudukan di Lospalos Timor Timur selama lima tahun.

Baca Juga : Membentengi Pertahanan Usaha dari Tantangan Zaman dengan Komitmen Menampilkan Kualitas Produk Terbaik

Penugasan kembali diberikan Wayan Suartha untuk kembali ke Korem 162/WB, sebelum akhirnya pada tahun 2000, ia dipindahtugaskan kembali ke Korem 163/WS yang berlokasi di Denpasar Bali. Di daerah asalnya, ia mulai memikirkan bagaimana mengisi masa pensiunnya nanti bersama keluarga. Terlebih ia tidak mau terikat status lagi dengan sebuah instansi atau pun suatu perusahaaan.

Masa kecil Wayan Suartha, tak hanya diisi dengan kegiatan bersekolah, ia saat masih SD sering ikut membantu orangtua berjualan di pasar. Kegiatan tersebut tanpa sengaja, ia ingat kembali dan berencana sebagai pengisi masa pensiunnya, karena lebih memiliki kefleksibelan waktu untuk bersama keluarga.

Bersyukur sebelumnya Wayan Suartha mempunyai mertua yang sangat bijak mempersiapkan tanah peninggalan yang bisa dimanfaatkan Wayan Suartha untuk memulai wirausahanya. Selebihnya ia harus membangun tekad yang kuat untuk mewujudkan usahanya, tak membatasi diri hanya karena modal tidak mencukupi, justru semakin berambisi menuntaskannya hingga akhir.

Bermodalkan kepercayaan, Toko Hendra yang berlokasi di Jalan Raya Sading, Mengwi, Kabupaten Badung ini, mulai bisa mengisi barang dengan mencicil. Terus terang saat itu, ia belum mampu membayar barang secara kontan, terutama membeli rak-rak, agar tokonya lebih tertata apik. Jadi ia harus bersabar dalam menjalani proses rintisan ini dan memanajemen keuangan sebaik mungkin.

Wayan Suartha berupaya menjaga interaksi kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tekun menggeluti usahanya pada tahun 2001, agar sama – sama saling memberikan keuntungan, usahanya berjalan lancar dan para sales laku menjual berbagai produk kebutuhan rumah tangga. Berkat usaha yang selalu dibarengi dengan doa, Toko Hendra mampu diterima oleh masyarakat sampai saat ini dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Baca Juga : Temukan Pencerahan Dengan Pola Pikir Seimbang di Masa Pandemi

Mengingat kembali masa kecilnya, yang sudah diperkenalkan jiwa dagang oleh orangtua, sejak di bangku SD. Di bangku SMP, ia masih melanjutkan rutinitas berjualan dengan menjunjung bakul berisi sayur kol untuk dijual di pasar, dengan berjalan dari rumah sejak jam 3 pagi dan menempuh jarak sekitar 4-5 km. Sesampai di pasar ia langsung menjajakan sayuran tersebut untuk dijual. Sepulangnya dari pasar, jam 11 siang ia harus bersiap-siap untuk sekolah siang tanpa sarapan, karena belum ada lauk di meja makan. Saat waktu istrirahat tiba, ia harus kembali pulang ke rumah untuk makan siang, dengan meminjam sepeda temannya.

Tamat SMP, Wayan Suartha bekerja di sebuah art shop. Sebelum berangkat sekolah, ia bersih – bersih di art shop tersebut dan membuka toko. Sore harinya, ia kembali bekerja, bila memiliki waktu luang, ia juga sesekali ikut melayani pengunjung. Ketekunan dan kejujuran dalam bekerja, membuat pemilik art shop tersebut, menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Wayan Suartha. Bahkan saat ia berencana akan akan mundur dari art shop karena akan melanjutkan SMK, Wayan Suartha tak mendapat izin dari pemilik, ia diminta untuk mencari tenaga tambahan saja, sedangkan ia yang mengawasi.

Dari pengalamannya tersebut, Wayan Suartha pun meyakini bahwa tiada usaha atau pekerjaan yang sukses, bila tak didasari atas sikap kejujuran. Karena dari kejujuran akan timbul kepercayaan orang – orang di sekitar kepada diri kita, yang sangat berharga untuk membuka jalan meraih kesuksesan. Tentunya dengan ada campur tangan Tuhan, memohon bimbingan dan tetap terus berinovasi demi kelancaran usaha.

5 thoughts on “Pensiun Abdi Negara Merintis Usaha Berlandaskan Interaksi Kepercayaan dan Kejujuran

  1. of course like your website however you have to take a look at the spelling on several of your posts. Several of them are rife with spelling issues and I find it very bothersome to tell the reality however I抣l definitely come back again.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *